Tampilkan postingan dengan label Biologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Biologi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Agustus 2014

Kastuba.

http://nurserysarwanto.blogspot.com/
Klasifikasi
Regnum           : Plantarum
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Euphorbia

Spesies            : Euphorbia pulcherrima

Deskripsi :
Tanaman ini merupakan perdu tegak dengan tinggi 1,5-4 m dengan batang berkayu, bercabang, dan bergetah seperti susu. Daunnya tunggal, bertangkai, tangkai daun yang muda berwarna merah dan hijau setelah tua, letaknya tersebar. Helaian daunnya bulat telur sampai elips memanjang, yang besar umumnya mempunyai 2-4 lekukan, ujung dan pangkalnya runcing, pertulangan menyirip, panjang 7-15 cm, lebar 2,5-6 cm, dan bagian bawah mempunyai rambut halus. Bunga majemuk berbentuk cawan dalam susunan yang khas disebut cyathium. Tiap cyathium berhadapan dengan daun pelindung yang besar, bentuk lanset, warnanya merah atau kuning. Cyathium tingginya 1 cm, hijau dengan taju merah dan satu kelenjar besar, pada sisi perut warnanya kuning oranye. Tangkai sari berwarna merah oranye. Buahnya buah kotak, panjang 1,5 cm, ketika masih muda berwarna hijau dan cokelat setelah tua . Biji bulat dan berwarna cokelat.
Habitat :
Tanaman asli Meksiko, yang hidup di hutan subtropis yang panas, hutan kering musiman.

Potensi :
Tanaman kastuba bermanfaat untuk datangnya haid yang tidak teratur, darah haid banyak (menoragia), disentri, TB paru, tulang patah (fraktur), dan bengkak karena terbentur (memar), infeksi kulit, memperlancar haid dan memperbanyak ASI. Daun kastuba sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk mengobti luka luar atau menekan risiko infeksi pada luka baru.

Referensi :

Yanto, Budi. 2013. Khasiat Tanaman.
Diakses pada tanggal 19 Maret 2014.
Bagus, Budiman.2011.Tanaman Kastuba.
Diakses pada tanggal 5 April 2014

Teknik Bayi Tabung


  • Pertama, teknik In Vitro Fertilization (IVF). Pada teknik ini, 50ribu-100ribu sperma dipertemukan dengan satu buah sel telur di dalam cawan petri yang berisi medium kultur sehingga terjadi pembuahan. Teknik IVF diperkenalkan oleh Robert Edward, seorang ilmuwan Inggris, pada tahun 1950-an. Ia melakukan riset bersama Patrick Steptoe, seorang ahli bedah kandungan. Bayi pertama hasil pembuahan dengan teknik ini adalah Louise Brown, seorang bayi perempuan, yang lahir pada tanggal 25 Juli 1978 di Inggris. Bayi tersebut bisa tumbuh normal bahkan sekarang telah melahirkan anak laki-laki dengan proses persalinan yang normal. Hingga saat ini, sudah ada sekitar empat juta orang di dunia yang terlahir dengan teknik IVF. Kelebihan dari teknik IVF antara lain sangat mudah dilakukan, biayanya relatif murah, dan tidak ada manipulasi pada sel telur (lebih bersifat alami). Namun demikian kelemahannya jika sperma bermasalah maka sperma tidak akan mampu menembus sel telur sehingga pembuahan tidak bisa terjadi.

  • Kedua, teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSA). Teknik ini lakukan dengan menginjeksi satu sperma ke dalam satu sel telur sehingga terjadi pembuahan. Kelebihan teknik ini sangat membantu seorang suami yang mengalami kasus azoospermia (tidak adanya sperma yang keluar bersama air mani) atau juga jumlah spermanya sangat sedikit dengan kualitas yang jelek. Teknik ICSA harus didukung oleh sistim pengambilan sperma secara langsung dari testis atau teknologi simpan beku sperma. Hanya saja teknik ini sangat sulit dilakukan karena membutuhkan alat khusus yang disebut micromanipulator sehingga membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal.

  • Ketiga, teknik In Vitro Maturation (IVM). Teknik bayi tabung ini merupakan teknik terbaru. Teknik tersebut dilakukan dengan mematangkan dahulu sel telur di laboratorium baru kemudian dibuahi. Tingkat keberhasilan teknik ini dinilai sangat memuaskan. Selain itu prosedurnya juga sangat sederhana. Yakni dilakukan hanya pada satu siklus haid saja sehingga bisa meminimalisasi penggunaan obat hormonal. Biayanya juga relatif lebih murah jika dibandingkan dengan teknik IVF. Tidak mengherankan jika teknik ini sangat diminati oleh negara-negara di dunia.

Ringkasan Jurnal

“Efek Pembukaan Lahan terhadap Karakteristik Biofisik Gambut pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Bengkalis”
Suwondo, Supiandi Sabiham, Sumardjo dan Bambang Paramudya
  IPB Bogor.

Lahan gambut memberikan pelayanan ekologi, sosial dan ekonomi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pembukaan lahan yang tidak memperhatikan karakteristik biofisik lingkungan menyebabkan lahan gambut mengalami degradasi dan menjadi lahan terlantar. Sebagai contoh adalah pemanfaatan lahan gambut di kabupaten Bengkalis yang belum mampu menjaga keberlangsungan ekologis pada ekosistem gambut tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini.
Penelitian tersebut dilakukan di kabupaten Bengkalis Prov.Riau dengan lokasi utama di kecamatan Siak Kecil dan Bukit Batu. Pengamatan dilakukan pada dua tipe fisiografi lahan gambut; gambut pantai dan transisi. Sebagai pembanding dilakukan pengambilan tanah gambut utuh dari lahan yang belum dibuka. Analisis pada sampel tanah yang telah diambil meliputi warna tanah, kedalaman air tanah, komposisi dan ketabalan gambut, pH (H2O, KCI), kadar C-organik (%), kadar air(%), kadar abu(%), dan biomassa tanaman (ton/ha)
Metode yang digunakan untuk analisis warna tanah adalah munsel soil chart. Ketebalan gambut dan kedalaman air dilakukan dengan proses pengeboran langsung di lapangan. Kematangan dan komposisi gambut dengan metode cepat dilapangan, pengukuran kadar air dan kadar abu dengan metode gravimetri, pH diukur dengan menggunakan pH meter. Dan pengukuran kadar C-organik dengan metode Walkley and Black. Pengukuran biomassa tumbuhan dilakukan dengan metode persamaan alometrik, Karakteristik biofisik lahan gambut dianalisis secara deskriptif dan untuk melihat hubungan antar parameter utama dilakukan analisis regresi-korelasi dengan menggunakan model hubungan logaritmik.
Aktivitas pembukaan lahan pada hutan rawa gambut telah menyebabkan terjadinya perubahan profil horizon pada lahan gambut tersebut, perubahan kedalaman horizon hemik menjadi semakin dangkal dengan pertambahan umur perkebunan kelapa sawit. Selain itu juga menyebabkan terjadinya perubahan ketebalan gambut, muka air tanah dan kadar air. Semakin lama umur tanam perkebunan sawit maka semakin rendah kadar air pada lahan tesebut, kondisi ini terjadi pada gambut pantai dan transisi. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa tanaman kelapa sawit dapat meyerap CO2 (carbon sink) yang cukup signifikan.
Pengelolaan kedalaman muka air tanah merupakan kunci dalam pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit dan untuk melestarikan lingkungan.  
pH gambut yang berada di sekitar kubah (peatdome) lebih rendah dibandingkan dengan gambut yang berada di kawasan pinggir atau mendekati sungai. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh air sungai atau payau yang mempunyai pH dan kualitas air yang lebih baik. Keadaaan ini dapat juga dipengaruhi oleh tingkat ketebalan gambut.
Kandungan C-organik dan kadar air semakin menurun, sedangkan muka air tanah, pH dan kadar abu semakin meningkat. Karakteristik biofisik hutan rawa gambut sekunder mempunyai perbedaan tingkat dekomposisi, kadar air, kadar abu, pH, C-organik dan biomassa dibandingkan dengan fisiografi lahan gambut pantai dan transisi.

Referensi :
Suwondo, et al. 2012. Efek Pembukaan Lahan Terhadap Karakteristik Biofisik Gambut pada Perkebunan               Kelapa Sawit di Bengkalis. Jurnal Natur Indonesia. Vol 14 (2).

TEratogen II

Mengapa terjadi kecacatan yang diakibatkan oleh teratogen?
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa  yunani, yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal pada sel selama masa kehamilan ang menyebabkan kerusakan embrio sehingga pembentukan oran berlangsung tidak sempurna (terjadi kecacatan). Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ dihasilkan dari perubahan fsiologi dan biokimia. Umumnya bahan tratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongannya, yaitu:
a.       Bahan Teratogenik Fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsurunsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.
b.      Bahan Teratogenik Kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek teratogenik. Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak terganggu dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa karbon dan  berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan efek teratogenik.
c.       Bahan Teratogenik Biologi

Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan efek teratogenik Faktor-faktor teratogenik diatas bisa menyebabkan terjadinya mutasi secara spontan seperti contoh jatuhnya bom di Hiroshima dan Nagasaki yang hingga saat ini masih bertanggung jawab atas kecacatan yang di wariskannya hingga saat ini di sana. Efek paling mengerikan yang terjadi, menurut laporan yang dibuat pada tahun 2005, satu dekade pasca ledakan bom, wanita yang mengandung melahirkan bayi mutan dengan kecacatan kelamin! Sehingga dari semua informasi diatas hubungan antara pertambahan umur dan terjadinya polidaktili itu bisa semakin jelas karena mutasi menjadi “agen” utama yang menyebabkan polidaktili.

Bagaimana Cara Kerja dan Pengaruh Hormon Tiroksin pada Metamorfosis Katak?
Proses perubahan kecebong menjadi katak dipengaruhi oleh Hormon T4 (Tiroksin) dan T3. Hormon tersebut mengendaliakan Apoptosis ekor katak sehingga terjadi regresi dan menghilang. Apoptosis tersebut terjadi karena banyaknya enzim-enzim pencerna. Kemudian sel-sel yang mati tersebut dimakan oleh sel Makrofag. Proses pembentukan seperti perkembangan otot dan kelenjar dermoid pada waktu yang sama juga terlihat dengan jelas. Ekor pedal mereduksi untuk pergerakan, sedangkan lengan belakang dan lengan depan
berdiferensiasi. Gigi tanduk yang dibentuk untuk menyobek tanaman kolam menghilang, sedangkan mulut dan rahang berubah bentuk dan otot lidah berkembang. Sementara itu usus yang panjang sebagai ciri karakteristik pada hewan herbivor memendek. Hal ini terjadi untuk menyesuaikan diri pada kehidupan barunya sebagai karnivor. Insang mengalami kemunduran dan lengkung insang mengalami degenerasi. Paru-paru membesar, otot dan tulang kartilago terbentuk untuk memompa udara keluar masuk paru-paru. Alat sensori juga berubah, seperti sistem lateral yang berdegenerasi, telinga dan mata juga mengalami diferensiasi lebih lanjut. Telinga di bagian dalam berkembang, seperti halnya membran tympanium yang menjadikan karakteristik pada katak dan kodok. Membran niktitans dan selaput mata muncul pada katak dan kodok. Lebih dari itu, pigmen mata juga berubah. Foto pigmen utama utama pada retina berudu adalah porpiropsin (komplek antara protein opsin dan aldehid vitamin A2). Pigmen berubah menjadi rodopsin pada katak dewasa untuk menyesuaikan diri pada kehidupan darat (Gilbert dan Susan, 2000).
Peristiwa biokimia lain juga dihubungkan dengan metamorfosis. Hemoglobin berudu mengikat oksigen lebih cepat dan melepaskannya lebih lambat dibanding hemoglobin dewasa (Soeminto et al., 2000). Lebih dari itu, (Soeminto et al., 2000) menunjukkan bahwa pengikatan oksigen pada hemoglobin berudu tidak terkait dengan pH, sedangkan hemoglobin pada katak menunjukkan peningkatan pengikatan oksigen pada saat pH naik (efek Bohr). Perubahan biokimia lain pada metamorfosis beberapa katak adalah induksi semua enzim penting untuk memproduksi urea. Berudu, seperti kebanyakan ikan air tawar adalah ammonotelik (mengekskresikan amoniak). Kebanyakan katak dewasa adalah urotelik (mengekskresikan urea). Selama metamorfosis, hati berkembang, enzim dibutuhkan untuk mencipatakan urea dari karbondioksida dan amoniak. Enzim ini mendasari siklus urea, dan masing-masing muncul selama metamorfosis (Gilbert dan Susan, 2000).
Kontrol hormon pada metamorfosis amfibi dilakukan oleh tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. T3 sekarang dipercaya sebagai hormon yang aktif yang menyebabkan perubahan bentuk pada thyroidectomized berudu pada konsentrasi yang lebih rendah diandingkan dengan T4. Kontrol metamorfosis oleh hormon tiroid ditunjukkan oleh Gudernatsch (1912) dalam Soeminto et al., (2000), yang menemukan bahwa berudu berubah bentuk secara prematur yang dipengaruhi oleh kelenjar tiroid. Allen (1916) dan Hoskins dan Hoskins (1917) dalam Soeminto et al (2000) menemukan bahwa ketika mereka menghilangkan kelenjar tiroid yang mengalami rudimentasi pada berudu awal, larva itu tidak pernah mengalami metamorfosis, sebagi gantinya berudu tersebut berubah menjadi berudu besar (Gilbert dan Susan, 2000).
Faktor-faktor yang mempengaruhi metamorfosis adalah adanya hormon tiroid, yang telah ditunjukkan oleh Gudernatsch (1912) dalam Soeminto et al., (2006). Hasil-hasil penelitian sementara menyimpulkan bahwa hormon tiroid menyebabkan inti mensintesis atau menginduksi aktivitas enzim hidrolitik, yaitu enzim yang menyebabkan jaringan atau sel menjadi lisis atau pecah. Enzim kolagonase telah dibuktikan dihasilkan selama proses regresi ekor berudu in vitro (Sounders, 1982). Faktor eksternal yang mempengaruhi metamorfosis adalah ada tidaknya sumber makanan dan adanya pemangsa berudu.

Bagaimana Mekanisme pengendalian Hayati dalam Bidang Pertanian dengan Memanipulasi Hormon yang Berperan dalam Metamorfosis Serangga?
Penendalian Hama dapat dilakukan dengan memberikan hormon yang berlawanan dengan hormon yang memperlancar proses Metamorfosis yanitu hormon bersifat menghambat. Hormon tersebut diberikan dengan menyemprotkannyanya ke serangga.

Proses terjadinya Bayi Kembar Identik?
Kembar Identik atau kembar Monozigoti merupakan kembar yang berasal dari satu sel telur dan satu sperma. Kemudian membelah menjadi dua belahan dan menempel di dinding rahim. Kedua belahan berkembang sendiri-sendiri menjadi janin yang sempurna. Kemungkinan terjadi kembar identik adalah 1 dari 150 kehamilan. Kembar identik terjadi bukan karena faktor keturunan akan tetapi terjadi karena faktor alam. Sekitar 75% kehamilan kembar identik, hanya mempunyai satu ari-ari atau plasenta dengan satu selaput ketuban (amnion). Atau, satu ari-ari dengan dua selaput ketuban.
Adapun ciri khasnya yaitu.
Selalu berjenis kelamin sama, yakni perempuan dan perempuan, atau laki-laki dan laki-laki. Mereka biasanya memiliki wajah dan penampilan sama, bahkan seringkali memiliki kepribadian yang sangat mirip satu sama lain. Anak kembar identik tercatat berumur lebih panjang dibanding anak kembar fraternal. Kembar identik bisa berumur hingga lebih dari 100 tahun

Teratogen

Definisi  Teratogen;

  • Agen yang membahayakan perkembangna embrio atau fetus.
  • Agen yang berpengaruh bagi perkambangan normal fetus sehingga menyebabkan abortus, kelainan anak maupun komplikasi selama kebuntingan.


Sumber Terattogen: 
  1.  Pengobatan: obat epilepsi (Dilantin, Valporic Acid, Tegretol), Thalidomine, Chemotheraphy, Lithium.
  2. Bahan Kimia: Gas anastesika.
  3. Infeksi Penyakit: Rubella, Cytomegalovirus,  genital herpes, toxoplasmosis, chickenpox.
  4.  Lingkungan: Timbal.
  5. Drug (Zat adiktif): alkohol, kokain, cigarrettes, kafein.
  6. Lain-lain: DM (Diabetes Mellitus), Hipertemia, Radiasi.

Jaringan Tumbuhan dan Modifikasinya,,

Berdasarkan sifatnya jaringan dibagi menjadi jaringan pelindung, jaringan dasar, jaringan penguat, dan jaringan pengangkut
A.       Jaringan pelindung adalah jaringan terluar yang biasanya juga disebut jaringan Epidermis, Epidermis berasal dari kata epi yang artinya luar atau tepi dan dermis yang artinya kulit atau lapisan. Epidermis dapat diartikan sebagai kulit terluar. Seperti pada hewan, lapisan epidermis pada tumbuhan berada di bagian luar organ yang dilapisinya. Lapisan sel epidermis tersusun rapat tanpa ruang antarsel. Pada jenisjenis tumbuhan tertentu, sel-sel pada epidermis dapat bermodifikasi membentuk rambut, kelenjar, duri, atau serat. Epidermis pada beberapa jenis tumbuhan juga menyekresikan lapisan lilin untuk mencegah penguapan air yang berlebihan. Lapisan lilin tersebut dinamakan kutikula. Fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan-jaringan lain yang berada di bawahnya. Namun demikian, ada beberapa bentuk modifikasi sel-sel epidermis yang tidak berkaitan dengan fungsi perlindungan, misalnya sebagai berikut.
1.        Modifikasi membentuk stomata pada permukaan daun. Stomata sangat penting untuk menunjang proses respirasi dan fotosintesis.
2.        Modifikasi membentuk lentisel, yaitu daerah di lapisan gabus dengan susunan sel yang cukup renggang. Lentisel berperan dalam pertukaran gas di batang.
3.      Modifikasi membentuk rambut akar. Rambut akar adalah perluasan sel epidermis yang berfungsi mengoptimalkan penyerapan air dan mineral dari dalam tanah.

A.           Jaringan Dasar atau jaringan parenkim merupakan jaringan yang bisa ditemukan pada daun, akar maupun batang. Sel-selnya besar, letaknya jarang dan kaya akan ruang antar sel, dan memiliki organel sel yang lengkap. Karena ciri tersebut, parenkim memiliki sifat yang disebut totipotensi dan digunakan sebagai dasar teknik kultur jaringan. Seperti juga jaringan yang lain, parenkim juga mengalami modifikasi sehingga memiliki bentuk dan fungsi yang beragam, di antaranya sebagai berikut:
·       Parenkim palisade (parenkim pagar/jaringan tiang), mempunyai klorofil, sehingga pada bagian ini dapat berlangsung fotosintesis
·       Parenkim spons (parenkim bunga karang), merupakan tempat menyimpan hasil fotosintesis untuk sementara waktu
·       Pada batang dan akar terdapat parenkim kayu dan parenkim kulit.
·     Pada parenkim kulit sering ditemukan sel-sel yang mengandung  klorofil yang disebut klorenkim
.A.     Jaringan Penguat , pada  jaringan tumbuhan mempunyai jaringan penguat atau penunjang. Ada dua macam jaringan penguat pada jaringan tumbuhan yang menyusun tubuh tumbuhan, yaitu kolenkima dan sklerenkima.
1.Kolenkima
Sel kolenkima merupakan sel hidup, dinding selnya mengandung selulosa, pektin, dan hemiselulosa. Kolenkima pada umumnya terletak dibawah epidermis batang, tangkai daun, tangkai bunga dan ibu tulang daun. Kolenkima jarang terdapat pada akar. Kolenkima berbeda dengan parenkim karena dinding sel kolenkim menebal. Penebalan dinding kolenkima tidak merata diseluruh sel, misalnya hanya pada sudut-sudut sel sehingga disebut kolenkima sudut. Pada jaringan kolenkima pada jaringan tumbuhan tidak terdapat ruang antarsel. Jaringan kolenkima pada jaringan tumbuhan berfungsi sebagai penyokong pada bagian tumbuhan muda yang sedang tumbuh dan pada tumbuhan basah (herba).

2.Sklerenkima
Jaringan sklerenkima pada jaringan tumbuhan terdiri dari sel-sel mati yang dindingnya sangat tebal, kuat dan mengandung lignin. Jaringan sklerenkima pada jaringan tumbuhan berfungsi sebagai penguat. Menurut bentuknya, sklerenkima dibagi menjadi dua, yaitu serat dan sel batu. Serat atau serabut sklerenkima berbentuk seperti benang panjang. Sel batu atau sklereid bermacam-macam bentuknya. Disebut sel batu karena dinding selnya keras, misalnya pada tempurung kelapa.

B.     Jaringan Pengangkut tumbuhan hanya terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi. Jaringan ini berfungsi untuk mengangkut air, garam mineral, dan hasil fotosintesis. Sel-sel jaringan pengangkut berupa pembuluh atau seperti pipa, sehingga jaringan ini disebut jaringan pembuluh. Xilem dan floem berdampingan membentuk ikatan berkas pembuluh.

Jaringan pengangkut pada jaringan tumbuhan terdiri dari jaringan pembuluh kayu (xylem) dan jaringan pembuluh tapis (floem). Pada tumbuhan dikotil, xylem berada di sebelah dalam dan floem berada di sebelah luar. Xilem tersusun dari sel-sel memanjang yang telah mati. Dinding selnya mengeras dan tersusun dari selulosa. Xilem merupakan bagian dari kayu. Sel-sel tersebut bersambung membentuk pembuluh inilah yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar ke daun.

Jaringan pengangkut pada jaringan tumbuhan yang lain adalah pembuluh tapis (floem). Floem terdiri dari sel-sel hidup dan berdinding tipis. Floem merupakan bagian dari kulit kayu. Fungsinya adalah untuk mengangkut zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tertentu terdapat serabut floem atau serat yang mengandung lignin. Serabut-serabut ini dapat digunakan sebagai tali dan tekstil, misalnya rami (Boehmeria nivea), linen (Linum usitatissimum), dan jute (Corchorus capsularis).

Referensi :

Anonim. 2014. Macam-macam Fungsi Sistem Jaringan pada Tumbuhan.

http://smakita.net/macam-macam-sistem-jaringan-pada-tumbuhan/

Diakses pada tanggal 20 April 2014

Anonim. 2013. Jaringan pada tumbuhan (2) : Jaringan dewasa.

Diakses pada tanggal 20 April 2014
Armansyah, W. 2013. Jaringan Tumbuhan.
Diakses pada tanggal 20 April 2014 

Jumat, 04 April 2014

Kerusakan Lingkungan di Banua Kita


Kalimantan selatan merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan  laut Jawa di selatan dan selat makasar di timurnya. Kalimantan Selatan atau yang biasa disebut Kalsel ini beribukota Banjarmasin. Luas wialayah kalimantan selatan berkisar antara kurang lebih sekitar 37 ribu kilometer persegi. Jika di bandingkan dengan beberapa  tahun sebelumnya, wilayah kalsel masih dipenuhi hutan lebat, sungai dan juga lahan basah berupa rawa-rawa.  Sedangkan pada  saat ini bangunan dan pemukiman memenuhi  kalsel,  menelan banyak hutan dan rawa, terutama dan khususnya di wilayah kota Banjarmasin dan Banjarbaru.
Berbagai kegiatan manusia telah merubah potret kalimantan selatan. Dari yang dulunya dipenuhi dengan hutan yang lebat, sungai, dan rawa-rawa berubah menjadi pemukiman, bangunan, gedung-gedung pusat perbelanjaan, dan tanah yang lapang tanpa pohon. Yang kemudian menimbulkan dampak yang lebih jauh berupa bencana alam. Adapun kegiatan yang dimaksud diantaranya; penambangan, pembangunan, dan hal-hal lainnya yang memberikan dampak kurang baik terhadap lingkungan.

Jika kita merujuk ke bidang ekonomi, pertambangan dan pembangunan memang tidak dapat dihindari. Karena dengan kegiatan itulah perekonomian di kalimantan selatan dapat berjalan, dan  kemakmuran dapat dicapai. Bagi orang-orang yang mencintai lingkungan, memilih antara lingkungan dan perekonomian memang sulit.  Lingkungan berkaitan dengan masa depan (bumi, ketersediaan air bersih, udara yang sehat, dan lain-lain) sedangkan perekonomian berkaitan dengan dirinya dan  kemakmuran orang banyak. Sedangkan orang yang sebaliknya lebih cenderung memilih ekonomi, karena ia lebih mementingkan dirinya. Kesimpulannya, kegiatan pertambangan dan perekonomian lainnya harus tetap berjalan.
Berkaca dari permasalahan diatas, orang-orang lingkungan (orang-orang yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan yang tinggi; orang-orang yang berusaha menyelamtkan lingkungan dengan segala pengetahuan yang dimilikinya) menciptakan suatu solusi tanpa masalah, sehingga tidak ada yang dirugikan, perekonomian tetap berjalan dan lingkungan tetap lestari.
            Akan tetapi, jika seandainya pemikiran-pemikiran semacam ini baru muncul sekarang, maka akan menjadi percuma. Karena faktanya saat di kalimantan selatan kerusakan lingkungan sudah terlanjur terjadi, disebabkan oleh kegiatan pertambangan dan lain sebagainya. Sehingga pemikiran yang dibutuhkan saat ini, bukan lagi “Bagaimana melakukan kegiatan penambangan tanpa merusak lingkungan?” atau “Rancangan bangunan seperti apa yang lebih efisien sehingga tidak memerlukan banyak lahan dan tidak menelan banyak hutan?”. Tetapi akan menjadi “Bagaimana menanggulangi pencemaran air di sungai Martapura? atau sebagainya”.
            Bagaimanapun juga apabila kegiatan perekonomian seperti yang telah saya sebutkan, jika dilakukan tanpa  memperdulikan lingkungan, maka akan menimbulkan dampak yang sangat komplek baik untuk kehidupan saat ini maupun di masa yang akan datang. Sehingga saat ini, baik secara global, Indonesia pada umumnya dan Kalimantan Selatan khususnya, isu-isu yang berkaitan dengan masalah kerusakan lingkungan dan upaya penanggulangannya menjadi sangat menarik untuk dibicarakan.
            Jika kita membahas mengenai kerusakan lingkungan dan mempelajarinya lebih dalam, ternyata kerusakan lingkungan yang saat ini terjadi tidak hanya disebabkan oleh kegiatan pertambangan dan pembangunan saja. Tetapi juga disebabkan oleh perilaku manusia lainnya, seperti membuang sampah sembarangan, dan lainnya.
            Saat ini, sudah banyak kejadian dan bencana yang terjadi sebagai dampak dari kerusakan lingkungan. Salah satunya, ialah yang baru-baru saja terjadi di daerah Banjarbaru; yaitu banjir yang menenggelamkan banyak rumah, dan menghanyutkan dua orang. Banjir yang terjadi ini merupakan indikasi hilangnya hutan lahan basah di kawasan sekitar Banjarbaru, yang dulunya sangat banyak dikawasan ini. Selain banjir, masih banyak lagi dampak lainnya.
            Banjir tadi, hanyalah salah satu dampak dan contoh dari kerusakan lingkungan yang terjadi di Kalimantan Selatan. Masih banyak lagi contoh yang lain, seperti hilangnya sungai dari kota yang berjuluk seribu sungai (Banjarmasin), gundulnya hutan akibat kegiatan pertambangan,  hilangnya populasi Anggrek Bulan Pelaihari, dan lainnya.
            Hal yang saya sampaikan  sebelumnya adalah sebagai cerminan bagi kita, bahwa kerusakan yang terjadi di daerah kita (Kalimantan Selatan) sudah sangat parah, dan sangat memerlukan penanggulan. Oleh karenanya saya mengajak teman-teman, semua warga Kalimantan Selatan dan seluruh warga negara Indonesia, untuk menjaga lingkungan dan bumi kita, dengan memulai dari hal kecil seperti; tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan tas belanjaan, dan masih banyak lagi. Tulisan saya ini berawal dari keprihatinan saya terhadap lingkungan, dan agar kita semua ingat bahwa; Bumi ini adalah titipan, untuk dititipkan lagi ke generasi berikutnya”.

Sabtu, 29 Maret 2014

Definisi, Manfaat, dan Masalah yang dihadapi Lahan Basah

Definisi Lahan Basah

Berdasarkan Konvensi Ramsar(1971) di Iran; yaitu konvensi Internasional tentang lahan basah. 
Lahan Basah adalah daerah-daerah rawa, paya, lahan gambut atau badan perairan lainnya baik alami maupun buatan, airnya mengalir atau tergenang permanen atau sementara, rasanya tawar, payau & atau asin termasuk kawasan laut dimana kedalaman airnya pada saat surut terendah tidak lebih dari 6 m.

Sedangkan menurut beberapa Ilmuwan (Warthington, 1976 ; Cowardin et al. 1979 ; Denny, 1985)
Lahan Basah adalah suatu daerah perairan antara lingkungan daratan dengan lingkungan perairan, dimana tanah yang tergenang atau jenuh air menyebabkan berkembangnya suatu vegetasi yang khas.
Repprot, 1990, mendefinisikan lahan basah sebagai daerah persawahan, sedangkan Nontji, A. et al. 1986, mendefinisikan sebagai kawasan perairan rendah, perairan rawa yang merupakan peralihan antara lingkungan perairan dan daratan.

Di Indonesia definisi Lahan Basah di Indonesia di bagi menjadi dua, yaitu:
  • Golongan A; lebih bersifat umum yang merupakan jenis lahan basah yang tidak memperhatikan adanya pengaruh pasang surut.
  • Golongan B; yang membedakan adanya pengaruh pasang surut.
Lahan Basah mempunyai banyak manfaat, diantaranya manfaat ekologis, ekonomis, dan sebagai atribut.
  1. Manfaat Ekologis, meliputi:
  • Sebagai Habitat beberapa jenis mahkluk hidup (flora dan fauna yang mempunyai nilai ekonomis dan dilindungi).
  • Pengatur Fungsi Hidrologis (pemasok air ke lahan basah lain,memelihara iklim mikro, dan mencegah intrusi air laut).
  • Menjaga Kualitas Air (pengendap lumpur, penambat unsur hara, penambat bahan beracun)
  • Pencegah Bencana Alam (Mencegah banjir, memecah kekuatan gelombang dan arus, menahan bahan dan angin).
  • Menjaga sistem dan proses-proses alami (proses dan sistem ekologi, geomorfologi, dan geologi; penyerapan  karbon; mencegah terjadinya tanah sulfat masam).
    2.  Manfaat Ekonomis
  • Penghasil sumber daya hayati (perikanan, pertanian dan hutan, sumber plasma nutfah).
  • Penghasil Energi (Pembangkit Listrik Tenaga Air).
  • Sarana Transportasi.
  • Rekreasi dan Pariwisata.
    3.  Sebagai Atribut
  • Kepentingan Sosial, Budaya, dan Agama (rumah laning atau panggung).
  • Sarana Penelitian dan Pendidikan.
Masalah yang di hadapi Lahan Basah
Banyak masalah yang dihadapi lahan basah saat ini, yaitu berkaitan dengan masalah kerusakan lingkungan, alih fungsi lahan basah, pencemaran dan lainnya. 
Kerusakan Lahan Basah, meliputi penebangan liar, penangkapan ikan yang berlebihan. dan lain sebagainya. Alih funhgsi lahan basah, meliputi pengaliahn menjadi lahan pemukiman, industri. Pencemaran basah, tercemarnya lahan basah oleh zat-zat pencemar baik limbah rumah tangga, maupun limbah industri oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.


Selasa, 18 Maret 2014

Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia


         Indonesia merupakan  negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang menjapai 17.508 pulau dengan luas lautnya sekitar 3,1 juta km2 Wilayah lautan yang luas tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, salah satunya adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan  ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).
          Potensi sumberdaya alam kelautan ini tersebar di seluruh Indonesia dengan  beragam nilai dan fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai produksi (sumber bahan pangan dan ornamental) dan nilai konservasi (sebagai pendukung proses ekologis dan penyangga kehidupan di daerah pesisir, sumber sedimen pantai dan melindungi pantai dari ancaman abrasi) (Fossa dan Nilsen, 1996). Ditinjau dari aspek ekonomi, ekosistem terumbu karang menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat pesisir di sekitarnya (Suharsono, 1998).
          Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluhpuluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000). Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.

Pengertian Terumbu Karang

        Binatang karang adalah  pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang karang yang berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang lunak). Dalam peristilahan ‘terumbu karang’, “karang” yang dimaksud adalah  koral, sekelompok  hewan dari ordo  Scleractinia  yang menghasilkan  kapur  sebagai pembentuk utama terumbu, sedangkan Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Di dalam terumbu karang, koral adalah insinyur ekosistemnya. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Jadi Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras.  (Guilcher, 1988).

Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya
Ada dua jenis terumbu karang yaitu :
  1. Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
  2. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atol
Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Bentuknya
Terumbu karang umunya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :
  1. Terumbu karang tepi (fringing reefs).Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
  2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs).Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah
  3. Terumbu karang cincin.Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.
  4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs).Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu.
Faktor- Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem Terumbu Karang
  • Suhu
Secara global, sebarang terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan laut yang isoterm pada suhu 20 °C, dan tidak ada terumbu karang yang berkembang di bawah suhu 18 °C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C, dan dapat menoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C.
  • Salinitas
Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas air yang tetap di atas 30 ‰ tetapi di bawah 35 ‰ Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas. Contohnya di delta sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang salinitasnya 42 %.
  • Cahaya dan Kedalaman
Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.
  • Kecerahan
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang tinggi pula.
  • Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan air segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip karang.
  • Arus
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang.
  • Sedimen
Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen merupakan faktor pembatas yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana suhu cocok untuk hewan ini.
3.3       Penghuni Terumbu Karang
  1. Tumbuh- tumbuhan.Ganggang (alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan yang besar dan beraneka ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan akuatik. Mereka adalah produsen primer, seperti yang telah diterangkan, mampu menangkap energi surya dan mnggunakannya untuk menghasilkan gula dan senyawa majemuk lainnya dengan menyimpan energi.Lamun adalah salah satu vegetasi yang hidup di sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai manfaat sebagai perangkap sedimen.
  2.  Avertebrata.Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok utama dari dunia hewan yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang. Filum Cnidaria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur- ubur dan Anthozoa.Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakkan memiliki ukuran kecil dan tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi yang dilakukan oleh hewan secara alami, yang disebut bioerosi, dari  batuan kapur menjadi pecahan kapur sampai ke pasir dengan mliang pada batuan tadi. Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda yang hidup dalam terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang, lobster dan udang  karang.Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus dengan hwan lain di terumbu karang. Teritip menempel pada beberapa substrat seperti penyu dan kepiting; udang pembersih dengan beberapa ikan; atau udang kecil bwarna dengan anemone.Molusca menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem terumbu yang merupakan penyumbang penting terbentuknya pasir laut. Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan penting di dalam jaringan makanan terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga menjadi dasar bagi perdagangan besar cangkang hias dan penunjang utama perikanan kerang dan cumi- cumi.Echinodermata adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di terumbu karang dan padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa saja mulai dari sepon, teritip, keong dan kerang.Teripang mendiami sebagain besar terumbu karang dan memakan alga dan detritus dasar. Mereka mempunyai alami sedikit dan manusia barangkali yang menjadi pemangsa yang rakus.
  3. Ikan Karang.Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:

  • ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi seperti Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae;
  • kelompok jenis indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu perairan seperti Famili Chaetodontidae; dan
  • kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena peran lainnya belum diketahui seperti Famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae, Apogonidae (Adrim, 1993).

Banyak ikan yang mempunyai daerah hidup di terumbu karang dan jarang dari ikan-ikan tersebut keluar daerahnya untuk mencari makanan dan tempat perlindungan. Batas wilayah ikan tersebut didasarkan pada pasokan makananan, keberadaan predator, daerah tempat hidup, dan daerah pemijahan.
     4.  Reptilia.Reptiilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya dua kelompok yaitu, ular laut   dan penyu. Dua klompok ini terancam punah. Ular ditangkap untuk kulitnya, dan penyu terutama untuk telurnya.
3.4 Manfaat Ekosistem Terumbu Karang
  • Dari segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai estetika dan tingkat keanekaragaman biota yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan, bahan obat – obatan ataupun sebagai objek wisata bahari.
  • Ditinjau dari fungsi ekologisnya, terumbu karang yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik, yaitu mampu menahan hempasan gelombang yang kuat sehingga dapat melindungi pantai dari abrasi
  • Adapun dari sisi social ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan yang produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk pesisir, dan devisa Negara yang berasal dari devisa perikanan dan pariwisata.
3.5       Faktor- faktor yang Merusak Terumbu Karang
Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayati nya termasuk di laut. Karena Indonesia termasuk negara kepulauan. Saat ini salah satu ekosistem yang memiliki peranan penting yaitu terumbu karang, kini mulai rusak. Hal ini disebabkan oleh :
a. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan tanah (erosi)  yang akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh sedimen.
b. Aliran air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar tersebut dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang.
c. Berbagai jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan.
d. Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global. yang dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan  perginya zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
e. Uji coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.
f. Cara tangkap yang merusak
Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan muro-ami, racun dan bahan peledak.
d. Penambangan dan pengambilan karang
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan bangunan. Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
e. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya yang sangat merusak koloni karang.
f. Serangan bintang laut berduri
Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar pemangsa karang yang permukaanya dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni karang, untuk kemudian mencerna dan membungkus  polip-polip karang dipermukaan koloni tersebut.


Senin, 17 Maret 2014

Bioetanol dari Limbah,,,(Sumber Energi Terbarukan)...


         Jika memikirkan tentang minyak bumi mungkin yang anda dipikiran saya ataupun anda adalah sumber energi (bahan bakar) yang tak bisa diperbaharui. Saat ini sudah menjadi kenyataan dan fenomena di seluruh dunia untuk mencari sumber daya bahan bakar yang dapat diperbaharui dan merupakan bahan bakar yan terbarukan.



         Salah satunya ialah Bioetanol. Bahan bakar etanol adalah etanol (etil alkohol) dengan jenis yang sama dengan yang ditemukan pada minuman beralkohol dengan penggunaan sebagai bahan bakar. Etanol seringkali dijadikan bahan tambahan bensin sehingga menjadi biofuel. Produksi etanol dunia untuk bahan bakar transportasi meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu 7 tahun, dari 17 miliar liter pada tahun 2000 menjadi 52 miliar liter pada tahun 2007. Dari tahun 2007 ke 2008, komposisi etanol pada bahan bakar bensin di dunia telah meningkat dari 3.7% menjadi 5.4%. Pada tahun 2010, produksi etanol dunia mencapai angka 22,95 miliar galon AS (86,9 miliar liter), dengan Amerika Serikat sendiri memproduksi 13,2 miliar galon AS, atau 57,5% dari total produksi dunia. Etanol mempunyai nilai "ekuivalensi galon bensin" sebesar 1.500 galon AS.

         Dengan alasan minyak bumi tidak dapat diperbaharui, maka saat ini banyak negara-negara di dunia mencari pengganti bahar bakar tersebut. Salah satunya adalah menggunakan Bioetanol sebagai tambahan(campuran) dalam bensin, sehingga penggunaanya bisa dikurangi.
            Di berbagai belahan dunia, saat ini hal itu juga menjadi suatu permasalahan. Dikarenakan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi bioetanol tersebut berasal dari bahan-bahan pangan penting seperti tebu dan bahan lainnya. Sehingga ada atau terdapat kekhawatiran akan terganggunya produksi pangan dunia. Untuk menjawab kekhawatiran tersebut maka lahirlah inovasi baru yang digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi bioetanol. Yaitu sebagai contoh, limbah-limbah yang pernah dan sudah terbukti bisa adalah sebagai berikut: jerami, limbah daun karet, sampai sampah sisasisa rumah tangga.
           Salah satu limbah yang menurut saya bisa dijadikan bahan baku bioetnol ialah limbah cair industri tahu. Adapun metode yang mungkin bisa dilakukan untuk mendapatkan bioetanol tersebut yaitu;


  1. Limbah tahu dibuat menjadi nata de soya terlebih dahulu, dengan memanfaatkanmikroba atau menggunakan prosedur yang sama dengan pembuatan nata de soya pada biasanya.
  2. Setelah diperoleh nata de soya, kemudian nata yang diperoleh di konversi menjadi bioetanol. Yaitu dengan menggunakan metode yang biasa digunakan untukmembuat bioetanol dari selulosa.

   
             Hal yang saya katakan mengenai bioetanol dari limbah tahu tersebut hanyalah ide saya tentang sebuah penelitian dan belum diketahui terbukti secara ilmiah bisa dimanfaatkan. Berkaitan dengan pemanfaatan limbah tahu tersebut manjadi sebuah produk bioetanol berawal dari iseng saya ketika menjawab soal ujian sebuah mata kuliah, mata kuliah yang saya maksud ialah Ilmu Kealaman Dasar. Adapun soalnya yaitu: Sebutkan 3 bahan yang bisa di konversi menjadi Bioetanol...? Gambarkan metodenya secara skematis...! Dan berikan alasan kenapa anda menggunakan bahan tersebut...!
              Karena kurang paham dengan proses pembuatan bioetanol, maka saya menjawab soal itu dengan ngawur. Adapun bahan yang saya sebutkan ialah singkong, jerami, dan limbah cair industri tahu. Jawaban yang saya tulis kala itu lebih menitikberatkan pada alasan kenapa saya menggunakan bahan tersebut. Untuk metode yang digunakan jujur saja saya ngawur "semuanya saya tulis dengan menggunakan metode fermentasi dengan mikroba". Untuk dua jawaban yang saya tulis memang sudah terbukti bisa dibuat (dikonversi) menjadi bioetanol. Sementara untuk bahan ketiga yaitu limbah cair industri tahu belum diketahui apakah terbukti secara ilmiah,  "aku nulis jawaban itu karena alasannya bisa maksimal yaitu bahannya melimpah, harganya murah, sehingga mudah didapatkan.


Meskipun menjawab dengan ngawur anehnya nilai "A" hehehe,,,:)