Jumat, 22 Agustus 2014

TEratogen II

Mengapa terjadi kecacatan yang diakibatkan oleh teratogen?
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa  yunani, yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal pada sel selama masa kehamilan ang menyebabkan kerusakan embrio sehingga pembentukan oran berlangsung tidak sempurna (terjadi kecacatan). Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ dihasilkan dari perubahan fsiologi dan biokimia. Umumnya bahan tratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongannya, yaitu:
a.       Bahan Teratogenik Fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsurunsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.
b.      Bahan Teratogenik Kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek teratogenik. Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak terganggu dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa karbon dan  berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan efek teratogenik.
c.       Bahan Teratogenik Biologi

Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan efek teratogenik Faktor-faktor teratogenik diatas bisa menyebabkan terjadinya mutasi secara spontan seperti contoh jatuhnya bom di Hiroshima dan Nagasaki yang hingga saat ini masih bertanggung jawab atas kecacatan yang di wariskannya hingga saat ini di sana. Efek paling mengerikan yang terjadi, menurut laporan yang dibuat pada tahun 2005, satu dekade pasca ledakan bom, wanita yang mengandung melahirkan bayi mutan dengan kecacatan kelamin! Sehingga dari semua informasi diatas hubungan antara pertambahan umur dan terjadinya polidaktili itu bisa semakin jelas karena mutasi menjadi “agen” utama yang menyebabkan polidaktili.

Bagaimana Cara Kerja dan Pengaruh Hormon Tiroksin pada Metamorfosis Katak?
Proses perubahan kecebong menjadi katak dipengaruhi oleh Hormon T4 (Tiroksin) dan T3. Hormon tersebut mengendaliakan Apoptosis ekor katak sehingga terjadi regresi dan menghilang. Apoptosis tersebut terjadi karena banyaknya enzim-enzim pencerna. Kemudian sel-sel yang mati tersebut dimakan oleh sel Makrofag. Proses pembentukan seperti perkembangan otot dan kelenjar dermoid pada waktu yang sama juga terlihat dengan jelas. Ekor pedal mereduksi untuk pergerakan, sedangkan lengan belakang dan lengan depan
berdiferensiasi. Gigi tanduk yang dibentuk untuk menyobek tanaman kolam menghilang, sedangkan mulut dan rahang berubah bentuk dan otot lidah berkembang. Sementara itu usus yang panjang sebagai ciri karakteristik pada hewan herbivor memendek. Hal ini terjadi untuk menyesuaikan diri pada kehidupan barunya sebagai karnivor. Insang mengalami kemunduran dan lengkung insang mengalami degenerasi. Paru-paru membesar, otot dan tulang kartilago terbentuk untuk memompa udara keluar masuk paru-paru. Alat sensori juga berubah, seperti sistem lateral yang berdegenerasi, telinga dan mata juga mengalami diferensiasi lebih lanjut. Telinga di bagian dalam berkembang, seperti halnya membran tympanium yang menjadikan karakteristik pada katak dan kodok. Membran niktitans dan selaput mata muncul pada katak dan kodok. Lebih dari itu, pigmen mata juga berubah. Foto pigmen utama utama pada retina berudu adalah porpiropsin (komplek antara protein opsin dan aldehid vitamin A2). Pigmen berubah menjadi rodopsin pada katak dewasa untuk menyesuaikan diri pada kehidupan darat (Gilbert dan Susan, 2000).
Peristiwa biokimia lain juga dihubungkan dengan metamorfosis. Hemoglobin berudu mengikat oksigen lebih cepat dan melepaskannya lebih lambat dibanding hemoglobin dewasa (Soeminto et al., 2000). Lebih dari itu, (Soeminto et al., 2000) menunjukkan bahwa pengikatan oksigen pada hemoglobin berudu tidak terkait dengan pH, sedangkan hemoglobin pada katak menunjukkan peningkatan pengikatan oksigen pada saat pH naik (efek Bohr). Perubahan biokimia lain pada metamorfosis beberapa katak adalah induksi semua enzim penting untuk memproduksi urea. Berudu, seperti kebanyakan ikan air tawar adalah ammonotelik (mengekskresikan amoniak). Kebanyakan katak dewasa adalah urotelik (mengekskresikan urea). Selama metamorfosis, hati berkembang, enzim dibutuhkan untuk mencipatakan urea dari karbondioksida dan amoniak. Enzim ini mendasari siklus urea, dan masing-masing muncul selama metamorfosis (Gilbert dan Susan, 2000).
Kontrol hormon pada metamorfosis amfibi dilakukan oleh tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. T3 sekarang dipercaya sebagai hormon yang aktif yang menyebabkan perubahan bentuk pada thyroidectomized berudu pada konsentrasi yang lebih rendah diandingkan dengan T4. Kontrol metamorfosis oleh hormon tiroid ditunjukkan oleh Gudernatsch (1912) dalam Soeminto et al., (2000), yang menemukan bahwa berudu berubah bentuk secara prematur yang dipengaruhi oleh kelenjar tiroid. Allen (1916) dan Hoskins dan Hoskins (1917) dalam Soeminto et al (2000) menemukan bahwa ketika mereka menghilangkan kelenjar tiroid yang mengalami rudimentasi pada berudu awal, larva itu tidak pernah mengalami metamorfosis, sebagi gantinya berudu tersebut berubah menjadi berudu besar (Gilbert dan Susan, 2000).
Faktor-faktor yang mempengaruhi metamorfosis adalah adanya hormon tiroid, yang telah ditunjukkan oleh Gudernatsch (1912) dalam Soeminto et al., (2006). Hasil-hasil penelitian sementara menyimpulkan bahwa hormon tiroid menyebabkan inti mensintesis atau menginduksi aktivitas enzim hidrolitik, yaitu enzim yang menyebabkan jaringan atau sel menjadi lisis atau pecah. Enzim kolagonase telah dibuktikan dihasilkan selama proses regresi ekor berudu in vitro (Sounders, 1982). Faktor eksternal yang mempengaruhi metamorfosis adalah ada tidaknya sumber makanan dan adanya pemangsa berudu.

Bagaimana Mekanisme pengendalian Hayati dalam Bidang Pertanian dengan Memanipulasi Hormon yang Berperan dalam Metamorfosis Serangga?
Penendalian Hama dapat dilakukan dengan memberikan hormon yang berlawanan dengan hormon yang memperlancar proses Metamorfosis yanitu hormon bersifat menghambat. Hormon tersebut diberikan dengan menyemprotkannyanya ke serangga.

Proses terjadinya Bayi Kembar Identik?
Kembar Identik atau kembar Monozigoti merupakan kembar yang berasal dari satu sel telur dan satu sperma. Kemudian membelah menjadi dua belahan dan menempel di dinding rahim. Kedua belahan berkembang sendiri-sendiri menjadi janin yang sempurna. Kemungkinan terjadi kembar identik adalah 1 dari 150 kehamilan. Kembar identik terjadi bukan karena faktor keturunan akan tetapi terjadi karena faktor alam. Sekitar 75% kehamilan kembar identik, hanya mempunyai satu ari-ari atau plasenta dengan satu selaput ketuban (amnion). Atau, satu ari-ari dengan dua selaput ketuban.
Adapun ciri khasnya yaitu.
Selalu berjenis kelamin sama, yakni perempuan dan perempuan, atau laki-laki dan laki-laki. Mereka biasanya memiliki wajah dan penampilan sama, bahkan seringkali memiliki kepribadian yang sangat mirip satu sama lain. Anak kembar identik tercatat berumur lebih panjang dibanding anak kembar fraternal. Kembar identik bisa berumur hingga lebih dari 100 tahun

Tidak ada komentar: