Sabtu, 06 Juni 2015

Danau Biru, Cempaka atau bekas Galian

Danau yang satu ini juga meruupakan salah satu \destinasi yang menarik minat gue, awalnya kesana cuman diajakin dan ngikut aja. Waktu sampai ternyata bukannya danau yang gimana... eh ternyata danau Bekas galian Tambang. Tapi menariknya, itu karena airnya berwarna hijau agak kebiruan. Mungkin dikarenakan oleh struktur komunitas algae yang mendiami danau tersebut.

Tapi disini gue enjoy aja dan sempat foto-foto sebentar juga,,,







Bukit Batas Kecamatan Aranio

Tempat yang satu ini juga lagi booming-boomingnya, banyak anak muda yang pergi kesana pada saat akhir pekan. Soalnya tempat ini lagi seru-serunya. Temapat wisata yang satu ini sangat menarik untuk dikunjungi.

Kalau mau pergi kesana loe harus pergi dulu ke Kecamatan Aranio Kab. Banjar. Tepatnya kawasan Waduk Riam Kanan. Sampai dio Aranio kita harus menyebrangi Waduk Riam kanan menuju Ke Pulau Pinus 2. Kapal disana bisanya disewa. Untuk satu kapal itu muatnya sekitar 15 orang dengan total biaya sebesar 400 ribu udah termasuk Antar Jemput. Sampai di Pulau Pinus 2 kita harus mendaki lagi kurang lebih selama dua jam. Lumayan lama dan jauh terus juga  curam banget. Jadi kala kesini nggak asik kalau nggak keringetan. Sampai diatas kita akan melihat pemandangan yang seru. Pemandangan seperti pulau- pulau kecil diwaduk riam kanan. Ini yang menariknya di bukit Batas. Sampai-sampai disebut Raja Ampatnya Kalimantan.

Sampai diatas, bakalan sia-sia banget kalau kita nggak nginap dan bikin tenda. Capek2 mendaki dua jam itu rugi kalau nggak liat sunset. Iyalah, ternyata bukit batas merupakan salah satu tempat melihat sunset yang bagus. Pagi itu sangat dingin dan agak mendung. Pada saat melihat sunset, gue sempat agak khawatir kalau-kalau nggak bisa ngeliat. Soalnya udara disana sempat berkabut. Tapi untungnya kabut disana cepat hilang....




Setelah itu kami turun ke Pulau Pinus, dan sempat-santai-santai disana. Sambil nungguin Kapal yang menjemput kami datang...



Bukit Rimpi Pelaihari

Bukit Rimpi, tempat wisata yang satu ini lagi booming-boiomingnya di kalangan anak muda Kalimantan Selatan. Itu terjadi gara-gara banyak yang datang ke bukit ini kemudian majang fotonya di Medsos. Kemudian banyak yang berdatangan ke tempat ini. Yang juga menariknya bukit ini dikenal juga sebagai Bukit Teletubies, dikarenakan bentuknya yang berundak-undak dan hanya ditumbuhi ilalang katya di film Teletubies. 


Kebetulan gue udah pernah kesana tepatnya pada saat liburan semester lalu, yaitu pada saat minggu tenang semester 3 tahun 2015 kira-kira awal tahun. Gua kesana diajakin sama temen-temen kuliah yang kebetulan lagi pengen liburan, ya udah ikutan aja dahhhh....

Waktu pergi kesana, cuaca benar-benar nggak mendukung dehh, ujan gerimis. Itui terjadi mulai kami berangkat dan cuacanya udah agak mendung. Sampainya disana langsung naik ke bukitnya langsung ujan. Untung aja nggak lebat sampai bikin basah kuyup. 


Sampai disana yang bikin gue heran.....
Ternyata sebenarnya bukit Rimpi itu tempat menggembalakan sapi. Malah disana banyak kotoran sapi yang berserbaran. Koq bisa jadi tempat wisata...?
Nah untuk yang ini kurang tau,,,


Waktu gue dan temen2 kesana itu kebetulan kondisinya pada saat musin hujan jadi wajar aja agak becek2 gitu. Sampai-sampai ada celotehan kaya gini “Bukit Licak Rimpi”... Licak itu bahasa banjarnya becek.


Gue dan temen-temen disana nggak terlalu lam, tapi lumayanlah. Kira-kira beberapa jam dan sempat foto-foto, ini nih foto-fotonya.












Kamis, 07 Mei 2015

Tanah Serpentin

Tanah  serpentin mudah diketahui karena berwarna hijau-coklat dengan bebatuan mengkilap berwarna hitam legam dan putih pecah atau tersebar. Tanah serpentin memiliki kandungan logam berat yang tinggi seperti Cr (Kromium), Co (Kobalt), dan Ni (Nikel). Kandungan Ca (Kalsium) pada tanah ini biasanya rendah, sebaliknya kandungan Mg (Magnesium) tinggi. Nitrogen juga jarang tersedia di tanah serpentin sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan tumbuhan. Secara umum, tanah serpentin bersifat miskin hara dan air. Tanah serpentin umumnya hanya mengandung sedikit agregat di permukaan tanahnya. Kandungan logam berat yang tinggi pada tanah ini dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan, bahkan di beberapa tempat kadarnya mencapai ambang beracun bagi tumbuhan (Sudarmono, 2007). Kondisi tersebut membuat tumbuhan yang tumbuh di tanah serpentin melakukan simbiosis dengan cendawan ektomikoriza.