Kamis, 28 Agustus 2014

Jelutung (Dyera pollyphylla)

PENDAHULUAN
Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai lahan rawa seluas 191.022 ha yang terdapat di Kabupaten Barito Kuala, Banjar dan tiga Kabupaten lainnya dengan luas masing-masing 93.365 ha, 49.267 ha dan 48.390 ha. Dari luas tersebut yang sudah dimanfaatkan baru mencapai 155.860 ha (81,59%) dari total luas potensi lahan rawa di Provinsi Kalimantan Selatan (Bakhri, 1993).
Besarnya luasan lahan rawa yang terlantar seperti tersebut di atas disebabkan oleh adanya hambatan internal lahan rawa berupa sifat fisika, kimia, biologi, tata air dan sosial ekonomi yang menghambat kegiatan budidaya tanaman. Sifat kimia lahan yang menghambat antara lain: kemasaman dan kesuburan tanah yang rendah (miskin hara). Sifat fisika yang menghambat adalah adanya penyusutan ketebalan (subsidence) dan kondisi fisik lahan. Faktor tata air yang menghambat adalah adanya variasi genangan. Kendala biologis berupa tingginya serangan hama dan penyakit serta infeksi gulma. Kendala sosial ekonomi di daerah rawa meliputi: (a) rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan petani, (b) terbatasnya tenaga dan modal petani yang menyebabkan timbulnya kesulitan dan lambannya adopsi teknologi baru. Kelembagaan agribisnis seperti penyediaan sarana produksi, pengolahan pasca panen, pemasaran hasil, sistem informasi dan penyuluhan serta aksesibilitas lokasi masih terbatas dan belum berkembang serta berfungsi secara baik.
Upaya memproduktifkan kembali lahan rawa terlantar dapat dilakukan melalui pembangunan hutan rakyat dengan teknik agroforestry berbasis jenis lokal (indigenous species) yang dilakukan secara partisipatif. Pembangunan hutan rakyat tersebut diharapkan dapat memulihkan dan meningkatkan fungsi ekologi serta ekonomi lahan rawa di Provinsi
Kalimantan Selatan.

Jelutung rawa (Dyera pollyphylla Miq. Steenis atau sinonim dengan D. lowii Hook F) merupakan jenis pohon lokal (indigenous tree species) hutan rawa yang prospektif untuk dikembangkan pada hutan rakyat di lahan rawa karena keunggulan ekologi dan ekonomi yang dimilikinya. Jelutung rawa mempunyai daya adaptasi yang baik dan teruji pada lahan rawa, pertumbuhannya relatif cepat dan dapat dibudidayakan dengan manipulasi lahan yang minimal, mempunyai daya adaptasi yang baik dan telah teruji pada lahan rawa mempunyai pertumbuhan yang cepat (riap diameter 2,0 – 2,5 cm/tahun, riap tinggi 1,6 – 1,8 m/tahun) dapat dibudidayakan dengan manipulasi lahan minimal mempunyai hasil ganda, getah (untuk permen karet, kosmetik, isolator) dan kayu (untuk pencil slate, vinir, moulding) sudah dikenal dan dimanfaatkan lama oleh masyarakat dapat dibudidayakan seperti tanaman karet, pada masa produktif disadap getahnya, pada akhir daur dimanfaatkan kayunya.
BUDIDAYA POHON JELUTUNG (Dyera spp.)
Pohon jelutung berbentuk silindris, tingginya bias mencapai 25-45 m, dan diameternya bisa mencapai 100 cm. Kulitnya rata, berwarna abu-abu kehitam-hitaman, dan bertekstur kasar. Cabangnya tumbuh pada batang pohon setiap 3-15 m. Bentuk daunnya memanjang, pada bagian ujungnya melebar dan membentuk rokset. Sebanyak 4-8 helai daun tunggal itu duduk melingkar pada ranting. Jelutung berbunga dua kali setahun. Bunga malainya berwarna putih, dan buahnya berbentuk polong. Apabila sudah matang, buahnya pecah untuk menyebarkan biji-bijinya yang berukuran kecil dan bersayap ke tempat di sekitarnya.
1.      Kesesuaian Lahan
Jelutung tumbuh baik di daerah hutan hujan tropis yang beriklim tipe A dan tipe B menurut Schmidt & Ferguson; tanah berpasir, tanah liat, dan tanah rawa; dengan ketinggian tempat tumbuhnya 20-80 m dari permukaan laut.
Adapun proses budidaya jelutung rawa :
2.      Pembibitan
            Jelutung rawa berbuah setiap tahun, mulai berbunga pada bulan November-Desember dan buah telah matang (dapat dipanen) bulan Mei-Juni (tergantung musim). Masa simpan benih pendek yakni 1 - 2 bulan maka sebaiknya setelah dipanen benih langsung dikecambahkan. Benih yang baik akan mul;ai berkecambah setelah 1 minggu penyemaian  kemudian akan tumbuh sepasang kotiledon, pada saat ini kecambah sudah bisa dipindahkan ke polybag. Pada fase ini perlu kehati-hatian dan harus orang yang berpengalaman karena batang kecambah lunak dan mudah patah. Setelah bibit berumur 8 - 10 bulan maka bibit sudah siap dipindahkan ke lapangan. Kriteria bibit sudah siap tanam : Tinggi antara 35 - 50 cm, diameter batang 0,5 - 0,7 cm, jumklah daun 8 - 12 helai, bentuk batang lurus, bentuk batang lurus dan terbebas dari serangan hama dan penyakit.
3.      Penyiapan Lahan
Penyipan lahan cukup dilakukan dengan membuat jalur tanaman selebar 1 - 1,5 m karena tanaman jelutung muda masih butuh naungan, pembersihan lahan dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan herbisida. Dalam penyiapan lahan sebaiknya didesai dengan emmbuat sekat bakar yang berfungsi sebagai pelindung tanaman dari bahaya kebakaran lahan.
4.      Penanaman
-          Untuk penanaman murni maupun rehabilitasi kawasan hutan jarak tanam yang dianjurkan adalah 4 x 5 m atau 5 x 5 m. Pada umur 5 tahun dapat dilakukan penjarangan sehingga jarak tanamnya menjadi 8 x 8 atau 8 x 10 m. Tapi alangkah baiknya tidak dilakukan penjarangan karena sayang kalau ditebang...
-          Bagi yang memiliki lahan terbatas dan sudah terlanjur ditanami tanaman kopi, kelapa sawit dan atau kelapa dalam jangan khawatir masih bisa ditanami jelutung dengan sistem tumpang sari. Jarak tanam disesuaikan dengan jarak tanam tanaman pokok, pola tanamnya diagonal (mata lima) seperti mata dadu lima, kayu jelutungnya ditanam ditengah-tengah tanaman pokok. Untuk penanam di sela-sela tanaman sawit dianjurkan umur kelapa sawit di atas 5 tahun, dengan asumsi bahwa masa produkstif kelapa sawit di lahan gambut 5 - 15 tahun, jadi pada saat kelapa sawit berumur 15 tahun tanaman jelutung sudah berumur 10 tahun, sehingga produksi kelapa sawit mulai berkurang pohon jelutung sudah bisa di sadap.
5.       Pemeliharaan
-      Untuk penanaman murni pemeliharaan yang paling penting adalah pada tahun ke-1 setelah tanam, berupa penyiangan, pendangiran, penyulaman, pemupukan (jika ada modal) dan pemberantasan hama dan penyakit (jika diperlukan).
-      Sedangkan pemeliharaan tanaman jelutung yang ditanam disela-sela tanaman perkebunan (tumpang sari) pemeliharaan relativ lebih mudah, karena komponen pemeliharaan sudah menjadi satu dengan pemeliharaan tanaman pokok.

                 MANFAAT EKONOMIS JELUTUNG
Jelutung sebagai komoditi pohon di lahan rawa tentu memiliki beberapa keunggulan ekonomis yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal untuk pengembangan ekonomi mereka, hal tersebut antara lain adalah:
A.    Getah
Pohon jelutung menghasilkan getah berwarna putih. Penyadapan getah jelutung dilakukan padas pohon jelutung yang berdiameter lebih-kurang 20 cm. Sekali penyadapan menghasilkan getah jelutung 0,1-0,6 kg/pohon. Setahun penyadapan getah jelutung bisa dilakukan 40 kali. Sebagai gambaran, dengan asumsi harga getah jelutung dipasaran sebesar Rp 3.000,-/kg, dengan jumlah pohon 200 pohon/ha, maka nilai ekonomis getah jelutung per hektar Rp 2.400.000,- – Rp 13.440.000,-.
B.     Kayu
Setelah pohon jelutung tidak lagi menghasilkan getahnya, pohonnya bisa ditebang untuk dimanfaatkan kayunya. Kayu jelutung dapat digunakan untuk bahan: cetakan bangunan, meja gambar, kelom, ukiran, sepasiter baterai, kayu lapis dan pensil.
Menurut perencanaan pembangunan hutan rakyat, pertumbuhan diameter pohon jelutung rata-rata 1,58 cm/tahun, dan dengan umur masak tebangnya 35 tahun, maka rata-rata diameter pohonnya lebih besar 50 cm. Dengan asumsi rata-rata tinggi pohon bebas cabang 15 m, volume rata-rata 2,94 m3, jumlah pohon 200/ha, dan harga kayu di pasaran Rp. 200.000,-/m3, maka nilai kayu jelutung per ha Rp. 117.600.000,-
JELUTUNG UNTUK HUTAN RAKYAT DI LAHAN RAWA
Keberhasilan pembangunan hutan rakyat di lahan rawa salah satunya ditentukan oleh faktor pemilihan jenis yang tepat dari aspek ekonomi, sosial budaya dan ekologis. Pemilihan jelutung untuk hutan rakyat di lahan rawa didasari oleh alasan sebagai berikut.
1.      Kemampuan beradaptasi pada lahan rawa telah teruji. Daya adaptasi yang baik pada lahan rawa merupakan syarat mutlak bagi suatu jenis pohon yang akan digunakan untuk merehabilitasi lahan rawa terdegradasi. Jelutung mempunyai daya adaptasi yang baik pada lahan rawa yang selalu tergenang atau tergenang berkala.
2.      Pertumbuhan yang relatif cepat. Jelutung mempunyai pertumbuhan yang relatif cepat, pada kondisi alami riap diameter pohon berkisar antara 1,5 – 2,0 cm per tahun (Bastoni dan Riyanto, 1999). Pohon jelutung yang dibudidayakan dengan pemeliharaan semi insentif riap diameternya dapat mencapai 2,0 – 2,5 cm per tahun (Bastoni, 2001).
3.      Dapat dibudidayakan dengan manipulasi lahan yang minimal. Jelutung dapat dikembangkan untuk hutan rakyat di lahan rawa dengan gangguan terhadap lahan yang sangat minimal. Hal ini dimungkinkan sebab penanaman jelutung di lahan rawa dapat dilakukan tanpa pembuatan kanal untuk sistem drainase. Pembuatan kanal merupakan bentuk gangguan berat pada lahan yang berdampak negatif, seperti: terjadinya perubahan status hidrologi dari kondisi tergenang menjadi tidak tergenang, terjadinya penurunan tebal lapisan (subsidence) dan menyebabkan sifat kering tak balik. Kondisi tersebut menyebabkan lahan rawa menjadi sangat rawan kebakaran pada musim kemarau.
4.      Hasil ganda (getah dan kayu). Pengembangan jelutung mempunyai prospek yang baik karena kedua jenis produk pohon jelutung (getah dan kayu) memiliki banyak manfaat. Kayu jelutung berwarna putih kekuningan, bertekstur halus, arah serat lurus dengan permukaan kayu yang lici mengkilap. Sifat kayu jelutung tersebut sangat baik digunakan sebagai bahan baku industri mebel, plywood, moulding, pulp, patung dan pencil slate. Getah jelutung dapat digunakan sebagai bahan baku permen karet, isolator dan soft compound ban. Pasar kayu jelutung di dalam negeri relatif baik, hal ini disebabkan oleh kebutuhan bahan baku industri pencil slate yang mencapai 180.670 m3 per tahun (Bastoni dan Lukman, 2004).
5.      Masukan (input) biaya budidaya relatif rendah. Bastoni dan Karyaatmadja (2003) menyatakan bahwa dalam jangka waktu tiga tahun biaya yang dikeluarkan pada pembangunan hutan tanaman jenis jelutung untuk bibit, penyiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan sekitar Rp2,88 juta per ha lahan.
6.      masyarakat telah mengenal jelutung. Jelutung dapat dibudidayakan seperti tanaman karet, yaitu pada masa produktif disadap getahnya dan pada saat produktivitas getahnya menurun dapat dimanfaatkan kayunya. Pola budidaya jelutung mirip dengan karet, yaitu hasil getah mulai umur 8-10 tahun sampai sepanjang daur dan hasil kayu pada akhir daur. Kemiripan budidaya jelutung dengan karet menjadikan masyarakat tidak
mengalami kesulitan untuk membudidayakannya.

PENUTUP
Pengembangan hutan rakyat jenis jelutung untuk memproduktifkan lahan rawa terlantar dapat dilakukan dengan mengembangkan pola kemitraan. Pembangunan hutan rakyat jenis jelutung dengan pola kemitraan dapat diinisiasi dan dikembangkan oleh suatu badan usaha kehutanan. Masyarakat pemilik lahan hanya menyediakan areal untuk pembangunan hutan rakyat jenis jelutung. Para pengusaha menyiapkan pendanaan, teknologi budidaya dan infrastruktur pemasaran hasilnya. Skema umum dari bentuk kemitraan pembangunan hutan rakyat jenis jelutung pada areal milik ini adalah sebuah benefit-cost sharing antara pemilik lahan dengan perusahaan yang disepakati bersama dalam suatu dokumen perjanjian.

DAFTAR PUSTAKA
Harun, Marinus Kristiadi. 2006. Jelutung Rawa; Primadona Baru Penghasil Getah.http://www.radarbanjarmasin.com,
diakses pada 24 November 2013
Rotinsilu, M Johanna.dkk. Teknik Budidaya Jelutung, Galam, dan Ramin. Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya, Palangkaraya.

Bahtimi, Y. 2009. Jelutung (Dyera,Spp) Dan Strategi Pengembangannya Di Lahan 

            Rawa Kalimantan Selatan Sebagai Penunjang Peningkatan Ekonomi

Masyarakat Lokal. Fakultas Kahutanan Universitas Labung Mangkurat,

Banjarbaru Kalimantan Selatan

http://hijaualami.wordpress.com (diakses pada tanggal 25 November 2013)

Rabu, 27 Agustus 2014

Kenapa BIOLOGI,,,,?? (Pilihan Untuk Masadepan)

Aku merupakan seorang Mahasiswa BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat. Ingat BIOLOGI,, bukan Pendidikan Biologi. 

Kenapa harus  BIOLOGI,,? 
Kenapa tidak Ilmu Teknik, Kesehatan, Kedokteran, Sosial, atau yang lainnya?

Akan banyak sekali pertanyaan yang akan muncul....
Ada banyak alasan yang bisa kubuat...

Namun aku akan menjawab, bahwa aku telah jatuh cinta terhadap BIOLOGI sejak masih kecil,, 
tetapi aku baru menyadarinya setelah aku SMA. 
Aku hidup dan terlahir didunia yang dekat dengan banyak tumbuhan dan Hewan Peliharaan.
Yup, aku terlahir di sebuah desa, tepatnya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.. Masyarakat disana mayoritas bermata pencarian sebagai Petani,, termasuk Orangtuaku. 
Kecintaanku pada BIOLOGI-pun semakin dalam, apalagi setelah aku berhasil meraih Juara III Olimpiade Sains Nasional Bidang BIOLOGI Tingkat Kabupaten. Sampai akhirnya, pada saat Pendaftaran Mahasiswa Baru tahun ajaran 2013/2014 aku memutuskan untuk memilih Program Studi BIOLOGI (tepatnya sebagai pilihan pertama).  Keputusanku itu terbilang ekstrim, bagaimana tidak,,!!
Bayangkan saja, kebanyakan lulusan SMA di dareah asalku akan memilih bidang Pendidikan dan Keguruan, Kesehatan, atau Pertanian. 

Ya memang benar, kebanyakan orang didunia, akan memilih jurusan yang prospeknya jelas dan menjanjikan.

Ada banyak hal yang menjadikan Program Studi BIOLOGI menjadi kurang diminati. 
Kebanyakan karena faktor pekerjaan,,,, 
Program Studi BIOLOGI dianggap tidak mempunyai prospek yang jelas,, padahal dibanding Program Studi yang lain, BIOLOGI jelas mempunyai prospek yang sangat baik..
Jika tidak percaya, maka silahkan telusuri di pencarian Mbah Google
Aku jelas tidak akan pernah menyesal, karena Akreditasi Program Studi BIOLIGI tempatku berkuliah sudah terakreditasi "A". 

Sekarang giliran kamu untuk melakukan hal yang sama 

Kuliah di BIOLOGI...!! Mengapa Tidak,,,??

Quote   : Jangan takut akan masadepan, masadepan kita yang tentukan,,,
Notes   : Jangan berpikir dengan kuliah di BIOLOGI kamu tak punya masadepan,,,

http://biofapetub.wordpress.com/

Selasa, 26 Agustus 2014

Cerita Sekolahku (SMA)

4 tahun yang lalu merupakan saat dimana aku diterima  masuk sebuah SMA (tepatnya SMA Negeri 6 Barabai). Awalnya aku sangat ingin  bersekolah di SMAN 1 ataupun SMAN 2 Barabai. Namun kenyataan berkata lain, akhirnya aku harus melanjutkan SMA di SMA 6. Meskipun demikian, akhirnya setelah diterima disana aku mendapatkan banyak teman dan pandanganku tentang SMA 6 pun berubah. Di SMA 6 aku berubah menjadi seorang anak emas, padahal ketika SD dan SMP aku hanya bisa sampai di peringkat kedua. Bahkan semuanya sudah dimulai sejak pengumuman kelulusan (penerimaan siswa Baru), aku berada diurutan pertama penerimaan siswa baru. Di  semester awal aku merebut perhatian taman-teman sekelas dan mendapatkan peringkat pertama. Teman-temanku selalu bertanya kepadaku, jika ada matapelajaran  yang tidak mereka pahami (kurang mengerti). Sampai akhirnya aku naik kekelas XI, aku memilih jurusan IPA. Pastinya akan terjadi persaingan yang sangat ketat. Akupun akhirnya pernah meraih peringkat dua. Di SMA ini, aku dipercayakan oleh guru-guru untuk mengikuti berbagai perlombaan mewakili sekolah di tingkat kabupaten. Sampai akhirnya aku pernah meraih juara III Olimpiade Sains Nasional tingkat kabupaten Bidang BIOLOGI. Tidak terasa akupun hampir lulus dari SMA 6 , waktu berlalu begitu cepat. Akupun LULUS, aku lulus sebagai lulusan terbaik satu. Hal yang membuatku bangga karena telah menjadi alumni SMA N 6 Barabai adalah karena aku bertemu dengan banyak teman yang baik dan guru-guru yang selalu memotivasiku. Aku menyadari satu hal, yaitu Allah SWT memberikanku kesempatan yang sangat spesial, kesempatan yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain, kesempatan untuk bersekolah di SMA Negeri 6 Barabai. Memang benar sekolah ini bukanlah sekolah favorit, bukan sekolah yang diperhitungkan. Tetapi aku yakin; suatu saat nanti, sekolah ini akan menjadi salah satu sekolah yang diperhitungkan. Dan saat itu terjadi, aku sudah berbeda dari sebelumnya; yaitu aku telah menjadi orang yang sukses. Sebuah sekolah menjadi sekolah yang difavoritkan bukan karena sekolah tersebut menjadi nomor satu, tetapi karena sekolah tersebut mempunyai sejarah yang sangat yang penting (tak ternilai), karena seorang tokoh terlahir disekolah tersebut. Sampai saat ini aku sangat yakin bahwa aku akan menjadi seseorang yang sukses, seseorang yang merupakan bagian dari sejarah di SMAN 6 Barabai. 


Untuk yang terakhir, aku mengucapkan terima kasih kepada guru-guruku di SMA Negeri 6 Barabai. Guru-guru yang telah memberikan ilmu pengetahuan, membimbing, dan membuatku mampu berdiri ditempat yang jauh, tempat yang asing, Terima kasih sudah menjadi guruku, dan juga do'akan Ulun agar bisa sukses dimasa yang akan datang,,,,

Untuk teman-temanku di SMA, terima kasih karena telah menjadi temanku, memberikan warna dalam hidupku, bersama-sama mari kita gapai impian kita masing-masing, membuat masa depan lebih indah. Terima Kasih karena telah singgah dihidupku, semoga kita berjumpa lagi dimasa depan dengan mimpi yang indah...

Laporan Praktikum PLLB (Danau, Sawah, Sungai di Kecamatan Karang Intan)

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENALAN LINGKUNGAN LAHAN BASAH


OLEH :
           
Rahmi Hidayati                                           (J1A113036)
Widya Wurianto                                         (J1A112022)
                 Alfianah                                                       (J1A113005)
                 Aliefa Noor Amami                                    (J1C113044)
Aziza Sholikhah                                         (J1C113049)
                   Santi Arisna Yanti                                      (J1C113225)
Mabrur                                                        (J1C113027)
 Erka Wike N.Z                                            (J1E113220)
Kurnia Sari                                                 (J1E113042)
M. Irfan Rosyadi                                        (J1E113024)

KELOMPOK : A-3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BANJARBARU
2014

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil praktikum mata kuliah Pengenalan Lingkungan Lahan Basah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Praktikan,


   Kelompok A-3 
Disetujui oleh,

                Koordinator Asisten Praktikum                                              Asisten Praktikum

                       M. Rasyid Akbar                                                                Kuswanto
                      NIM. J1E112075                                                           NIM. J1C112004
Mengetahui,
Dosen Koordinator Praktikum

  
Totok Wianto, S.Si., M.Si.
NIP. 19780504 200312 1 004

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan Laporan Praktikum Pengenalan Lingkungan Lahan Basah (PLLB) ini dapat diselesaikan. Berkat bantuan dari berbagai pihak Penyusunan Laporan Praktikum Pengenalan Lingkungan Lahan Basah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala rendah hati, penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak atas segala bimbingan, nasihat, serta bantuan sehingga dapat menunjang dalam penyelesaian Laporan Praktikum Pengenalan Lingkungan Lahan Basah, baik kepada tim dosen pembimbing mata kuliah Laporan Praktikum Pengenalan Lingkungan Lahan Basah maupun seluruh kakak asisten selaku pembimbing praktikum yang telah mendampingi dan memberi pengarahan kepada praktikan dalam setiap penelitian selama kegiatan praktikum ini.
Penyusun juga menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktikum Pengenalan Lingkungan Lahan Basah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi kesempurnaan laporan praktikum dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan terlebih bagi para pembaca.

Banjarbaru,   Juni 2014


                                                                                                                               Penyusun

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I        PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Tujuan Penelitian
BAB II       TINJAUAN PUSTAKA
                   2.1 Sawah
                   2.2 Danau
                   2.3 Sungai
                   2.4 Sungai Buatan
BAB III     METODE PRAKTIKUM
                   3.1 Waktu dan Tempat
                   3.2 Alat dan Bahan
                   3.3 Prosedur Kerja
BAB IV     HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V       PENUTUP
                   5.1 Kesimpulan
                   5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN 
1.1         Latar Belakang
Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis, terletak di antara 114 19' 13'' - 116 33' 28'' Bujur Timur dan 1 21' 49'' – 4 10' 14'' Lintang Selatan. Provinsi Kalimantan Selatan hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan. Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas daerah sebesar 41.467,75 km2 terletak di daerah khatulistiwa.
Kalimantan Selatan terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa, sungai-sungai, dataran tinggi pegunungan dengan lembah  dan 43 persennya sebagian besar berupa hutan. Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai. Sungai tersebut antara lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan dan sebagainya. Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal pada pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.
Selain itu kawasan Kalimantan Selatan juga di dominasi oleh rawa dan kawasan lahan basah lainnya. Rawa yang sangat banyak tersebut dimanfaatkan oleh penduduknya untuk lahan pertanian persawahan. Selain dimanfaatkan untuk lahan pertanian, rawa di daerah kalimantan Selatan juga dimanfaatkan untuk peternakan kerbau rawa khususnya di daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dapat dikatakan bahwa kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan tidak lepas dari yang namanya lahan basah. Sehingga sangat penting untuk mempelajari lahan basah yang ada di Kalimantan Selatan agar nantinya bisa dikelola dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Kalimantan Selatan sendiri.
1.2         Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah  mengukur beberapa paremeter fisik,kimia dan biologi di ekosistem danau, sungai dan rawa.


 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Sawah
Manfaat langsung dari lahan basah bagi kehidupan dapat kita lihat yaitu dengan adanya sawah sebagai lahan untuk menanam padi. Sawah berfungsi sebagai lahan untuk menanam padi. Padi yang merupakan makanan pokok orang indonesia dapat tumbuh pada lahan yang rendah sampai pegunungan dan dari lahan beririgasi hingga lahan tadah hujan(Goltenboth, 2012).
Sawah adalah pertanian yang dilakukan di tanah basah atau daerah yang memiliki kandungan air cukup, seperti di daerah dataran rendah atau lembah dengan padi sebagai tanaman utama. Sawah irigasi adalah sawah yang menggunakan sistem irigasi teratur (teknis). Pengairan sawah irigasi berasal dari sebuah bendungan atau waduk. Pengairan sawah dilakukan oleh kelompok tani yang dikenal dengan nama darmotirto di Jawa dan subak di Bali. Pada sawah irigasi petani dapat panen 2-3 kali tanaman padi. Pada saat tertentu sawah tersebut ditanami dengan tanaman palawija, seperti jagung, kacang hijau, kacang tanah, dan lain-lain. Pertanian sawah irigasi terdapat di Bali, Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Papua( Siva, 2013).
Sawah telah lama dikenal di Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Secara tradisional sawah ditanami dengan banyak sekali varietas padi. Hampir setiap desa mempunyai satu atau lebih varietas padi lokal. Padi lokal ini bukanlah padi murni melainkan campuran banyak varietas. Oleh karena itu sistem sawah tradisional sangat penting sebagai sumberdaya gen yang sangat kaya. Selain itu sawah juga mempunyai berfungsi dalam pengedalian erosi (Soemarwoto, 1972).
Sawah adalah bentuk pertanian lahan basah karena menggunakan banyak air dalam kegiatan pertaniannya terutama pada awal kegiatan penanaman. Macam-macam sawah di Indonesia:
a.              Sawah Irigasi, adalah sawah dengan pengairan yang teratur,
b.             Sawah Lebak, adalah sawah yang terletak pada dataran banjir,
c.              Sawah Tadah hujan, adalah sawah yang pengairannya dari air hujan.
d.             Sawah Pasang Surut, adalah sawah yang terletak di muara sungai atau tepi pantai
(Surapto, 2008).

Karakteristik sifat kimianya dapat dilihat dari tanah yang mengandung udara cukup, oksigen yang bertindak sebagai penerima elektron, sehingga Fe dan Mn tidak tereduksi dan tidak mengalami translokasi. Tanah sawah kahat udara karena dijenuhi air dan karena berstruktur lumpur tidak ada pori-pori yang mengantarkan udara masuk ke dalam tanah (Hardjowigeno et al, 2001).
Karakteristik sifat fisikanya dapat dilihat dari penggunaan tanah. Penggunaan tanah sebagai sawah umumnya tidak dilakukan sepanjang tahun, tetapi bergiliran dengan tanaman palawija (lahan kering) atau bera, maka perubahan-perubahan tersebut dapat dibedakan menjadi perubahan sementara dan perubahan permanen. Dalam proses pelumpuran, pori-pori makro pada dasarnya hilang. Sekitar 91 – 100% volume yang ditempati pori-pori makro hancurkan akibat pelumpuran sehingga porositas kapiler meningkat sekitar 223%. Dengan demikian air dapat masuk dengan leluasa (Hardjowigeno et al, 2001).
Karakteristik sifat biologinya dapat dilihat dengan susunan mikroba di dalam tanah sebagian besar terdiri dari bakteri, fungi, dan mikroalga. Populasi mikroba dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu  jumlah dan macam zat hara, kelembaban, tingkat aerasi, suhu, pH, dan perlakuan pada tanah seperti penambahan pupuk atau banjir yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah mikroba (Hardjowigeno et al, 2001).
2.2     Danau
Danau adalah sekumpulan air tawar atau air asin dalam jumlah besar yang terletak di daratan dan di sekitarnya dikelilingi oleh daratan. Danau terbentuk oleh bermacam-macam sebab. Misalnya terbentuk karena guyuran air hujan yang terkumpul dalam jumlah besar dan menggenang di sebuah cekungan. Bisa juga karena banyak terdapat sumber mata air yang mengalir dan berkumpul di cekungan, atau karena adanya es yang mencair (gletser) yang berakhir di sebuah cekungan. Danau yang sangat luas dan berisi air asin juga bisa disebut laut, misalnya danau kaspia atau laut kaspia. Danau juga bisa berisi air payau atau campuran air tawar dengan air laut, misalnya danau lake di Filipina yang mendapat pasokan air dari daratan dan lautan (Lidiawati, 2012). Jenis-Jenis / Macam-Macam Danau yang ada di Indonesia :
1. Danau Buatan / Waduk
Danau buatan adalah danau yang secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan air pertanian, perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya. Contoh : Waduk Jatiluhur di Jawa Barat.
2. Danau Karst
Danau karts adalah danau yang berada di daerah berkapur di mana yang berukuran kecil disebut doline dan yang besar dinamakan uvala.
3. Danau Tektonik
Danau tektonik adalah danau yang terjadi akibat adanya aktivitas / peristiwa tektonik yang mengakibatkan permukaan tanah pada lapisan kulit bumi turun ke bawah membentuk cekung dan akhirnya terisi air. Contoh yakni : Danau Toba di Sumatera Utara.
4. Danau Vulkanik / Danau Kawah
Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk pada bekas kawah gunung berapi. Contoh yaitu : Danau Batur di Bali.
(Godam, 2008).
Berdasarkan komunitas tumbuhan dan hewan tersebar bergantung kedalaman air dan jaraknya dari tepian.  Danau dibagi menjadi tiga zona. Zona tersebut meliputi zona Litoral, Zona limnetik, dan zona profundal. Berdasarkan produksi bahan organiknya, danau dikelompokkan menjadi:
a.    Danau Oligotrofik, yaitu danau yang dalam dan tidak banyak mengandung nutrien, dan fitolankton pada zona limnetiknya tidak begitu produktif.
b.    Danau Eutrofik, yaitu danau yang umumnya lebih dangkal, dan kandungan nutrien pada airnya tinggi. Sebagai akibatnya, fitoplanktonnya sangat produktif, dan airnya seringkali menjadi keruh.
c.    Danau Mesotrofik, yaitu danau yang terdapat diantara danau oligotrofik dan danau eutrofik. Danau ini mempunyai jumlah nutrien dan produktivitas fitoplankton yang sedang.
(Campbell, 2000).
2.3    Sungai
Sungai merupakan jalan air alami mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir kelaut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir keanak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kir dan kanan.Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai(Hamilton, 1992).
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa Negara tertentu air sungai juga berasal dari  lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS) (Hamilton, 1992).
Sungai menurut jumlah airnya dibedakan :
a.    Sungai permanen yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relative tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batang hari dan Indragiri di Sumatera.
b.    Sungai periodik yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di JawaTimur.
c.    Sungai intermittent atau sungai episodik yaitu  sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
d.   Sungai ephemeral yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
     (Hamilton, 1992).
Sungai menurut genetiknya dibedakan :
a.    sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng
b.    sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen
c.    sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekwen
d.   sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan
e.    sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen.
     (Hamilton, 1992).
Sungai seringkali dikendalikan atau dikontrol supaya lebih bermanfaat atau mengurangi dampak negatifnya terhadap kegiatan manusia.
a.    Bendung dan Bendungan dibangun untuk mengontrolaliran, menyimpan air atau menghasilkan energi.
b.    Tanggul dibuat untuk mencegah sungai mengalir melampaui batas dataran banjirnya.
c.    Kanal-kanal dibuat untuk menghubungkan sungai-sungai untuk mentransfer air maupun navigasi
d.   Badan sungai dapat dimodifikasi untuk meningkatkan navigasi atau diluruskan untuk meningkatkan rerata aliran.
     (Hamilton, 1992).
Manajemen sungai merupakan aktivitas yang berkelanjutan karena sungai cenderung untuk mengulangi kembali modifikasi buatan manusia. Saluran yang dikerukakan kembali mendangkal, mekanisme pintu air akan memburuk seiring waktu berjalan, tanggul-tanggul dan bendungan sangat mungkin mengalami rembesan atau kegagalan yang dahsyat akibatnya. Keuntungan  yang dicari dalam manajemen sungai seringkali "impas" bila dibandingkan dengan biaya-biaya social ekonomis yang dikeluarkan dalam mitigasi efek buruk dari manajemen yang bersangkutan. Sebagai contoh, di beberapa bagian Negara berkembang, sungai telah dikungkung dalam kanal-kanal sehingga dataran banjir yang datar dapat bebas dan dikembangkan. Banjir dapat menggenangi pola pembangunan tersebut sehingga dibutuhkan biaya tinggi dan sering kali makan korban jiwa(Hamilton, 1992).
Banyak sungai kini semakin dikembangkan sebagai wahana konservasi habitat, karena sungai termasuk penting untuk berbagai tanaman air, ikan-ikan yang bermigrasi, menetap, dan budidaya tambak, burung-burung, serta beberapa jenis mamalia. Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial, dendritik, trellis, rektanguler dan pinate.
a.         Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:
1.        Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut.
2.        Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini terdapat di daerah basin (cekungan).
b.         Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya.Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.
c.     Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
d.    Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
e.     Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
f.     Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
        (Wiyono, 2009).
2.4 Sungai Buatan
Sungai buatan adalah sungai yang sama dengan sungai alami. Hanya saja perbedaannya adalah sungai jenis ini dibuat untuk tujuan tertentu. Adapun tujuan dari pembuatan sungai buatan adalah sebagai pengendali banjir, irigasi untuk persawahan, dan visual rekreasi(Maryono, 2003).

BAB III
METODE PRAKTIKUM 
3.1     Waktu danTempat
Praktikum ini di lakukan dengan dua tahap yaitu lapangan dan juga laboratorium, praktikum di lapangan di lakukan pada tanggal 17 mei 2014 pukul 08.00 WITA - selesai,di 4 tempat berbeda yaitu sungai buatan,  sungai alami, danau dan juga sawah di  Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, sedangkan praktikum laboratorium berlangsung dari tanggal 19 Mei - 6 Juni 2014  dari pukul 12.00 WITA - selesai bertempat di Laboraturium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
3.2     Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas pH, pH meter, termometer, DO meter, lempeng secchi, refraktometer, tali plastik.
3.3     Prosedur Kerja
             A.    SUNGAI
                1.      pH Air
Pengukuran derajat keasaman air dilakukan dengan menggunakan kertas indikator universal pH (1-14) yang dicelupkan ke dalam air.Kemudian perubahan warna yang terjadi dicocokkan dengan warna standar. Atau dengan menggunakan alat test kit disital untuk mengukur pH terlebih dahulu, dikalibrasi dengan menggunakan larutan buffer terlebih dahulu.
               2.      Suhu Air
Pengukuran dilakukan dengan memaasukkan thermometer ke dalam perairan.
         3.      Pengukuran DO
Pengukuran DO dapat dilakukan dengan menggunakan DO Meter dimana alat DO meter sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu baru dimasukkan ke dalam perairan yang akan diukur DOnya.
               4.      Kecerahan
Penetrasi cahaya diukur dengan menggunakan keeping secchi yang diakitkan pada tali penduga.Yang harus diperhatikan apakah penetrasi cahaya matahari tersebut sampai substrat dasar atau tidak.Hal ini dikaitkan dengan produktivitas muara sungai.
               5.      Pengambilan sampel plankton
Lempar plankton net ke perairan kemudian tarik secara horizontal kemudian tamping sampel air di dalam botol film atau analisis phytoplankton di laboratorium.
              6.      Analisis Fe
Analisis kandungan Fe pada air dengan menggunakan istrumen Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
              7.      Analisis Butiran Batuan
Analisis butiran batuan dilakuakan dengan mengamati ukuran batuan yang ada di sekitar muara.Jika batuan kecil, dirasakan dengan jari tangan apakah halus atau kasar.
             8.      Pengukuran Kecepatan Arus
-  Digunakan float method (metode pelampung) perkirakan kecepatan arus sungai dengan menggunakan botol plastik ukuran 300mL diisi air sampai 80%
-          Diikat dan digulung dengan tali dengan panjang tertentu dan dihanyutkan
-          Dicatat sampai  gulungan tali habis.
-          Rumus kec.arus = kecepatan arus bagian pinggir + tengah
2
-          Rumus kecepatan (V) = S/t
             9.      Debit Air
Ukur volume air sungai dan dihitung waktu selama pengukuran kemudian ukur debit air sungai dengan rumus Q = dV/dt
            10.    Profil penampang sungai dan profil sungai
Profil mulut muara diukur pada wilayah muara yang berbatasan dengan laut, dibuat dengan mengukur kedalaman muara pada lima titik, titik tiga bagian tengah dari AB. Gambar dapat dilihat sebagai berikut :


              11.      Infentarisir Flora Fauna
Analisis flora dilakukan dengan metode petak ukur, yaitu dengan membuat petak pengamatan sebagai berikut :
1.      Petak ukur untuk seedling luas 2 x 2 m2
2.      Petak ukur untuk sapling denga luas 5 x 5 m2
3.      Petak ukur untuk tiang dengan luas 10 x 10 m2
4.      Petak ukur untuk pohon  dengan luas 20 x 20 m2
Analisis fauna tingkat tinggi dilakukan dengan pengamatan.
         12.      Analisis Kimia Sedimen
a.       Pengambilan sampel sedimen
Sampel sedimen diambil dengan menggunakan eigmen grab kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastic.
b.      Analisis jenis sedimen
Dianalisis batuan, pasir, lumpur, atau yang lainnya.
c.       Analisis pH sedimen
-          ditimbang 10 gram sedimen halus.
-          Dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL
-          Ditambahkan 25 ml aquades
-          Dikocok selama 2 jam dan dibiarkan selama 1 malam. Keeseokan harinya dikocok lagi selama ½ jam.
-          pH diukur dengan pH meter.
d.      Analisis kandungan Fe sedimen
Analisa kandungan Fe pada sedimen dengan menggunkan instrument Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut.
1.      Preparasi Sampel Sedimen
-       Sebanyak 1 gram sampel tanah ditambahkan 10 mL HCl 0,1 N, dimasukkannke dalam botol film dan dikocok selama 30 menit.
-       Disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm dan disaring.
-       Filtrate yang terbentuk dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL yang berisi filtrate,
-       Larutan kemudian ditandabataskan dan dikocok.
2.      Pembuatan Larutan Standar Fe
-       Sebanyak 25 mL larutan induk Fe 1000 ppm di pipet
-       Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL.
-       Ditambahkakn aquades sampai tanda batas sehingga di peroleh larutan Fe dengan konsentrasi 0 ; 2 ; 4; 6; 8dan 10 ppm dari larutan Pb 100 ppm
-       Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
3.      Penentuan logam Fe dengan SSA
Larutan sampel yang telah dipreparasi langsung diukur serapannya dengan SSA.
e.       Analisa bahan organic (metode walkey dan black)
-          Ditimbang contoh sedimen kering udara sekitar 1 gram.
-          Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan 10 mL K2Cr2O71 N dan H2SO4pekat.
-          Kocok larutan di atas kain flanel yang agak basah dan lunak selama 10 menit. Jika warna masih hijau, tambahkan lagi larutan K2Cr2O71 N dan H2SO4pekat dan catat penambahannya, kemudian didinginkan.
-          Ditambhakan aquades sampai tanda batas dan kocok kembali serta diambak sampai 24 jam.
-          Dipipet 10 mL larutan cairan yang jernih dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 mL
-          Ditambahkan 1 mL H3PO4 pekat dan 2 -3 tetes indicator difenil anin
-          Dititrasi dengan larutan FeSO4.7H2O 0,2 N. lakukan juga untuk blanko.
% C Organik = (vol.blanko - vol.sampel) x N FeSO4 x 0,3003 x f x 100%
                                                Berat tanah (g)
f = 1,3
         A.    SAWAH
          1.      Ph Air
Pengukuran derajat keasaman air dilakukan dengan menggunakan kertas indikator universal pH (1-14) yang dicelupkan ke dalam air.Kemudian perubahan warna yang terjadi dicocokkan dengan warna standar. Atau dengan menggunakan alat test kit disital untuk mengukur pH terlebih dahulu, dikalibrasi dengan menggunakan larutan buffer terlebih dahulu.
          2.      Suhu Air
Pengukuran dilakukan dengan memaasukkan thermometer ke dalam perairan.
          3.      Salinitas
Salinitas air dapat diukur dengan meneteskan air muara ke dalam alat ukur refraktometer kemudian lihat di dalm skala berapa nilai yang tertera.
        4.      Pengukuran DO
Pengukuran DO dapat dilakukan dengan menggunakan DO Meter dimana alat DO meter sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu baru dimasukkan ke dalam perairan yang akan diukur DOnya.
        5.      Analisis Fe
Analisis kandungan Fe pada air dengan menggunakan istrumen Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
       6.      Analisis Butiran Batuan
Analisis butiran batuan dilakuakan dengan mengamati ukuran batuan yang ada di sekitar muara.Jika batuan kecil, dirasakan dengan jari tangan apakah halus atau kasar.
        7.      Infentarisir Flora Fauna
Analisis flora dilakukan dengan metode petak ukur, yaitu dengan membuat petak pengamatan sebagai berikut :
1.      Petak ukur untuk seedling luas 2 x 2 m2
2.      Petak ukur untuk sapling denga luas 5 x 5 m2
3.      Petak ukur untuk tiang dengan luas 10 x 10 m2
4.      Petak ukur untuk pohon  dengan luas 20 x 20 m2
Analisis fauna tingkat tinggi dilakukan dengan pengamatan.
        8.      Analisis Kimia Sedimen
a.       Pengambilan sampel sedimen
Sampel sedimen diambil dengan menggunakan eigmen grab kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastic.
b.      Analisis jenis sedimen
Dianalisis batuan, pasir, lumpur, atau yang lainnya.
c.       Analisis pH sedimen
-          ditimbang 10 gram sedimen halus.
-          Dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL
-          Ditambahkan 25 ml aquades
-          Dikocok selama 2 jam dan dibiarkan selama 1 malam. Keeseokan harinya dikocok lagi selama ½ jam.
-          pH diukur dengan pH meter.
d.      Analisis kandungan Fe sedimen
Analisa kandungan Fe pada sedimen dengan menggunkan instrument Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut.
1.      Preparasi Sampel Sedimen
-       Sebanyak 1 gram sampel tanah ditambahkan 10 mL HCl 0,1 N, dimasukkannke dalam botol film dan dikocok selama 30 menit.
-       Disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm dan disaring.
-       Filtrate yang terbentuk dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL yang berisi filtrate,
-       Larutan kemudian ditandabataskan dan dikocok.
2.      Pembuatan Larutan Standar Fe
-       Sebanyak 25 mL larutan induk Fe 1000 ppm di pipet
-       Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL.
-       Ditambahkakn aquades sampai tanda batas sehingga di peroleh larutan Fe dengan konsentrasi 0 ; 2 ; 4; 6; 8dan 10 ppm dari larutan Pb 100 ppm
-       Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
3.      Penentuan logam Fe dengan SSA
Larutan sampel yang telah dipreparasi langsung diukur serapannya dengan SSA.
e.       Analisa bahan organic (metode walkey dan black)
-       Ditimbang contoh sedimen kering udara sekitar 1 gram.
-       Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan 10 mL K2Cr2O71 N dan H2SO4pekat.
-       Kocok larutan di atas kain flanel yang agak basah dan lunak selama 10 menit. Jika warna masih hijau, tambahkan lagi larutan K2Cr2O71 N dan H2SO4pekat dan catat penambahannya, kemudian didinginkan.
-       Ditambhakan aquades sampai tanda batas dan kocok kembali serta diambak sampai 24 jam.
-       Dipipet 10 mL larutan cairan yang jernih dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 mL
-       Ditambahkan 1 mL H3PO4 pekat dan 2 -3 tetes indicator difenil anin
-       Dititrasi dengan larutan FeSO4.7H2O 0,2 N. lakukan juga untuk blanko.
% C Organik = (vol.blanko - vol.sampel) x N FeSO4 x 0,3003 x f x 100%
Berat tanah (g)
f = 1,3
          A.    DANAU
1.      pH Air
Pengukuran derajat keasaman air dilakukan dengan menggunakan kertas indikator universal pH (1-14) yang dicelupkan ke dalam air.Kemudian perubahan warna yang terjadi dicocokkan dengan warna standar. Atau dengan menggunakan alat test kit disital untuk mengukur pH terlebih dahulu, dikalibrasi dengan menggunakan larutan buffer terlebih dahulu.
2.      Suhu Air
Pengukuran dilakukan dengan memaasukkan thermometer ke dalam perairan.
3.      Salinitas
Salinitas air dapat diukur dengan meneteskan air muara ke dalam alat ukur refraktometer kemudian lihat di dalm skala berapa nilai yang tertera.
4.      Pengukuran DO
Pengukuran DO dapat dilakukan dengan menggunakan DO Meter dimana alat DO meter sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu baru dimasukkan ke dalam perairan yang akan diukur DOnya.
5.      Kecerahan
Penetrasi cahaya diukur dengan menggunakan keeping secchi yang diakitkan pada tali penduga.Yang harus diperhatikan apakah penetrasi cahaya matahari tersebut sampai substrat dasar atau tidak.Hal ini dikaitkan dengan produktivitas muara sungai.
6.      Pengambilan sampel plankton dan sedimen
Lempar plankton net ke perairan kemudian tarik secara horizontal kemudian tamping sampel air di dalam botol film atau analisis phytoplankton di laboratorium. Ambil sampel sedimen dengan egmen grab kemudian analisis jenis sedimen yang ada (pasir, lumpur, atau yang lainnya).
7.      Analisis Fe
Analisis kandungan Fe pada air dengan menggunakan istrumen Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
8.      Analisis Butiran Batuan
Analisis butiran batuan dilakuakan dengan mengamati ukuran batuan yang ada di sekitar muara.Jika batuan kecil, dirasakan dengan jari tangan apakah halus atau kasar.
9.      Pengukuran vegetasi flora dan fauna
Buatlah kuadran dengan cara tancapkan 4 pasak dipermukaan tanah. Ikatkan sebuah tali padanya. Peganglah lurus dan ukurlah jarang yang sebelumnya ditentukan, yang akan membentuk suatu sisi kuadrat. Luas kuadran untuk perdu dan semak 5 x 5 m, sedangkan untuk pohon besar 20 x 20 m. dan amatilah tiap fauna yang ada di lingkungan itu.
10.  Analisis Kimia Sedimen
a.       Pengambilan sampel sedimen
Sampel sedimen diambil dengan menggunakan eigmen grab kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastic.
b.      Analisis jenis sedimen
Dianalisis batuan, pasir, lumpur, atau yang lainnya.
c.       Analisis pH sedimen
-          ditimbang 10 gram sedimen halus.
-          Dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL
-          Ditambahkan 25 ml aquades
-          Dikocok selama 2 jam dan dibiarkan selama 1 malam. Keeseokan harinya dikocok lagi selama ½ jam.
-          pH diukur dengan pH meter.
d.      Analisis kandungan Fe sedimen
Analisa kandungan Fe pada sedimen dengan menggunkan instrument Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut.
1.      Preparasi Sampel Sedimen
-       Sebanyak 1 gram sampel tanah ditambahkan 10 mL HCl 0,1 N, dimasukkannke dalam botol film dan dikocok selama 30 menit.
-       Disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm dan disaring.
-       Filtrate yang terbentuk dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL yang berisi filtrate,
-       Larutan kemudian ditandabataskan dan dikocok.
2.      Pembuatan Larutan Standar Fe
-       Sebanyak 25 mL larutan induk Fe 1000 ppm di pipet
-       Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL.
-       Ditambahkakn aquades sampai tanda batas sehingga di peroleh larutan Fe dengan konsentrasi 0 ; 2 ; 4; 6; 8dan 10 ppm dari larutan Pb 100 ppm
-       Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
3.      Penentuan logam Fe dengan SSA
Larutan sampel yang telah dipreparasi langsung diukur serapannya dengan SSA.
e.       Analisa bahan organic (metode walkey dan black)
-          Ditimbang contoh sedimen kering udara sekitar 1 gram.
-          Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan 10 mL K2Cr2O71 N dan H2SO4pekat.
-          Kocok larutan di atas kain flanel yang agak basah dan lunak selama 10 menit. Jika warna masih hijau, tambahkan lagi larutan K2Cr2O71 N dan H2SO4pekat dan catat penambahannya, kemudian didinginkan.
-          Ditambhakan aquades sampai tanda batas dan kocok kembali serta diambak sampai 24 jam.
-          Dipipet 10 mL larutan cairan yang jernih dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 mL
-          Ditambahkan 1 mL H3PO4 pekat dan 2 -3 tetes indicator difenil anin
-          Dititrasi dengan larutan FeSO4.7H2O 0,2 N. lakukan juga untuk blanko.
% C Organik = (vol.blanko - vol.sampel) x N FeSO4 x 0,3003 x f x 100%
                                                Berat tanah (g)
f = 1,3

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1  HASIL DAN PERHITUNGAN
A.  HASIL PENGAMATAN SAWAH
1.    Praktikum Lapangan
No
Parameter
Hasil
1
Kimia


-  pH air
6

-  pH tanah
4,8

-  DO
2,43 ppm

-  Suhu Tanah
30 0C

-  Salinitas
0 %
2
Biologi


-Fauna
Keong kecil, belalang, capung, Keong Besar, dan laba-laba

- Flora
Padi
3
Fisika


-Kecepatan Arus
-
2.   Perhitungan Analisis Bahan Organik
% C organik = (V. Blanko – V.  sampel) x N FeSO4 x 0,3003 x f x100%
                                     Berat tanah (g)
f = 1,3
·         Diketahui : V. Blanko  = 10,2 ml
V. Sampel = 5 ml
N FeSO4      = 13,5 ml
Ditannya : % C organik ?
Jawaban : % C organik = (10,2-5) x 13,5 x 0,3003 x 1,3 x 100 %
                                                                    1 gr
= 5,2 x 13,5 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 2740, 53 %

·         Diketahui : V. Blanko   = 10,2 ml
                                       V. Sampel  = 5 ml
N FeSO4       = 12,7 ml
Ditannya : % C organik ?
Jawaban : % C organik = (10,2-5) x 12,7 x 0,3003 x 1,3 x 100 %
                                                                    1 gr
= 5,2 x 12,7 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 2578, 13 %
3.    Hasil Analisis Fe pada Sampel Sedimen

Konsentarsi (ppm)
%RSD
Mean ABS
Hasil Pembacaan dengan AAS
Sawah
1,251
3,1
0,057
0,057
0,059
0,055
4.    Hasil Analisis Fe Air dengan AAS

Konsentrasi (ppm)
%RSD
Mean ABS
Hasil Pembacaan dengan AAS
Sawah
2,3585
2,55
0,1135
0,1145
0,1145
0,1125

B.  HASIL PENGAMATAN DANAU
1. Praktikum Lapangan
No
Parameter
Hasil
1
Kimia


-  pH air
5

-  pH tanah
-

-  DO
2,24 ppm

-  Suhu tanah
30 0C

-  Salinitas
0 %
2
Biologi


Fauna
Siput Kecil.

Flora
Hydrilla verticillataEceng gondok, Apu-apu, Pedang air, Salvania cucullata, Paku Rawa, Eichornia crassipes.
3
Fisika


-  Kecerahan
125 Cm
2.  Perhitungan Analisis Bahan Organik
% C organik = (V. Blanko – V.  sampel) x N FeSO4 x 0,3003 x f x100%
                                     Berat tanah (g)
f = 1,3
·         Diketahui : V. Blanko = 10,2 ml
                                       V. Sampel = 5 ml
 N FeSO4 = 8,8 ml
Ditannya : % C organik ?
Jawaban : % C organik = (10,2-5) x 8,8 x 0,3003 x 1,3 x 100 %
                                                                    1 gr
= 5,2 x 8,8 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 1786,4 %
·         Diketahui : V. Blanko = 10,2 ml
 V. Sampel = 5 ml
 N FeSO4 = 8,5 ml
Ditannya : % C organik ?
Jawaban : % C organik = (10,2-5) x 8,5 x 0,3003 x 1,3 x 100 %
                                                                    1 gr
= 5,2 x 8,5 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 1725,5 %
     3. Hasil Analisis pada Sampel Sedimen

Konsentarsi (ppm)
%RSD
Mean ABS
Hasil Pembacaan dengan AAS
Danau
2,903
2,3
0,160
0,156
0,160
0,163
4.Hasil Analisis Fe Air dengan AAS

Konsentrasi (ppm)
%RSD
Mean ABS
Hasil Pembacaan dengan AAS
Danau
0,046
28,6
0,002
0,002
0,0015
0,0025
C. HASIL PENGAMATAN SUNGAI ALAMI
1.      Praktikum Lapangan
No
Parameter
Hasil
1
Kimia


-  pH tanah
3,5

-  DO
2,41 Ppm

-  Suhu tanah
32 °C

-  Salinitas
0 %
2
Biologi


Fauna
Siput Kecil

Flora
-
3
Fisika


-  Kecerahan
88 cm

   - Kecepatan Arus
4 m/s
2.  Perhitungan Analisis Bahan Organik
% C organik = (V. Blanko – V.  sampel) x N FeSO4 x 0,3003 x f x100%
                                     Berat tanah (g)
f = 1,3
·         Diketahui : V. Blanko = 10,2 ml
                                       V. Sampel = 5 ml
 N FeSO4 = 10,5 ml
Ditannya : % C organik ?
Jawaban : % C organik = (10,2-5) x 10,5 x 0,3003 x 1,3 x 100 %
                                                                    1 gr
= 5,2 x 10,5 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 2131,5 %
·         Diketahui : V. Blanko = 10,2 ml
 V. Sampel = 5 ml
 N FeSO4 = 9,6 ml
Ditannya : % C organik ?
Jawaban : % C organik = (10,2-5) x 9,6 x 0,3003 x 1,3 x 100 %
                                                                    1 gr
= 5,2 x 9,6 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 1948,8 %
3.     Hasil Analisis Fe pada Sampel Sedimen

Konsentarsi (ppm)
%RSD
Mean ABS
Hasil Pembacaan dengan AAS
Sungai Alami
1,360
2,0
0,063
0,062
0,064
0,062
              4.           Hasil Analisis Fe Air dengan AAS

Konsentrasi (ppm)
%RSD
Mean ABS
Hasil Pembacaan dengan AAS
Sungai Alami
0,0355
56,2
0,002
0,002
0,0025
0,001

         D.    HASIL PENGAMATAN SUNGAI BUATAN
1.      Praktikum Lapangan
No
Parameter
Hasil
1
Kimia


-  pH air
4,5

-  pH tanah
-

-  DO
2,41 ppm

-  Suhu tanah
- 0C

-  Salinitas
0 %
2
Biologi


Fauna
-

Flora
-
3
Fisika


-  Kecerahan
 204 Cm

   - Kelajuan Air
26 m/s
2.  Perhitungan Analisis Bahan Organik
% C organik = (V. Blanko – V.  sampel) x N FeSO4 x 0,3003 x f x100%
                                     Berat tanah (g)
f = 1,3
·         Diketahui : V. Blanko = 10,2 ml
                                       V. Sampel = 5 ml
 N FeSO4 = 13,3 ml
Ditannya : % C organik ?
Jawaban : % C organik = (10,2-5) x 13,3 x 0,3003 x 1,3 x 100 %
                                                                    1 gr
= 5,2 x 13,3 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 2699,9 %
·         Diketahui : V. Blanko = 10,2 ml
 V. Sampel = 5 ml
 N FeSO4 = 12,2 ml
Ditannya : % C organik ?
Jawaban : % C organik = (10,2-5) x 12,2 x 0,3003 x 1,3 x 100 %
                                                                    1 gr
= 5,2 x 12,2 x 0,30033 x 1,3 x 100%
= 2476,6 %
3.   Hasil analisis Fe pada Sampel  Sedimen

Konsentarsi (ppm)
%RSD
Mean ABS
Hasil Pembacaan dengan AAS
Sungai Buatan
1,698
1,9
0,081
0,080
0,081
0,083
         4. Hasil Analisis  Fe pada Sampel Air

Konsentrasi (ppm)
%RSD
Mean ABS
Hasil Pembacaan dengan AAS
Sungai Buatan
0,117
7,55
0,0055
0,005
0,005
0,006

4.2         PEMBAHASAN
Praktikum Pengenalan Lingkungan Lahan Basah ini dilakukan di kawasan Waduk Riam Kanan tepatnya di kecamatan Karang Intan. Adapun lokasi yang diambil meliputi sawah di Kampung Kusambi. Selain di sawah Kampung Kusambi praktikum juga dilakukan di Sungai Buatan, Sungai Alami, dan juga danau di sekitar bendungan Karang Intan.
Bendungan Karang Intan merupakan  sumber air bagi daerah irigasi Riam Kanan, selesai dibangun pada tahun 1990 yang terletak di sungai Riam Kanan 13 km di hilir keluaran PLTA P.M. Noor waduk Riam Kanan. Bendung berada di Desa Mandikapau Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar dengan luas genangan 462 ha, berfungsi sebagai irigasi percetakan sawah dan sarana air bersih yang sumber airnya dari limpahan sungai Riam Kanan (Bendungan Riam Kanan), sungai Aranio, Mandikaleng, Mandiangin dan sungai Batuampar. Air keluaran PLTA merupakan pasokan air utama, melalui pemasukan/intake berukuran 6 x 2 x 3,6 meter, air masuk ke saluran primer dengan debit maksimum rencana 30 m3/detik dan debit normal rencana 24 m3/detik. Elevasi mercu bendung + 10.00 dan lebar efektif bendung 66,5 meter. (Novitasari, 2012).
            Parameter yang diukur dilapangan meliputi pH, DO, Kecerahan, Kecepatan Arus, Salinitas, Suhu, dan jenis flora/fauna yang terdapat di ekosistem sawah, danau, sungai alami, dan sungai buatan.  pH diukur menggunakan pH meter, yaitu dengan cara memasukkan ujung pH meter kedalam air. Kemudian pH air akan diperoleh. DO diukur dengan menggunakan DO meter, yaitu dengan memasukkan DO meter kedalam air lalu digoyang-goyangkan. Kecepatan Arus diukur dengan menggunakan alat khusus. Salinitas air diukur dengan menggunakan refraktometer, yaitu dengan meneteskan air yang akan diukur salinitasnya kebagian ujung refraktometer. Kemudian salinitas air dapat diketahui dengan cara melihat pada bagian pangkal.
A.           Sawah
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga yaitu Ibu Rohati (berusia 66 tahun) dapat diketahui bahwa sawah di Kampung Kusambi  merupakan sawah tadah hujan. Petani di Kampung Kusambi memanen padi mereka satu kali dalam satu tahun. Sawah milik Bu Rohati memiliki luas 20x20 meter,  dipupuk 3 kali dalam satu tahun. Satu kali pupuk menghabiskan 1 karung pupuk. Adapun  jenis Padi yang ditanam Ibu Rohati adalah Padi Siam Unus yang bisa dipanen setelah 6 bulan. Setelah panen padi, biasanya sawah milik Ibu Rohati di gunakan untuk menanam Labu, dan Ubi.
Fauna atau hama yang sering menggangu petani di Kampung Kusambi ialah Keong Mas atau biasa disebut oleh warga Kampung Kusambi dengan Kalimbu’ai. Keong Mas (Pomacea canaliculata) itu sendiri memakan tanaman padi yang baru ditanam, sehingga sangat mengganggu petani di Kampung Kusambi. Berdasarkan praktikum lapangan di sawah Ibu Rohati Kampung Kusambi Kecamatan Karang Intan,   Kabupaten Banjar didapatkan hasil parameter kimia sebagai berikut yaitu, pH air sawah sebesar 6 dan pH sedimen tanah sebesar 4,8. DO air disawah sebesar 2,43 ppm, suhu tanah 300 C dan salinitas 0%.
Sementara itu Parameter Biologi yang didapat dari praktikum lapangan meliputi flora dan fauna. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Rohati diketahui bahwa fauna yang terdapat di sawah adalah Keong Mas. Sementara itu berdasarkan hasil Inventarisis flora dan Fauna dengan dengan petak ukur 3X3 meter. Didapatkan hasil beberapa fauna yaitu Keong Mas,Keong Kecil, Belalang, Capung Kecil, Kumbang Koksi dan Laba-laba. Sedangkan flora yang ditemukan hanya padi, hal tersebut dikarenakan rumput atau gulma pengganggu tanaman padi dibersihkan oleh warga agar tidak mengganggu tanaman padi.
Pada ekosistem sawah lebih banyak ditemukan fauna dari jenis serangga, dan flora padi. Hal tersebut dikarenakan padi sangat cocok dengan sawah.  Keberadaan padi disawah tersebut kemudian menakibatkan serangga-seangga yang makanannya berupa padi ataupun hidup di daerah sawah.  Selain itu intensitas cahaya mataharinya lebih banyak dibanding hutan tertutup pepohonan. Sehingga sangat cocok untuk habitat serangga dan juga jenis-jenis keong sawah.
Pada ekosistem sawah tidak ditemukan jenis plankton. Dikarenakan intensitas cahaya (kecerahan) yang menembus air di sawah sanagt sedikit.  Air yang ada disawah umumnya cenderung keruh. Sehingga tidak mendukung untuk plankton hidup.
Pengukuran parameter fisika tidak dilakukan, dikarenakan pada sawah genangan airnya tidak terlalu dalam, sehingga tidak memungkinkan untuk mengukur kecerahan. Sementar itu untuk kecepatan arus tidak dilakukan karena air yang ada disawah tergenang diam atau tidak mengalir.
Sementara itu untuk praktikum dilaboratorium dilakukan perhitungan kandungan C organik yang  terdapat pada sedimen. Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa sedimen yang diambil dari sawah mengandung C Organik sebesar  2578, 13 % dan 2740,53%  yang didapat dari dua kali percobaan.  Hasil tersebut  mengindikasikan  bahwa kualitas sumberdaya lahan sawah di Kampung Kusambi masih baik. Menurut Pramono (2004), Salah satu  indikator  menurunnya kualitas sumberdaya lahan, khususnya sawah adalah menurunnya kandungan C organik tanah.
Bahan Organik sendiri sanagt penting bagi tanah. Menurut Karama et al. (1990), bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan P; dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Mengingat begitu penting peranan bahan organik, maka penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut.
Analisis kandungan Fe pada sedimen dan air dilakukan dengan menggunakan AAS. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh konsentrasi logam berat Fe pada sedimen adalah sebesar 625,5 ppm. Sedangkan hasil Analisis Fe pada Air adalah sebesar 0,005. 
B.            Danau
Berdasarkan Hasil  pengukuran parameter kimia di danau buatan ( Waduk) di Bendungan Kecamatan Karang Intan Kab. Banjar didapatkan hasil sebagai berikut, yaitu pH air 5, DO 2,24 ppm,  Suhu Air 300 C, dan Salinitas 0%.  Untuk Parameter Biologi didapatkan hasil  fauna berupa Siput Kecil. Flora yang meliputi
Hydrilla verticillata,  Eceng gondok, Apu-apu, Pedang air, Gelonggong, Paku Rawa, Eichornia crassipes. Pada danau tempat praktikum ditemukan banyak eceng gondok. Hal tersebut menandakan bahwa danau (waduk) bendungan Karang Intan dalam keadaan tercemar. Hal tersebut juga terbukti dari hasil Analisa Fe menggunakan dan perhitungan. Dari hasil tersebut diketahui bahwa konsentrasi Fe pada sedimen sebesar 1451,5 ppm. Berdasarkan hasil pembacaan dengan AAS diketahui bahwa Kandungan Fe pada sedimen adalah sekitar sebesar 0,002.
Fauna yang didapat  dari praktikum lapangan tersebut di dapat pada tepian danau. Menurut Hadianty dan Wirjoatmodjo (2002), salah satu cara untuk menangkap fauna danau berupa ikan adalah dengan menggunakan berupa jaring, larva net dan  elektrifishing (12 volt). Berdasarkan pengukuran parameter fisika dari danau menggunakan keping sechi diperoleh kecerahan air danau adalah sampai pada kedalaman 126 cm.
Berdasarkan hasil analisis dan  perhitungan diketahui bahwa kandungan bahan organik khususnya C Organik pada tanah sedimen Danau adalah sebesar 1725,5 % dan 1786,4%. Flora yang ditemukan di ekosistem danau kebanyakan berupa tumbuhan akuatik. Hal tersebut dikarenakan kawasan danau tersebut mempunyai air yang tenang, tidak mengalir deras.
C.           Sungai Alami
Berdasarkan hasil pengamatan dan praktikum dilapangan  di sungai alami aliran air bendungan  Karang Intan diperoleh parameter biologi sebagai berikut pH tanah sebesar 3,5; DO 2,41 ppm; suhu air 320 C dan salinitas 0%.  Sedangkan dari Inventarisasi Flora dan Fauna  didapatkan siput kecil.  Sementara itu dari hasil pengukuran parameter fisika diperoleh Kecerahan sebesar 88 cm dan kecepatan arus 4 m/s.
Sedangkan dari hasil analisis dan perhitungan bahan Organik dari sedimen sungai asli didapatkan hasil bahwa sedimen sungai alami memiliki bahan organik berupa C Organik yang besar, yaitu sebesar 1948,8 % dan 2131,5 %. Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan Fe pada sampel sedimen diketahui bahwa konsentasi Fe pada sedimen sungai alami sebesar 680 ppm. Sementar itu berdasarkan hasil analisis Fe pada air berkisar di 0,002.
D.           Sungai Buatan
Berdasarkan hasil pengamatan dan praktikum dilapangan  di sungai buatan aliran air bendungan  Karang Intan diperoleh parameter biologi sebagai berikut; pH air 4,5; DO 2,41 ppm; dan salinitas 0%.  Sedangkan Inventarisasi Flora dan auna tidak dilakukan., karena tidak memungkinkan. Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika diperoleh kecerahan sampai pada kedalaman 204 cm, dan kelajuan air 26 m/s.  Hasil dari analisis dan perhitungan bahan organik didapatkan kandungan C Organik sebesar 2476,6 % 2699,9% .
Sementara itu untuk hasil analisis Fe dan hasil perhitungan diperoleh bahwa konsentari Fe pada sedimen sungai buatan adalah sebesar 849 ppm. Pada hasil praktikum di laboratorium mengenai Analisis kadar Fe dapat diketahui bahwa onsentrasinya berbeda. Hal itu dikarenakan logam berat yang ada dalam badan perairan akan mengalami proses pengendapan dan terakumulasi dalam sedimen. Logam dapat pula terakumulasi dalam tubuh biota yang ada dalam perairan (termasuk makrozoobentos yang bersifat sessil), baik secara difusi maupun melalui rantai makanan (Dahuri dkk., 1996). Sehingga salah satu cara untuk mengetahui pencemaran di suatu perairan dapat digunakan biota yang hidup di perairan tersebut sebagai bioindikator, salah satunya seperti siput Gondang (Pila scutata)(Rahman, 2012).
   Pada praktikum ini dibuat laruran standar Fe 1 ppm, 2ppm 3ppm, 4ppm, dan 5 ppm dengan tujuan untuk mengkalibrasi AAS (Sprektrometer Serapan Atom). Hal tersebut dilakukan sebelum AAS digunakan untuk menganalisa Fe pada sampel Air dan Tanah. Sementara itu hasil analisis Fe pada air berkisar pada 0,005.

BAB V
PENUTUP 
5.1    Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini baik praktikum lapangan maupun  praktikum laboratorium adalah sebagai berikut :
       1.      Parameter kimia, fisika, dan biologi antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya berbeda.
       2.      Konsentrasi Logam Fe yang terdapat di Air dan Sedimen berbeda, dikarenakan Logam Fe terakumulasi pada sedimen di dasar suatu perairan.
      3.      Kadar C Organik yang ada pada sawah, Danau, Sungai Alami, maupun Sungai Buatan masih tergolong baik.
     4.      Parameter fisika dan kimia, mempengaruhi parameter biologi yang terdapat pada ekosistem sungai, danau, dan  sawah.
     5.      Fauna yang ditemukan di Ekosistem Sawah kebanyakan merupakan jenis serangga dan juga Keong, sedangkan floranya cenderung tidak ada karena di bersihkan. 
      6.      Dalam satu sungai kecepatan arusnya dapat berbeda, bergantung pada tempat melakukan pengukuran.
      7.      Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa kandungan C Organik terbesar ditemukan di sawah, yaitu dengan hasil 2578, 13 % dan 2740,53% yang didapat dari dua kali percobaan di laboratorium.
      8.      Sementara itu kandungan Fe yang paling  sedimen danau, yaitu sebesar 1451,5 ppm
5.2     Saran
Saran yang dapat diberikan dari praktikum ini ialah agar praktikan dan para asisten lebih berkoordinasi lagi dalam pembagian tugas, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam proses penambilan data.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell,N.A.dkk. 2000. Biologi :Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta ; Erlangga.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting & M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.. Jakarta ; Pradnya Paramita.

Godam.  2008. Definisi, Macam-macam Jenis dan Fungsi Danau di Indonesia.
Diakses  pada tanggal 4 Juni 2014

Goltenboth,F. dkk. 2012. Ekologi Asia Tenggara; Kepulauan Indonesia. Jakarta; Salemba Teknika.

Hadiaty, R.K & Wirjoatmodjo, S. 2002. Studi Pendahuluan Biodiversitas dan Distribusi Ikan di Danau Matano, Sulawesi Selatan. Jumal Iktiologi Indonesia Vol.2 (2). ISSN 1693 – 0339.

Hamilton, L.S. Peter N. K. 1992. Daerah Aliran Sungai Hutan Trofika. Yogyakarta ; Gadjah Mada University Press.

Hardjowigeno, et al. 2001. Tanah Sawah. Deptan. Jakarta.

Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990. Penggunaan pupuk organik pada tanaman pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk V. Cisarua 12-13 Nopember 1990.

Lidiawati, I. 2012. Danau Adalah.
Diakses pada tanggal 4 Juni 2014

Maryono, A . 2003. River Development Impacts and River Restoration. Yogyakarta; UGM.

Novtasari. 2012. Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air (Studi Kasus Hulu DAS Martapura Sub DAS Riam Kanan). INFO TEKNIK, Volume 13 (1).

Parmono, J. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah. Agrosains. Vol. 6 (1).

Rahman, A. Dkk. 2012. Kandungan Kromium (Cr) Pada Gondang (Pila scutata) di Perairan Sungai Riam Kanan Kabupaten Banjar. BIOSCIENTIAE. Volume. 9. (2).

Siva. 2013. Pengertian Sawah dan Sawah Irigasihttp://matakristal.com/pengertian-sawah-dan-sawah-irigasi/
Diakses pada tanggal 4 Juni 2014

Soemarwoto, O. 2001. Ekologi lingkungan Hidup dan Pembangunan Edisi 9 . Jakarta; Djambatan.

Surapto. 2008. Bentuk-bentuk Pertanian.
Diakses tanggal 4 Juni 2014

Wiyono, E. 2009.Macam Sungai.
Diakses pada tanggal 4 Juni 2014.

Untuk Bagian lampiran bisa di download di sini