Tampilkan postingan dengan label Kalimatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kalimatan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 04 April 2014

Kerusakan Lingkungan di Banua Kita


Kalimantan selatan merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan  laut Jawa di selatan dan selat makasar di timurnya. Kalimantan Selatan atau yang biasa disebut Kalsel ini beribukota Banjarmasin. Luas wialayah kalimantan selatan berkisar antara kurang lebih sekitar 37 ribu kilometer persegi. Jika di bandingkan dengan beberapa  tahun sebelumnya, wilayah kalsel masih dipenuhi hutan lebat, sungai dan juga lahan basah berupa rawa-rawa.  Sedangkan pada  saat ini bangunan dan pemukiman memenuhi  kalsel,  menelan banyak hutan dan rawa, terutama dan khususnya di wilayah kota Banjarmasin dan Banjarbaru.
Berbagai kegiatan manusia telah merubah potret kalimantan selatan. Dari yang dulunya dipenuhi dengan hutan yang lebat, sungai, dan rawa-rawa berubah menjadi pemukiman, bangunan, gedung-gedung pusat perbelanjaan, dan tanah yang lapang tanpa pohon. Yang kemudian menimbulkan dampak yang lebih jauh berupa bencana alam. Adapun kegiatan yang dimaksud diantaranya; penambangan, pembangunan, dan hal-hal lainnya yang memberikan dampak kurang baik terhadap lingkungan.

Jika kita merujuk ke bidang ekonomi, pertambangan dan pembangunan memang tidak dapat dihindari. Karena dengan kegiatan itulah perekonomian di kalimantan selatan dapat berjalan, dan  kemakmuran dapat dicapai. Bagi orang-orang yang mencintai lingkungan, memilih antara lingkungan dan perekonomian memang sulit.  Lingkungan berkaitan dengan masa depan (bumi, ketersediaan air bersih, udara yang sehat, dan lain-lain) sedangkan perekonomian berkaitan dengan dirinya dan  kemakmuran orang banyak. Sedangkan orang yang sebaliknya lebih cenderung memilih ekonomi, karena ia lebih mementingkan dirinya. Kesimpulannya, kegiatan pertambangan dan perekonomian lainnya harus tetap berjalan.
Berkaca dari permasalahan diatas, orang-orang lingkungan (orang-orang yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan yang tinggi; orang-orang yang berusaha menyelamtkan lingkungan dengan segala pengetahuan yang dimilikinya) menciptakan suatu solusi tanpa masalah, sehingga tidak ada yang dirugikan, perekonomian tetap berjalan dan lingkungan tetap lestari.
            Akan tetapi, jika seandainya pemikiran-pemikiran semacam ini baru muncul sekarang, maka akan menjadi percuma. Karena faktanya saat di kalimantan selatan kerusakan lingkungan sudah terlanjur terjadi, disebabkan oleh kegiatan pertambangan dan lain sebagainya. Sehingga pemikiran yang dibutuhkan saat ini, bukan lagi “Bagaimana melakukan kegiatan penambangan tanpa merusak lingkungan?” atau “Rancangan bangunan seperti apa yang lebih efisien sehingga tidak memerlukan banyak lahan dan tidak menelan banyak hutan?”. Tetapi akan menjadi “Bagaimana menanggulangi pencemaran air di sungai Martapura? atau sebagainya”.
            Bagaimanapun juga apabila kegiatan perekonomian seperti yang telah saya sebutkan, jika dilakukan tanpa  memperdulikan lingkungan, maka akan menimbulkan dampak yang sangat komplek baik untuk kehidupan saat ini maupun di masa yang akan datang. Sehingga saat ini, baik secara global, Indonesia pada umumnya dan Kalimantan Selatan khususnya, isu-isu yang berkaitan dengan masalah kerusakan lingkungan dan upaya penanggulangannya menjadi sangat menarik untuk dibicarakan.
            Jika kita membahas mengenai kerusakan lingkungan dan mempelajarinya lebih dalam, ternyata kerusakan lingkungan yang saat ini terjadi tidak hanya disebabkan oleh kegiatan pertambangan dan pembangunan saja. Tetapi juga disebabkan oleh perilaku manusia lainnya, seperti membuang sampah sembarangan, dan lainnya.
            Saat ini, sudah banyak kejadian dan bencana yang terjadi sebagai dampak dari kerusakan lingkungan. Salah satunya, ialah yang baru-baru saja terjadi di daerah Banjarbaru; yaitu banjir yang menenggelamkan banyak rumah, dan menghanyutkan dua orang. Banjir yang terjadi ini merupakan indikasi hilangnya hutan lahan basah di kawasan sekitar Banjarbaru, yang dulunya sangat banyak dikawasan ini. Selain banjir, masih banyak lagi dampak lainnya.
            Banjir tadi, hanyalah salah satu dampak dan contoh dari kerusakan lingkungan yang terjadi di Kalimantan Selatan. Masih banyak lagi contoh yang lain, seperti hilangnya sungai dari kota yang berjuluk seribu sungai (Banjarmasin), gundulnya hutan akibat kegiatan pertambangan,  hilangnya populasi Anggrek Bulan Pelaihari, dan lainnya.
            Hal yang saya sampaikan  sebelumnya adalah sebagai cerminan bagi kita, bahwa kerusakan yang terjadi di daerah kita (Kalimantan Selatan) sudah sangat parah, dan sangat memerlukan penanggulan. Oleh karenanya saya mengajak teman-teman, semua warga Kalimantan Selatan dan seluruh warga negara Indonesia, untuk menjaga lingkungan dan bumi kita, dengan memulai dari hal kecil seperti; tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan tas belanjaan, dan masih banyak lagi. Tulisan saya ini berawal dari keprihatinan saya terhadap lingkungan, dan agar kita semua ingat bahwa; Bumi ini adalah titipan, untuk dititipkan lagi ke generasi berikutnya”.