LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN
LINGKUNGAN LAHAN BASAH
OLEH :
Rahmi Hidayati (J1A113036)
Widya Wurianto (J1A112022)
Alfianah (J1A113005)
Aliefa
Noor Amami (J1C113044)
Aziza Sholikhah (J1C113049)
Santi Arisna Yanti (J1C113225)
Mabrur (J1C113027)
Erka
Wike N.Z (J1E113220)
Kurnia
Sari (J1E113042)
M.
Irfan Rosyadi (J1E113024)
KELOMPOK : A-3
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BANJARBARU
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan
praktikum ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil praktikum mata kuliah
Pengenalan Lingkungan Lahan Basah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Praktikan,
Kelompok
A-3
Disetujui oleh,
Koordinator Asisten Praktikum Asisten
Praktikum
M. Rasyid Akbar Kuswanto
NIM. J1E112075 NIM. J1C112004
Mengetahui,
Dosen Koordinator Praktikum
Totok Wianto,
S.Si., M.Si.
NIP. 19780504 200312 1
004
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
penyusunan Laporan Praktikum Pengenalan Lingkungan Lahan Basah (PLLB) ini dapat
diselesaikan. Berkat bantuan dari berbagai pihak Penyusunan Laporan Praktikum
Pengenalan Lingkungan Lahan Basah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan segala rendah hati, penyusun mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak atas segala bimbingan, nasihat, serta bantuan
sehingga dapat menunjang dalam penyelesaian Laporan Praktikum Pengenalan
Lingkungan Lahan Basah, baik kepada tim dosen pembimbing mata kuliah Laporan
Praktikum Pengenalan Lingkungan Lahan Basah maupun seluruh kakak asisten selaku
pembimbing praktikum yang telah mendampingi dan memberi pengarahan kepada
praktikan dalam setiap penelitian selama kegiatan praktikum ini.
Penyusun juga menyadari bahwa dalam
penyusunan Laporan Praktikum Pengenalan Lingkungan Lahan Basah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang
membangun kepada penyusun demi kesempurnaan laporan praktikum dimasa yang akan
datang. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan
terlebih bagi para pembaca.
Banjarbaru, Juni 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penelitian
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Sawah
2.2 Danau
2.3 Sungai
2.4 Sungai Buatan
BAB III METODE
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Prosedur Kerja
BAB IV HASIL
DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Provinsi
Kalimantan Selatan secara geografis, terletak di antara 114 19' 13'' - 116 33'
28'' Bujur Timur dan 1 21' 49'' – 4 10' 14'' Lintang Selatan. Provinsi
Kalimantan Selatan hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara
keseluruhan. Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas daerah sebesar
41.467,75 km2
terletak di daerah khatulistiwa.
Kalimantan Selatan terdiri dari dataran rendah,
rawa-rawa, sungai-sungai, dataran tinggi pegunungan dengan lembah dan 43 persennya sebagian besar berupa hutan.
Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai. Sungai tersebut antara
lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan,
Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai
Batulicin, Sungai Sampanahan dan sebagainya. Umumnya sungai-sungai tersebut
berpangkal pada pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.
Selain
itu kawasan Kalimantan Selatan juga di dominasi oleh rawa dan kawasan lahan
basah lainnya. Rawa yang sangat banyak tersebut dimanfaatkan oleh penduduknya
untuk lahan pertanian persawahan. Selain dimanfaatkan untuk lahan pertanian,
rawa di daerah kalimantan Selatan juga dimanfaatkan untuk peternakan kerbau
rawa khususnya di daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dapat dikatakan bahwa
kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan tidak lepas dari yang namanya lahan
basah. Sehingga sangat penting untuk mempelajari lahan basah yang ada di
Kalimantan Selatan agar nantinya bisa dikelola dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat Kalimantan Selatan sendiri.
1.2
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur beberapa paremeter fisik,kimia dan biologi di ekosistem danau,
sungai dan rawa.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Sawah
Manfaat langsung dari lahan basah bagi
kehidupan dapat kita lihat yaitu dengan adanya sawah sebagai lahan untuk
menanam padi. Sawah berfungsi sebagai lahan untuk menanam padi. Padi yang
merupakan makanan pokok orang indonesia dapat tumbuh pada lahan yang rendah
sampai pegunungan dan dari lahan beririgasi hingga lahan tadah
hujan(Goltenboth, 2012).
Sawah adalah pertanian yang dilakukan di
tanah basah atau daerah yang memiliki kandungan air cukup, seperti di daerah
dataran rendah atau lembah dengan padi sebagai tanaman utama. Sawah irigasi adalah sawah yang menggunakan
sistem irigasi teratur (teknis). Pengairan sawah irigasi berasal dari sebuah
bendungan atau waduk. Pengairan sawah dilakukan oleh kelompok tani yang dikenal
dengan nama darmotirto di Jawa dan subak di Bali. Pada sawah irigasi petani
dapat panen 2-3 kali tanaman padi. Pada saat tertentu sawah tersebut ditanami
dengan tanaman palawija, seperti jagung, kacang hijau, kacang tanah, dan
lain-lain. Pertanian sawah irigasi terdapat di Bali, Jawa, Sumatra, Kalimantan,
dan Papua( Siva, 2013).
Sawah telah lama
dikenal di Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Secara tradisional sawah
ditanami dengan banyak sekali varietas padi. Hampir setiap desa mempunyai satu
atau lebih varietas padi lokal. Padi lokal ini bukanlah padi murni melainkan
campuran banyak varietas. Oleh karena itu sistem sawah tradisional sangat
penting sebagai sumberdaya gen yang sangat kaya. Selain itu sawah juga
mempunyai berfungsi dalam pengedalian erosi (Soemarwoto, 1972).
Sawah adalah bentuk pertanian lahan
basah karena menggunakan banyak air dalam kegiatan pertaniannya terutama pada
awal kegiatan penanaman. Macam-macam sawah di Indonesia:
a.
Sawah
Irigasi, adalah sawah dengan pengairan yang teratur,
b.
Sawah
Lebak, adalah sawah yang terletak pada dataran banjir,
c.
Sawah
Tadah hujan, adalah sawah yang pengairannya dari air hujan.
d.
Sawah
Pasang Surut, adalah sawah yang terletak di muara sungai atau tepi pantai
(Surapto, 2008).
Karakteristik
sifat kimianya dapat dilihat dari tanah yang mengandung udara cukup, oksigen
yang bertindak sebagai penerima elektron, sehingga Fe dan Mn tidak tereduksi
dan tidak mengalami translokasi. Tanah sawah kahat udara karena dijenuhi air
dan karena berstruktur lumpur tidak ada pori-pori yang mengantarkan udara masuk
ke dalam tanah (Hardjowigeno et al, 2001).
Karakteristik
sifat fisikanya dapat dilihat dari penggunaan tanah. Penggunaan tanah sebagai
sawah umumnya tidak dilakukan sepanjang tahun, tetapi bergiliran dengan tanaman
palawija (lahan kering) atau bera, maka perubahan-perubahan tersebut dapat
dibedakan menjadi perubahan sementara dan perubahan permanen. Dalam proses
pelumpuran, pori-pori makro pada dasarnya hilang. Sekitar 91 – 100% volume yang
ditempati pori-pori makro hancurkan akibat pelumpuran sehingga porositas
kapiler meningkat sekitar 223%. Dengan demikian air dapat masuk dengan leluasa
(Hardjowigeno et al, 2001).
Karakteristik
sifat biologinya dapat dilihat dengan susunan mikroba di dalam tanah sebagian
besar terdiri dari bakteri, fungi, dan mikroalga. Populasi mikroba dalam tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu
jumlah dan macam zat hara, kelembaban, tingkat aerasi, suhu, pH, dan
perlakuan pada tanah seperti penambahan pupuk atau banjir yang dapat
menyebabkan peningkatan jumlah mikroba (Hardjowigeno et al, 2001).
2.2 Danau
Danau adalah
sekumpulan air tawar atau air asin dalam jumlah besar yang terletak di daratan
dan di sekitarnya dikelilingi oleh daratan. Danau terbentuk oleh bermacam-macam
sebab. Misalnya terbentuk karena guyuran air hujan yang terkumpul dalam jumlah
besar dan menggenang di sebuah cekungan. Bisa juga karena banyak terdapat
sumber mata air yang mengalir dan berkumpul di cekungan, atau karena adanya es
yang mencair (gletser) yang berakhir di sebuah cekungan. Danau yang sangat luas
dan berisi air asin juga bisa disebut laut, misalnya danau kaspia atau laut
kaspia. Danau juga bisa berisi air payau atau campuran air tawar dengan air
laut, misalnya danau lake di Filipina yang mendapat pasokan air dari daratan
dan lautan (Lidiawati, 2012). Jenis-Jenis / Macam-Macam Danau yang ada di
Indonesia :
1. Danau Buatan / Waduk
Danau buatan
adalah danau yang secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan
air pertanian, perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya. Contoh : Waduk
Jatiluhur di Jawa Barat.
2. Danau Karst
Danau karts
adalah danau yang berada di daerah berkapur di mana yang berukuran kecil
disebut doline dan yang besar dinamakan uvala.
3. Danau Tektonik
Danau tektonik
adalah danau yang terjadi akibat adanya aktivitas / peristiwa tektonik yang
mengakibatkan permukaan tanah pada lapisan kulit bumi turun ke bawah membentuk
cekung dan akhirnya terisi air. Contoh yakni : Danau Toba di Sumatera Utara.
4. Danau Vulkanik / Danau Kawah
Danau vulkanik
adalah danau yang terbentuk pada bekas kawah gunung berapi. Contoh yaitu :
Danau Batur di Bali.
(Godam, 2008).
Berdasarkan
komunitas tumbuhan dan hewan tersebar bergantung kedalaman air dan jaraknya
dari tepian. Danau dibagi menjadi tiga
zona. Zona tersebut meliputi zona Litoral, Zona limnetik, dan zona profundal. Berdasarkan
produksi bahan organiknya, danau dikelompokkan menjadi:
a.
Danau
Oligotrofik, yaitu danau yang dalam dan tidak banyak mengandung nutrien, dan
fitolankton pada zona limnetiknya tidak begitu produktif.
b.
Danau
Eutrofik, yaitu danau yang umumnya lebih dangkal, dan kandungan nutrien pada
airnya tinggi. Sebagai akibatnya, fitoplanktonnya sangat produktif, dan airnya
seringkali menjadi keruh.
c.
Danau
Mesotrofik, yaitu danau yang terdapat diantara danau oligotrofik dan danau
eutrofik. Danau ini mempunyai jumlah nutrien dan produktivitas fitoplankton yang sedang.
(Campbell,
2000).
2.3 Sungai
Sungai merupakan
jalan air alami mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang
lain. Pada beberapa kasus, sebuah
sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan
air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air
hujan yang turun di
daratan
untuk mengalir ke
laut
atau tampungan air yang besar seperti
danau. Sungai terdiri dari
beberapa bagian, bermula dari
mata air yang mengalir keanak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai
utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan
tebing di sebelah kir dan kanan.Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut
dikenali sebagai muara sungai(Hamilton, 1992).
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air
dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air,
limpasan bawah tanah, dan di beberapa Negara tertentu air sungai juga berasal
dari lelehan es/salju. Selain air,
sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk
irigasi
pertanian bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air
limbah bahkan sebenarnya potensial
untuk dijadikan objek wisata sungai. Di
Indonesia
saat ini terdapat 5.950
daerah aliran sungai (DAS) (Hamilton,
1992).
Sungai menurut jumlah
airnya dibedakan :
a.
Sungai permanen
yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relative tetap. Contoh sungai jenis
ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai
Musi, Batang hari dan Indragiri di Sumatera.
b.
Sungai periodik yaitu sungai yang pada waktu musim
hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis
ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak
di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta
serta sungai Brantas di JawaTimur.
c.
Sungai intermittent atau sungai episodik yaitu sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan
pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di
pulau Sumba.
d.
Sungai ephemeral yaitu sungai yang ada airnya hanya
pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis
episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu
banyak.
(Hamilton,
1992).
Sungai menurut genetiknya
dibedakan :
a.
sungai konsekwen yaitu sungai
yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng
b.
sungai subsekwen yaitu sungai
yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen
c.
sungai obsekwen yaitu anak
sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekwen
d.
sungai insekwen yaitu sungai
yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan
e.
sungai resekwen yaitu anak
sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen.
(Hamilton,
1992).
Sungai
seringkali dikendalikan atau dikontrol supaya lebih bermanfaat atau mengurangi dampak
negatifnya terhadap kegiatan manusia.
a.
Bendung
dan Bendungan
dibangun untuk mengontrolaliran, menyimpan air atau menghasilkan energi.
b.
Tanggul
dibuat untuk mencegah sungai mengalir melampaui batas dataran banjirnya.
c.
Kanal-kanal
dibuat untuk menghubungkan sungai-sungai untuk mentransfer air maupun navigasi
d.
Badan sungai dapat dimodifikasi untuk meningkatkan
navigasi
atau diluruskan untuk meningkatkan rerata aliran.
(Hamilton,
1992).
Manajemen sungai
merupakan aktivitas yang berkelanjutan karena sungai cenderung untuk mengulangi
kembali modifikasi buatan manusia. Saluran yang dikerukakan kembali mendangkal,
mekanisme pintu air akan memburuk seiring waktu berjalan, tanggul-tanggul dan bendungan
sangat mungkin mengalami rembesan atau kegagalan yang dahsyat akibatnya.
Keuntungan yang dicari dalam manajemen sungai
seringkali "impas" bila dibandingkan dengan biaya-biaya social ekonomis
yang dikeluarkan dalam mitigasi efek buruk dari manajemen yang bersangkutan. Sebagai
contoh, di beberapa bagian Negara berkembang, sungai telah dikungkung dalam kanal-kanal
sehingga dataran banjir yang datar dapat bebas dan dikembangkan. Banjir dapat menggenangi
pola pembangunan tersebut sehingga dibutuhkan biaya tinggi dan sering kali makan
korban jiwa(Hamilton, 1992).
Banyak sungai kini
semakin dikembangkan sebagai wahana konservasi habitat, karena sungai termasuk penting
untuk berbagai tanaman air, ikan-ikan yang bermigrasi, menetap, dan budidaya tambak,
burung-burung, serta beberapa jenis
mamalia.
Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial,
dendritik, trellis, rektanguler dan pinate.
a.
Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua
yaitu:
1.
Radial
sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola
aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut.
2.
Radial
sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini
terdapat di daerah basin (cekungan).
b.
Dendritik,
adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di mana
sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya.Jenis ini biasanya terdapat
di daerah datar atau daerah dataran pantai.
c. Trellis, adalah pola
aliran yang menyirip seperti daun.
d. Rektangular, adalah pola
aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
e. Pinate, adalah pola
aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
f. Anular, adalah pola
aliran sungai yang membentuk lingkaran.
(Wiyono, 2009).
2.4 Sungai Buatan
Sungai buatan
adalah sungai yang sama dengan sungai alami. Hanya saja perbedaannya adalah
sungai jenis ini dibuat untuk tujuan tertentu. Adapun tujuan dari pembuatan
sungai buatan adalah sebagai pengendali banjir, irigasi untuk persawahan, dan
visual rekreasi(Maryono, 2003).
BAB
III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu danTempat
Praktikum
ini di lakukan dengan dua tahap yaitu lapangan dan juga laboratorium, praktikum
di lapangan di lakukan pada tanggal 17 mei 2014
pukul 08.00 WITA - selesai,di 4 tempat berbeda yaitu sungai buatan, sungai alami, danau dan juga
sawah di Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar, sedangkan praktikum laboratorium berlangsung dari
tanggal 19 Mei - 6 Juni 2014 dari pukul 12.00 WITA - selesai bertempat di
Laboraturium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah kertas pH, pH meter, termometer, DO meter, lempeng secchi, refraktometer, tali plastik.
3.3 Prosedur
Kerja
A. SUNGAI
1.
pH Air
Pengukuran derajat keasaman air dilakukan dengan menggunakan kertas
indikator universal pH (1-14) yang dicelupkan ke dalam air.Kemudian perubahan
warna yang terjadi dicocokkan dengan warna standar. Atau dengan menggunakan
alat test kit disital untuk mengukur pH terlebih dahulu, dikalibrasi dengan
menggunakan larutan buffer terlebih dahulu.
2.
Suhu
Air
Pengukuran dilakukan dengan memaasukkan thermometer ke dalam
perairan.
3.
Pengukuran
DO
Pengukuran DO dapat dilakukan dengan menggunakan DO Meter dimana
alat DO meter sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu baru dimasukkan ke
dalam perairan yang akan diukur DOnya.
4.
Kecerahan
Penetrasi cahaya diukur dengan menggunakan keeping secchi yang
diakitkan pada tali penduga.Yang harus diperhatikan apakah penetrasi cahaya
matahari tersebut sampai substrat dasar atau tidak.Hal ini dikaitkan dengan
produktivitas muara sungai.
5.
Pengambilan
sampel plankton
Lempar plankton net ke perairan kemudian tarik secara horizontal
kemudian tamping sampel air di dalam botol film atau analisis phytoplankton di
laboratorium.
6.
Analisis
Fe
Analisis kandungan Fe pada air dengan menggunakan istrumen
Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
7.
Analisis
Butiran Batuan
Analisis butiran batuan dilakuakan dengan mengamati ukuran batuan
yang ada di sekitar muara.Jika batuan kecil, dirasakan dengan jari tangan
apakah halus atau kasar.
8.
Pengukuran
Kecepatan Arus
- Digunakan
float method (metode pelampung) perkirakan kecepatan arus sungai dengan
menggunakan botol plastik ukuran 300mL diisi air sampai 80%
-
Diikat dan
digulung dengan tali dengan panjang tertentu dan dihanyutkan
-
Dicatat
sampai gulungan tali habis.
-
Rumus
kec.arus = kecepatan arus bagian pinggir + tengah
2
-
Rumus
kecepatan (V) = S/t
9.
Debit Air
Ukur volume air sungai dan dihitung waktu selama pengukuran kemudian
ukur debit air sungai dengan rumus Q = dV/dt
10. Profil penampang sungai dan profil sungai
Profil mulut muara diukur pada wilayah muara yang berbatasan dengan
laut, dibuat dengan mengukur kedalaman muara pada lima titik, titik tiga bagian
tengah dari AB. Gambar dapat dilihat sebagai berikut :
11.
Infentarisir
Flora Fauna
Analisis flora dilakukan dengan metode petak ukur, yaitu dengan
membuat petak pengamatan sebagai berikut :
1.
Petak ukur
untuk seedling luas 2 x 2 m2
2.
Petak ukur
untuk sapling denga luas 5 x 5 m2
3.
Petak ukur
untuk tiang dengan luas 10 x 10 m2
4.
Petak ukur
untuk pohon dengan luas 20 x 20 m2
Analisis fauna
tingkat tinggi dilakukan dengan pengamatan.
12.
Analisis
Kimia Sedimen
a.
Pengambilan
sampel sedimen
Sampel sedimen
diambil dengan menggunakan eigmen grab kemudian dimasukkan ke dalam kantong
plastic.
b.
Analisis
jenis sedimen
Dianalisis batuan,
pasir, lumpur, atau yang lainnya.
c.
Analisis
pH sedimen
-
ditimbang
10 gram sedimen halus.
-
Dimasukkan
ke dalam beaker glass 50 mL
-
Ditambahkan
25 ml aquades
-
Dikocok
selama 2 jam dan dibiarkan selama 1 malam. Keeseokan harinya dikocok lagi
selama ½ jam.
-
pH diukur
dengan pH meter.
d.
Analisis
kandungan Fe sedimen
Analisa kandungan Fe
pada sedimen dengan menggunkan instrument Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut.
1.
Preparasi
Sampel Sedimen
-
Sebanyak 1
gram sampel tanah ditambahkan 10 mL HCl 0,1 N, dimasukkannke dalam botol film
dan dikocok selama 30 menit.
-
Disentrifuge
selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm dan disaring.
-
Filtrate
yang terbentuk dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL yang berisi filtrate,
-
Larutan
kemudian ditandabataskan dan dikocok.
2.
Pembuatan
Larutan Standar Fe
-
Sebanyak
25 mL larutan induk Fe 1000 ppm di pipet
-
Dimasukkan
ke dalam labu ukur 250 mL.
-
Ditambahkakn
aquades sampai tanda batas sehingga di peroleh larutan Fe dengan konsentrasi 0
; 2 ; 4; 6; 8dan 10 ppm dari larutan Pb 100 ppm
-
Larutan
tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
3.
Penentuan
logam Fe dengan SSA
Larutan sampel yang
telah dipreparasi langsung diukur serapannya dengan SSA.
e.
Analisa
bahan organic (metode walkey dan black)
-
Ditimbang
contoh sedimen kering udara sekitar 1 gram.
-
Dimasukkan
kedalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan 10 mL K2Cr2O71
N dan H2SO4pekat.
-
Kocok
larutan di atas kain flanel yang agak basah dan lunak selama 10 menit. Jika warna
masih hijau, tambahkan lagi larutan K2Cr2O71 N
dan H2SO4pekat dan catat penambahannya, kemudian
didinginkan.
-
Ditambhakan
aquades sampai tanda batas dan kocok kembali serta diambak sampai 24 jam.
-
Dipipet 10
mL larutan cairan yang jernih dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 mL
-
Ditambahkan
1 mL H3PO4 pekat dan 2 -3 tetes indicator difenil anin
-
Dititrasi
dengan larutan FeSO4.7H2O 0,2 N. lakukan juga untuk
blanko.
% C Organik = (vol.blanko
- vol.sampel) x N FeSO4 x 0,3003 x f x 100%
Berat
tanah (g)
f = 1,3
A. SAWAH
1.
Ph Air
Pengukuran derajat keasaman air dilakukan dengan menggunakan kertas
indikator universal pH (1-14) yang dicelupkan ke dalam air.Kemudian perubahan
warna yang terjadi dicocokkan dengan warna standar. Atau dengan menggunakan
alat test kit disital untuk mengukur pH terlebih dahulu, dikalibrasi dengan
menggunakan larutan buffer terlebih dahulu.
2.
Suhu Air
Pengukuran dilakukan dengan memaasukkan thermometer ke dalam
perairan.
3.
Salinitas
Salinitas air
dapat diukur dengan meneteskan air muara ke dalam alat ukur refraktometer
kemudian lihat di dalm skala berapa nilai yang tertera.
4.
Pengukuran
DO
Pengukuran DO dapat dilakukan dengan menggunakan DO Meter dimana
alat DO meter sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu baru dimasukkan ke
dalam perairan yang akan diukur DOnya.
5.
Analisis
Fe
Analisis kandungan Fe pada air dengan menggunakan istrumen
Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
6.
Analisis
Butiran Batuan
Analisis butiran batuan dilakuakan dengan mengamati ukuran batuan
yang ada di sekitar muara.Jika batuan kecil, dirasakan dengan jari tangan
apakah halus atau kasar.
7.
Infentarisir
Flora Fauna
Analisis flora dilakukan dengan metode petak ukur, yaitu dengan
membuat petak pengamatan sebagai berikut :
1.
Petak ukur
untuk seedling luas 2 x 2 m2
2.
Petak ukur
untuk sapling denga luas 5 x 5 m2
3.
Petak ukur
untuk tiang dengan luas 10 x 10 m2
4.
Petak ukur
untuk pohon dengan luas 20 x 20 m2
Analisis fauna
tingkat tinggi dilakukan dengan pengamatan.
8.
Analisis
Kimia Sedimen
a.
Pengambilan
sampel sedimen
Sampel sedimen
diambil dengan menggunakan eigmen grab kemudian dimasukkan ke dalam kantong
plastic.
b.
Analisis
jenis sedimen
Dianalisis batuan,
pasir, lumpur, atau yang lainnya.
c.
Analisis
pH sedimen
-
ditimbang
10 gram sedimen halus.
-
Dimasukkan
ke dalam beaker glass 50 mL
-
Ditambahkan
25 ml aquades
-
Dikocok
selama 2 jam dan dibiarkan selama 1 malam. Keeseokan harinya dikocok lagi
selama ½ jam.
-
pH diukur
dengan pH meter.
d.
Analisis
kandungan Fe sedimen
Analisa kandungan Fe
pada sedimen dengan menggunkan instrument Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut.
1.
Preparasi
Sampel Sedimen
-
Sebanyak 1
gram sampel tanah ditambahkan 10 mL HCl 0,1 N, dimasukkannke dalam botol film
dan dikocok selama 30 menit.
-
Disentrifuge
selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm dan disaring.
-
Filtrate
yang terbentuk dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL yang berisi filtrate,
-
Larutan
kemudian ditandabataskan dan dikocok.
2.
Pembuatan
Larutan Standar Fe
-
Sebanyak
25 mL larutan induk Fe 1000 ppm di pipet
-
Dimasukkan
ke dalam labu ukur 250 mL.
-
Ditambahkakn
aquades sampai tanda batas sehingga di peroleh larutan Fe dengan konsentrasi 0
; 2 ; 4; 6; 8dan 10 ppm dari larutan Pb 100 ppm
-
Larutan
tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
3.
Penentuan
logam Fe dengan SSA
Larutan sampel yang
telah dipreparasi langsung diukur serapannya dengan SSA.
e.
Analisa
bahan organic (metode walkey dan black)
-
Ditimbang
contoh sedimen kering udara sekitar 1 gram.
-
Dimasukkan
kedalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan 10 mL K2Cr2O71
N dan H2SO4pekat.
-
Kocok
larutan di atas kain flanel yang agak basah dan lunak selama 10 menit. Jika
warna masih hijau, tambahkan lagi larutan K2Cr2O71
N dan H2SO4pekat dan catat penambahannya, kemudian
didinginkan.
-
Ditambhakan
aquades sampai tanda batas dan kocok kembali serta diambak sampai 24 jam.
-
Dipipet 10
mL larutan cairan yang jernih dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 mL
-
Ditambahkan
1 mL H3PO4 pekat dan 2 -3 tetes indicator difenil anin
-
Dititrasi
dengan larutan FeSO4.7H2O 0,2 N. lakukan juga untuk
blanko.
% C Organik =
(vol.blanko - vol.sampel) x N FeSO4 x 0,3003 x f x 100%
Berat tanah (g)
f = 1,3
A. DANAU
1.
pH Air
Pengukuran derajat keasaman air dilakukan dengan menggunakan kertas
indikator universal pH (1-14) yang dicelupkan ke dalam air.Kemudian perubahan
warna yang terjadi dicocokkan dengan warna standar. Atau dengan menggunakan
alat test kit disital untuk mengukur pH terlebih dahulu, dikalibrasi dengan
menggunakan larutan buffer terlebih dahulu.
2.
Suhu Air
Pengukuran dilakukan dengan memaasukkan thermometer ke dalam
perairan.
3.
Salinitas
Salinitas air dapat diukur dengan meneteskan air muara ke dalam alat
ukur refraktometer kemudian lihat di dalm skala berapa nilai yang tertera.
4.
Pengukuran
DO
Pengukuran DO dapat dilakukan dengan menggunakan DO Meter dimana
alat DO meter sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu baru dimasukkan ke
dalam perairan yang akan diukur DOnya.
5.
Kecerahan
Penetrasi cahaya diukur dengan menggunakan keeping secchi yang
diakitkan pada tali penduga.Yang harus diperhatikan apakah penetrasi cahaya
matahari tersebut sampai substrat dasar atau tidak.Hal ini dikaitkan dengan
produktivitas muara sungai.
6.
Pengambilan
sampel plankton dan sedimen
Lempar plankton net ke perairan kemudian tarik secara horizontal
kemudian tamping sampel air di dalam botol film atau analisis phytoplankton di
laboratorium. Ambil sampel sedimen dengan egmen grab kemudian analisis jenis
sedimen yang ada (pasir, lumpur, atau yang lainnya).
7.
Analisis
Fe
Analisis kandungan Fe pada air dengan menggunakan istrumen
Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
8.
Analisis
Butiran Batuan
Analisis butiran batuan dilakuakan dengan mengamati ukuran batuan
yang ada di sekitar muara.Jika batuan kecil, dirasakan dengan jari tangan
apakah halus atau kasar.
9.
Pengukuran
vegetasi flora dan fauna
Buatlah kuadran dengan cara tancapkan 4 pasak dipermukaan tanah.
Ikatkan sebuah tali padanya. Peganglah lurus dan ukurlah jarang yang sebelumnya
ditentukan, yang akan membentuk suatu sisi kuadrat. Luas kuadran untuk perdu
dan semak 5 x 5 m, sedangkan untuk pohon besar 20 x 20 m. dan amatilah tiap
fauna yang ada di lingkungan itu.
10.
Analisis
Kimia Sedimen
a.
Pengambilan
sampel sedimen
Sampel sedimen
diambil dengan menggunakan eigmen grab kemudian dimasukkan ke dalam kantong
plastic.
b.
Analisis
jenis sedimen
Dianalisis batuan,
pasir, lumpur, atau yang lainnya.
c.
Analisis
pH sedimen
-
ditimbang
10 gram sedimen halus.
-
Dimasukkan
ke dalam beaker glass 50 mL
-
Ditambahkan
25 ml aquades
-
Dikocok
selama 2 jam dan dibiarkan selama 1 malam. Keeseokan harinya dikocok lagi
selama ½ jam.
-
pH diukur
dengan pH meter.
d.
Analisis
kandungan Fe sedimen
Analisa kandungan Fe
pada sedimen dengan menggunkan instrument Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut.
1.
Preparasi
Sampel Sedimen
-
Sebanyak 1
gram sampel tanah ditambahkan 10 mL HCl 0,1 N, dimasukkannke dalam botol film
dan dikocok selama 30 menit.
-
Disentrifuge
selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm dan disaring.
-
Filtrate
yang terbentuk dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL yang berisi filtrate,
-
Larutan
kemudian ditandabataskan dan dikocok.
2.
Pembuatan
Larutan Standar Fe
-
Sebanyak
25 mL larutan induk Fe 1000 ppm di pipet
-
Dimasukkan
ke dalam labu ukur 250 mL.
-
Ditambahkakn
aquades sampai tanda batas sehingga di peroleh larutan Fe dengan konsentrasi 0
; 2 ; 4; 6; 8dan 10 ppm dari larutan Pb 100 ppm
-
Larutan
tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
3.
Penentuan
logam Fe dengan SSA
Larutan sampel yang
telah dipreparasi langsung diukur serapannya dengan SSA.
e.
Analisa
bahan organic (metode walkey dan black)
-
Ditimbang
contoh sedimen kering udara sekitar 1 gram.
-
Dimasukkan
kedalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan 10 mL K2Cr2O71
N dan H2SO4pekat.
-
Kocok
larutan di atas kain flanel yang agak basah dan lunak selama 10 menit. Jika
warna masih hijau, tambahkan lagi larutan K2Cr2O71
N dan H2SO4pekat dan catat penambahannya, kemudian
didinginkan.
-
Ditambhakan
aquades sampai tanda batas dan kocok kembali serta diambak sampai 24 jam.
-
Dipipet 10
mL larutan cairan yang jernih dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 mL
-
Ditambahkan
1 mL H3PO4 pekat dan 2 -3 tetes indicator difenil anin
-
Dititrasi
dengan larutan FeSO4.7H2O 0,2 N. lakukan juga untuk
blanko.
% C Organik = (vol.blanko
- vol.sampel) x N FeSO4 x 0,3003 x f x 100%
Berat
tanah (g)
f = 1,3
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL DAN PERHITUNGAN
A.
HASIL PENGAMATAN SAWAH
1.
Praktikum Lapangan
No
|
Parameter
|
Hasil
|
1
|
Kimia
|
|
|
-
pH air
|
6
|
|
-
pH tanah
|
4,8
|
|
-
DO
|
2,43 ppm
|
|
-
Suhu Tanah
|
30
0C
|
|
-
Salinitas
|
0 %
|
2
|
Biologi
|
|
|
-Fauna
|
Keong kecil, belalang,
capung, Keong Besar, dan laba-laba
|
|
- Flora
|
Padi
|
3
|
Fisika
|
|
|
-Kecepatan Arus
|
-
|
2. Perhitungan Analisis Bahan Organik
%
C organik = (V. Blanko – V. sampel) x
N FeSO4 x 0,3003 x f x100%
Berat
tanah (g)
f = 1,3
·
Diketahui : V.
Blanko = 10,2 ml
V. Sampel = 5 ml
N FeSO4
= 13,5 ml
Ditannya
: % C organik ?
Jawaban
: % C organik = (10,2-5) x 13,5 x
0,3003 x 1,3 x 100 %
1 gr
= 5,2 x 13,5 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 2740, 53 %
·
Diketahui : V.
Blanko = 10,2 ml
V.
Sampel = 5 ml
N FeSO4 = 12,7 ml
Ditannya
: % C organik ?
Jawaban
: % C organik = (10,2-5) x 12,7 x
0,3003 x 1,3 x 100 %
1 gr
= 5,2 x 12,7 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 2578, 13 %
3. Hasil Analisis Fe pada Sampel Sedimen
|
Konsentarsi (ppm)
|
%RSD
|
Mean ABS
|
Hasil Pembacaan dengan AAS
|
Sawah
|
1,251
|
3,1
|
0,057
|
0,057
|
0,059
|
0,055
|
4. Hasil Analisis Fe Air dengan AAS
|
Konsentrasi (ppm)
|
%RSD
|
Mean ABS
|
Hasil Pembacaan dengan AAS
|
Sawah
|
2,3585
|
2,55
|
0,1135
|
0,1145
|
0,1145
|
0,1125
|
B. HASIL PENGAMATAN DANAU
1. Praktikum
Lapangan
No
|
Parameter
|
Hasil
|
1
|
Kimia
|
|
|
-
pH air
|
5
|
|
-
pH tanah
|
-
|
|
-
DO
|
2,24 ppm
|
|
-
Suhu
tanah
|
30
0C
|
|
-
Salinitas
|
0 %
|
2
|
Biologi
|
|
|
Fauna
|
Siput Kecil.
|
|
Flora
|
Hydrilla verticillata,
Eceng gondok,
Apu-apu, Pedang air, Salvania cucullata, Paku
Rawa, Eichornia crassipes.
|
3
|
Fisika
|
|
|
-
Kecerahan
|
125 Cm
|
2. Perhitungan Analisis Bahan Organik
%
C organik = (V. Blanko – V. sampel) x
N FeSO4 x 0,3003 x f x100%
Berat
tanah (g)
f = 1,3
·
Diketahui : V. Blanko
= 10,2 ml
V. Sampel = 5 ml
N FeSO4 = 8,8 ml
Ditannya
: % C organik ?
Jawaban
: % C organik = (10,2-5) x 8,8 x
0,3003 x 1,3 x 100 %
1 gr
= 5,2 x 8,8 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 1786,4 %
·
Diketahui : V. Blanko
= 10,2 ml
V. Sampel = 5 ml
N FeSO4
= 8,5 ml
Ditannya
: % C organik ?
Jawaban
: % C organik = (10,2-5) x 8,5 x
0,3003 x 1,3 x 100 %
1 gr
= 5,2 x 8,5 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 1725,5 %
3. Hasil Analisis pada Sampel Sedimen
|
Konsentarsi (ppm)
|
%RSD
|
Mean ABS
|
Hasil Pembacaan dengan AAS
|
Danau
|
2,903
|
2,3
|
0,160
|
0,156
|
0,160
|
0,163
|
4.Hasil Analisis Fe Air dengan AAS
|
Konsentrasi (ppm)
|
%RSD
|
Mean ABS
|
Hasil Pembacaan dengan AAS
|
Danau
|
0,046
|
28,6
|
0,002
|
0,002
|
0,0015
|
0,0025
|
C. HASIL
PENGAMATAN SUNGAI ALAMI
1.
Praktikum Lapangan
No
|
Parameter
|
Hasil
|
1
|
Kimia
|
|
|
-
pH tanah
|
3,5
|
|
-
DO
|
2,41 Ppm
|
|
-
Suhu
tanah
|
32 °C
|
|
-
Salinitas
|
0 %
|
2
|
Biologi
|
|
|
Fauna
|
Siput
Kecil
|
|
Flora
|
-
|
3
|
Fisika
|
|
|
-
Kecerahan
|
88 cm
|
|
- Kecepatan Arus
|
4 m/s
|
2. Perhitungan Analisis Bahan Organik
%
C organik = (V. Blanko – V. sampel) x
N FeSO4 x 0,3003 x f x100%
Berat
tanah (g)
f = 1,3
·
Diketahui : V. Blanko
= 10,2 ml
V. Sampel = 5 ml
N FeSO4 = 10,5
ml
Ditannya
: % C organik ?
Jawaban
: % C organik = (10,2-5) x 10,5 x
0,3003 x 1,3 x 100 %
1 gr
= 5,2 x 10,5 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 2131,5 %
·
Diketahui : V. Blanko
= 10,2 ml
V. Sampel = 5 ml
N FeSO4
= 9,6 ml
Ditannya
: % C organik ?
Jawaban
: % C organik = (10,2-5) x 9,6 x
0,3003 x 1,3 x 100 %
1 gr
= 5,2 x 9,6 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 1948,8 %
3. Hasil Analisis Fe pada
Sampel Sedimen
|
Konsentarsi (ppm)
|
%RSD
|
Mean ABS
|
Hasil Pembacaan dengan AAS
|
Sungai Alami
|
1,360
|
2,0
|
0,063
|
0,062
|
0,064
|
0,062
|
4. Hasil Analisis Fe Air
dengan AAS
|
Konsentrasi (ppm)
|
%RSD
|
Mean ABS
|
Hasil Pembacaan dengan AAS
|
Sungai Alami
|
0,0355
|
56,2
|
0,002
|
0,002
|
0,0025
|
0,001
|
D. HASIL PENGAMATAN SUNGAI BUATAN
1.
Praktikum Lapangan
No
|
Parameter
|
Hasil
|
1
|
Kimia
|
|
|
-
pH air
|
4,5
|
|
-
pH tanah
|
-
|
|
-
DO
|
2,41 ppm
|
|
-
Suhu tanah
|
- 0C
|
|
-
Salinitas
|
0 %
|
2
|
Biologi
|
|
|
Fauna
|
-
|
|
Flora
|
-
|
3
|
Fisika
|
|
|
-
Kecerahan
|
204 Cm
|
|
- Kelajuan Air
|
26 m/s
|
2. Perhitungan Analisis Bahan Organik
%
C organik = (V. Blanko – V. sampel) x
N FeSO4 x 0,3003 x f x100%
Berat
tanah (g)
f = 1,3
·
Diketahui : V. Blanko
= 10,2 ml
V. Sampel = 5 ml
N FeSO4 = 13,3
ml
Ditannya
: % C organik ?
Jawaban
: % C organik = (10,2-5) x 13,3 x
0,3003 x 1,3 x 100 %
1 gr
= 5,2 x 13,3 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 2699,9 %
·
Diketahui : V. Blanko
= 10,2 ml
V. Sampel = 5 ml
N FeSO4
= 12,2 ml
Ditannya
: % C organik ?
Jawaban
: % C organik = (10,2-5) x 12,2 x
0,3003 x 1,3 x 100 %
1 gr
= 5,2 x 12,2 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 2476,6 %
3. Hasil analisis Fe pada Sampel Sedimen
|
Konsentarsi (ppm)
|
%RSD
|
Mean ABS
|
Hasil Pembacaan dengan AAS
|
Sungai Buatan
|
1,698
|
1,9
|
0,081
|
0,080
|
0,081
|
0,083
|
4. Hasil Analisis Fe pada
Sampel Air
|
Konsentrasi (ppm)
|
%RSD
|
Mean ABS
|
Hasil Pembacaan dengan AAS
|
Sungai Buatan
|
0,117
|
7,55
|
0,0055
|
0,005
|
0,005
|
0,006
|
4.2
PEMBAHASAN
Praktikum
Pengenalan Lingkungan Lahan Basah ini dilakukan di kawasan Waduk Riam Kanan
tepatnya di kecamatan Karang Intan. Adapun lokasi yang diambil meliputi sawah
di Kampung Kusambi. Selain di sawah Kampung Kusambi praktikum juga dilakukan di
Sungai Buatan, Sungai Alami, dan juga danau di sekitar bendungan Karang Intan.
Bendungan Karang Intan merupakan sumber air bagi daerah irigasi Riam Kanan,
selesai dibangun pada tahun 1990 yang terletak di sungai Riam Kanan 13 km di
hilir keluaran PLTA P.M. Noor waduk Riam Kanan. Bendung berada di Desa Mandikapau
Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar dengan luas genangan 462 ha, berfungsi
sebagai irigasi percetakan sawah dan sarana air bersih yang sumber airnya dari
limpahan sungai Riam Kanan (Bendungan Riam Kanan), sungai Aranio, Mandikaleng,
Mandiangin dan sungai Batuampar. Air keluaran PLTA merupakan pasokan air utama,
melalui pemasukan/intake berukuran 6 x 2 x 3,6 meter, air masuk ke
saluran primer dengan debit maksimum rencana 30 m3/detik dan debit normal rencana 24 m3/detik. Elevasi mercu bendung
+ 10.00 dan lebar efektif bendung 66,5 meter. (Novitasari, 2012).
Parameter
yang diukur dilapangan meliputi pH, DO, Kecerahan, Kecepatan Arus, Salinitas,
Suhu, dan jenis flora/fauna yang terdapat di ekosistem sawah, danau, sungai
alami, dan sungai buatan. pH diukur
menggunakan pH meter, yaitu dengan cara memasukkan ujung pH meter kedalam air.
Kemudian pH air akan diperoleh. DO diukur dengan menggunakan DO meter, yaitu
dengan memasukkan DO meter kedalam air lalu digoyang-goyangkan. Kecepatan Arus
diukur dengan menggunakan alat khusus. Salinitas air diukur dengan menggunakan
refraktometer, yaitu dengan meneteskan air yang akan diukur salinitasnya
kebagian ujung refraktometer. Kemudian salinitas air dapat diketahui dengan
cara melihat pada bagian pangkal.
A.
Sawah
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga yaitu Ibu
Rohati (berusia 66 tahun) dapat diketahui bahwa sawah di Kampung Kusambi merupakan sawah tadah hujan. Petani di
Kampung Kusambi memanen padi mereka satu kali dalam satu tahun. Sawah milik Bu
Rohati memiliki luas 20x20 meter, dipupuk
3 kali dalam satu tahun. Satu kali pupuk menghabiskan 1 karung pupuk.
Adapun jenis Padi yang ditanam Ibu
Rohati adalah Padi Siam Unus yang bisa dipanen setelah 6 bulan. Setelah panen
padi, biasanya sawah milik Ibu Rohati di gunakan untuk menanam Labu, dan Ubi.
Fauna atau hama yang sering menggangu petani di
Kampung Kusambi ialah Keong Mas atau biasa disebut oleh warga Kampung Kusambi
dengan Kalimbu’ai. Keong Mas (Pomacea canaliculata) itu sendiri
memakan tanaman padi yang baru ditanam, sehingga sangat mengganggu petani di
Kampung Kusambi. Berdasarkan praktikum lapangan di sawah Ibu Rohati Kampung
Kusambi Kecamatan Karang Intan,
Kabupaten Banjar didapatkan hasil parameter kimia sebagai berikut yaitu,
pH air sawah sebesar 6 dan pH sedimen tanah sebesar 4,8. DO air disawah sebesar
2,43 ppm, suhu tanah 300 C dan salinitas 0%.
Sementara itu Parameter Biologi yang didapat dari
praktikum lapangan meliputi flora dan fauna. Berdasarkan wawancara dengan Ibu
Rohati diketahui bahwa fauna yang terdapat di sawah adalah Keong Mas. Sementara
itu berdasarkan hasil Inventarisis flora dan Fauna dengan dengan petak ukur 3X3
meter. Didapatkan hasil beberapa fauna yaitu Keong Mas,Keong Kecil, Belalang,
Capung Kecil, Kumbang Koksi dan Laba-laba. Sedangkan flora yang ditemukan hanya
padi, hal tersebut dikarenakan rumput atau gulma pengganggu tanaman padi
dibersihkan oleh warga agar tidak mengganggu tanaman padi.
Pada ekosistem sawah lebih banyak ditemukan fauna
dari jenis serangga, dan flora padi. Hal tersebut dikarenakan padi sangat cocok
dengan sawah. Keberadaan padi disawah
tersebut kemudian menakibatkan serangga-seangga yang makanannya berupa padi
ataupun hidup di daerah sawah. Selain
itu intensitas cahaya mataharinya lebih banyak dibanding hutan tertutup
pepohonan. Sehingga sangat cocok untuk habitat serangga dan juga jenis-jenis
keong sawah.
Pada ekosistem sawah tidak ditemukan jenis plankton.
Dikarenakan intensitas cahaya (kecerahan) yang menembus air di sawah sanagt
sedikit. Air yang ada disawah umumnya
cenderung keruh. Sehingga tidak mendukung untuk plankton hidup.
Pengukuran parameter fisika tidak dilakukan, dikarenakan
pada sawah genangan airnya tidak terlalu dalam, sehingga tidak memungkinkan
untuk mengukur kecerahan. Sementar itu untuk kecepatan arus tidak dilakukan
karena air yang ada disawah tergenang diam atau tidak mengalir.
Sementara itu untuk praktikum dilaboratorium
dilakukan perhitungan kandungan C organik yang
terdapat pada sedimen. Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa sedimen
yang diambil dari sawah mengandung C Organik sebesar 2578, 13 % dan 2740,53%
yang didapat dari dua kali percobaan. Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa kualitas
sumberdaya lahan sawah di Kampung Kusambi masih baik. Menurut Pramono (2004), Salah satu indikator menurunnya kualitas sumberdaya lahan,
khususnya sawah adalah menurunnya kandungan C organik tanah.
Bahan Organik sendiri sanagt penting bagi
tanah. Menurut Karama et al. (1990), bahan organik memiliki
fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki
sifat fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi
kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya
sangga tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta
meningkatkan efisiensi penyerapan P; dan fungsi biologi sebagai sumber energi
utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Mengingat begitu penting peranan bahan
organik, maka penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun
menjadi amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut.
Analisis kandungan Fe pada sedimen dan air dilakukan
dengan menggunakan AAS. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh konsentrasi
logam berat Fe pada sedimen adalah sebesar 625,5 ppm. Sedangkan hasil Analisis
Fe pada Air adalah sebesar 0,005.
B.
Danau
Berdasarkan Hasil pengukuran parameter kimia di danau buatan ( Waduk)
di Bendungan Kecamatan Karang Intan Kab. Banjar didapatkan hasil sebagai
berikut, yaitu pH air 5, DO 2,24 ppm,
Suhu Air 300 C, dan Salinitas 0%. Untuk Parameter Biologi didapatkan hasil fauna berupa Siput Kecil. Flora yang meliputi
Hydrilla verticillata, Eceng gondok, Apu-apu, Pedang air, Gelonggong,
Paku Rawa, Eichornia crassipes. Pada danau tempat praktikum
ditemukan banyak eceng gondok. Hal tersebut menandakan bahwa danau (waduk)
bendungan Karang Intan dalam keadaan tercemar. Hal tersebut juga terbukti dari
hasil Analisa Fe menggunakan dan perhitungan. Dari hasil tersebut diketahui
bahwa konsentrasi Fe pada sedimen sebesar 1451,5 ppm. Berdasarkan hasil
pembacaan dengan AAS diketahui bahwa Kandungan Fe pada sedimen adalah sekitar
sebesar 0,002.
Fauna
yang didapat dari praktikum lapangan
tersebut di dapat pada tepian danau. Menurut Hadianty dan Wirjoatmodjo
(2002), salah satu cara untuk menangkap fauna danau berupa ikan adalah dengan menggunakan
berupa jaring, larva net dan
elektrifishing (12 volt). Berdasarkan pengukuran parameter fisika dari
danau menggunakan keping sechi diperoleh kecerahan air danau adalah sampai pada
kedalaman 126 cm.
Berdasarkan
hasil analisis dan perhitungan diketahui
bahwa kandungan bahan organik khususnya C Organik pada tanah sedimen Danau
adalah sebesar 1725,5 % dan 1786,4%. Flora yang ditemukan di ekosistem
danau kebanyakan berupa tumbuhan akuatik. Hal tersebut dikarenakan kawasan
danau tersebut mempunyai air yang tenang, tidak mengalir deras.
C.
Sungai Alami
Berdasarkan
hasil pengamatan dan praktikum dilapangan
di sungai alami aliran air bendungan
Karang Intan diperoleh parameter biologi sebagai berikut pH tanah
sebesar 3,5; DO 2,41 ppm; suhu air 320 C dan salinitas 0%. Sedangkan dari Inventarisasi Flora dan
Fauna didapatkan siput kecil. Sementara itu dari hasil pengukuran parameter
fisika diperoleh Kecerahan sebesar 88 cm dan kecepatan arus 4 m/s.
Sedangkan dari hasil analisis dan perhitungan bahan
Organik dari sedimen sungai asli didapatkan hasil bahwa sedimen sungai alami
memiliki bahan organik berupa C Organik yang besar, yaitu sebesar 1948,8 % dan 2131,5 %.
Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan Fe pada sampel sedimen diketahui
bahwa konsentasi Fe pada sedimen sungai alami sebesar 680 ppm. Sementar itu
berdasarkan hasil analisis Fe pada air berkisar di 0,002.
D.
Sungai Buatan
Berdasarkan hasil pengamatan dan praktikum
dilapangan di sungai buatan aliran air
bendungan Karang Intan diperoleh
parameter biologi sebagai berikut; pH air 4,5; DO 2,41 ppm; dan salinitas
0%. Sedangkan Inventarisasi Flora dan
auna tidak dilakukan., karena tidak memungkinkan. Berdasarkan hasil pengukuran
parameter fisika diperoleh kecerahan sampai pada kedalaman 204 cm, dan kelajuan
air 26 m/s. Hasil dari analisis dan
perhitungan bahan organik didapatkan kandungan C Organik sebesar 2476,6 % 2699,9% .
Sementara itu untuk hasil analisis Fe dan hasil
perhitungan diperoleh bahwa konsentari Fe pada sedimen sungai buatan adalah
sebesar 849 ppm. Pada hasil praktikum di laboratorium mengenai Analisis kadar
Fe dapat diketahui bahwa onsentrasinya berbeda. Hal itu dikarenakan logam berat
yang ada dalam badan perairan akan mengalami proses pengendapan dan
terakumulasi dalam sedimen. Logam dapat pula terakumulasi dalam tubuh biota
yang ada dalam perairan (termasuk makrozoobentos yang bersifat sessil),
baik secara difusi maupun melalui rantai makanan (Dahuri dkk., 1996).
Sehingga salah satu cara untuk mengetahui pencemaran di suatu perairan dapat
digunakan biota yang hidup di perairan tersebut sebagai bioindikator, salah
satunya seperti siput Gondang (Pila scutata)(Rahman, 2012).
Pada
praktikum ini dibuat laruran standar Fe 1 ppm, 2ppm 3ppm, 4ppm, dan 5 ppm
dengan tujuan untuk mengkalibrasi AAS (Sprektrometer Serapan Atom). Hal
tersebut dilakukan sebelum AAS digunakan untuk menganalisa Fe pada sampel Air
dan Tanah. Sementara itu hasil analisis Fe pada air berkisar pada 0,005.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini baik
praktikum lapangan maupun praktikum
laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Parameter kimia, fisika, dan
biologi antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya berbeda.
2. Konsentrasi Logam Fe yang
terdapat di Air dan Sedimen berbeda, dikarenakan Logam Fe terakumulasi pada
sedimen di dasar suatu perairan.
3. Kadar C Organik yang ada pada
sawah, Danau, Sungai Alami, maupun Sungai Buatan masih tergolong baik.
4. Parameter fisika dan kimia, mempengaruhi
parameter biologi yang terdapat pada ekosistem sungai, danau, dan sawah.
5. Fauna yang ditemukan di
Ekosistem Sawah kebanyakan merupakan jenis serangga dan juga Keong, sedangkan floranya
cenderung tidak ada karena di bersihkan.
6. Dalam satu sungai kecepatan
arusnya dapat berbeda, bergantung pada tempat melakukan pengukuran.
7. Berdasarkan hasil praktikum,
diketahui bahwa kandungan C Organik terbesar ditemukan di sawah, yaitu dengan
hasil 2578, 13 % dan 2740,53% yang didapat
dari dua kali percobaan di laboratorium.
8. Sementara itu kandungan Fe
yang paling sedimen danau, yaitu sebesar 1451,5
ppm
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari praktikum ini ialah
agar praktikan dan para asisten lebih berkoordinasi lagi dalam pembagian tugas,
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam proses penambilan data.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell,N.A.dkk. 2000. Biologi :Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta ;
Erlangga.
Dahuri,
R., J. Rais, S.P. Ginting & M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.. Jakarta ; Pradnya Paramita.
Godam. 2008. Definisi,
Macam-macam Jenis dan Fungsi Danau di Indonesia.
Diakses pada tanggal 4 Juni 2014
Goltenboth,F. dkk. 2012. Ekologi Asia Tenggara; Kepulauan Indonesia.
Jakarta; Salemba Teknika.
Hadiaty,
R.K & Wirjoatmodjo, S. 2002. Studi Pendahuluan Biodiversitas dan Distribusi
Ikan di Danau Matano, Sulawesi Selatan. Jumal Iktiologi Indonesia Vol.2 (2).
ISSN 1693 – 0339.
Hamilton, L.S. Peter N. K. 1992. Daerah Aliran
Sungai Hutan Trofika. Yogyakarta ; Gadjah Mada University Press.
Hardjowigeno, et al. 2001. Tanah
Sawah. Deptan. Jakarta.
Karama,
A.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990. Penggunaan pupuk organik pada tanaman
pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk V. Cisarua 12-13
Nopember 1990.
Lidiawati, I. 2012. Danau
Adalah.
Diakses pada
tanggal 4 Juni 2014
Maryono, A . 2003. River Development Impacts and
River Restoration. Yogyakarta; UGM.
Novtasari. 2012. Kajian
Pengelolaan Sumberdaya Air (Studi Kasus Hulu DAS Martapura Sub DAS Riam Kanan).
INFO TEKNIK, Volume 13 (1).
Parmono, J. 2004. Kajian Penggunaan Bahan
Organik pada Padi Sawah. Agrosains. Vol. 6 (1).
Rahman,
A. Dkk. 2012. Kandungan Kromium (Cr) Pada Gondang (Pila scutata) di
Perairan Sungai Riam Kanan Kabupaten Banjar. BIOSCIENTIAE. Volume. 9. (2).
Diakses pada
tanggal 4 Juni 2014
Soemarwoto, O. 2001. Ekologi lingkungan Hidup dan Pembangunan Edisi
9 . Jakarta; Djambatan.
Surapto. 2008. Bentuk-bentuk
Pertanian.
Diakses tanggal
4 Juni 2014
Wiyono, E. 2009.Macam Sungai.
Diakses pada
tanggal 4 Juni 2014.
Untuk Bagian lampiran bisa di download
di sini