Mengapa terjadi kecacatan yang diakibatkan oleh
teratogen?
Teratogenik (teratogenesis)
adalah istilah medis yang berasal dari bahasa
yunani, yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis teratogenik
berarti terjadinya perkembangan tidak normal pada sel selama masa kehamilan ang
menyebabkan kerusakan embrio sehingga pembentukan oran berlangsung tidak
sempurna (terjadi kecacatan). Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel,
jaringan, dan organ dihasilkan dari perubahan fsiologi dan biokimia. Umumnya
bahan tratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongannya, yaitu:
a.
Bahan Teratogenik Fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang
bersifat teratogen dari unsurunsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma
dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada
tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan
lahir dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu
pada paparan ibu hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya
tidak spesifik karena mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari
terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto
rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang
pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan
lahir pada janin.
b.
Bahan Teratogenik Kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang
berupa senyawa senyawa kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat
kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses
tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan
yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek
teratogenik. Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi
terutama di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada
ibu hamil selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat
menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal
dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk kedalam
plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak terganggu dan
terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan
bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi
begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya juga bersifat
teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa karbon
dan berbagai senyawa polimer dalam
lingkungan juga dapat menimbulkan efek teratogenik.
c.
Bahan Teratogenik Biologi
Agen teratogenik biologis adalah agen yang
paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella,
cytomegalo virus dan herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum
dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai
kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa
infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat
memberikan efek teratogenik Faktor-faktor teratogenik diatas bisa menyebabkan
terjadinya mutasi secara spontan seperti contoh jatuhnya bom di Hiroshima dan
Nagasaki yang hingga saat ini masih bertanggung jawab atas kecacatan yang di
wariskannya hingga saat ini di sana. Efek paling mengerikan yang terjadi,
menurut laporan yang dibuat pada tahun 2005, satu dekade pasca ledakan bom,
wanita yang mengandung melahirkan bayi mutan dengan kecacatan kelamin! Sehingga
dari semua informasi diatas hubungan antara pertambahan umur dan terjadinya
polidaktili itu bisa semakin jelas karena mutasi menjadi “agen” utama yang
menyebabkan polidaktili.
Bagaimana Cara Kerja dan Pengaruh Hormon
Tiroksin pada Metamorfosis Katak?
Proses perubahan kecebong menjadi katak
dipengaruhi oleh Hormon T4 (Tiroksin) dan T3. Hormon tersebut mengendaliakan
Apoptosis ekor katak sehingga terjadi regresi dan menghilang. Apoptosis
tersebut terjadi karena banyaknya enzim-enzim pencerna. Kemudian sel-sel yang
mati tersebut dimakan oleh sel Makrofag. Proses pembentukan seperti
perkembangan otot dan kelenjar dermoid pada waktu yang sama juga terlihat
dengan jelas. Ekor pedal mereduksi untuk pergerakan, sedangkan lengan belakang
dan lengan depan
berdiferensiasi. Gigi tanduk yang dibentuk
untuk menyobek tanaman kolam menghilang, sedangkan mulut dan rahang berubah
bentuk dan otot lidah berkembang. Sementara itu usus yang panjang sebagai ciri karakteristik
pada hewan herbivor memendek. Hal ini terjadi untuk menyesuaikan diri pada
kehidupan barunya sebagai karnivor. Insang mengalami kemunduran dan lengkung
insang mengalami degenerasi. Paru-paru membesar, otot dan tulang kartilago
terbentuk untuk memompa udara keluar masuk paru-paru. Alat sensori juga
berubah, seperti sistem lateral yang berdegenerasi, telinga dan mata juga mengalami
diferensiasi lebih lanjut. Telinga di bagian dalam berkembang, seperti halnya
membran tympanium yang menjadikan karakteristik pada katak dan kodok. Membran
niktitans dan selaput mata muncul pada katak dan kodok. Lebih dari itu, pigmen
mata juga berubah. Foto pigmen utama utama pada retina berudu adalah porpiropsin
(komplek antara protein opsin dan aldehid vitamin A2). Pigmen berubah menjadi
rodopsin pada katak dewasa untuk menyesuaikan diri pada kehidupan darat
(Gilbert dan Susan, 2000).
Peristiwa biokimia lain juga dihubungkan dengan
metamorfosis. Hemoglobin berudu mengikat oksigen lebih cepat dan melepaskannya lebih
lambat dibanding hemoglobin dewasa (Soeminto et al., 2000). Lebih dari itu,
(Soeminto et al., 2000) menunjukkan bahwa pengikatan oksigen pada hemoglobin
berudu tidak terkait dengan pH, sedangkan hemoglobin pada katak menunjukkan
peningkatan pengikatan oksigen pada saat pH naik (efek Bohr). Perubahan
biokimia lain pada metamorfosis beberapa katak adalah induksi semua enzim penting
untuk memproduksi urea. Berudu, seperti kebanyakan ikan air tawar adalah
ammonotelik (mengekskresikan amoniak). Kebanyakan katak dewasa adalah urotelik
(mengekskresikan urea). Selama metamorfosis, hati berkembang, enzim dibutuhkan
untuk mencipatakan urea dari karbondioksida dan amoniak. Enzim ini mendasari
siklus urea, dan masing-masing muncul selama metamorfosis (Gilbert dan Susan,
2000).
Kontrol hormon pada metamorfosis amfibi
dilakukan oleh tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid. T3 sekarang dipercaya sebagai hormon yang aktif yang menyebabkan
perubahan bentuk pada thyroidectomized berudu pada konsentrasi yang lebih
rendah diandingkan dengan T4. Kontrol metamorfosis oleh hormon tiroid
ditunjukkan oleh Gudernatsch (1912) dalam Soeminto et al., (2000), yang
menemukan bahwa berudu berubah bentuk secara prematur yang dipengaruhi oleh
kelenjar tiroid. Allen (1916) dan Hoskins dan Hoskins (1917) dalam Soeminto et
al (2000) menemukan bahwa ketika mereka menghilangkan kelenjar tiroid yang
mengalami rudimentasi pada berudu awal, larva itu tidak pernah mengalami
metamorfosis, sebagi gantinya berudu tersebut berubah menjadi berudu besar
(Gilbert dan Susan, 2000).
Faktor-faktor yang mempengaruhi metamorfosis
adalah adanya hormon tiroid, yang telah ditunjukkan oleh Gudernatsch (1912)
dalam Soeminto et al., (2006). Hasil-hasil penelitian sementara menyimpulkan
bahwa hormon tiroid menyebabkan inti mensintesis atau menginduksi aktivitas
enzim hidrolitik, yaitu enzim yang menyebabkan jaringan atau sel menjadi lisis
atau pecah. Enzim kolagonase telah dibuktikan dihasilkan selama proses regresi
ekor berudu in vitro (Sounders, 1982). Faktor eksternal yang mempengaruhi
metamorfosis adalah ada tidaknya sumber makanan dan adanya pemangsa berudu.
Bagaimana Mekanisme pengendalian Hayati dalam
Bidang Pertanian dengan Memanipulasi Hormon yang Berperan dalam Metamorfosis
Serangga?
Penendalian Hama dapat dilakukan dengan
memberikan hormon yang berlawanan dengan hormon yang memperlancar proses
Metamorfosis yanitu hormon bersifat menghambat. Hormon tersebut diberikan
dengan menyemprotkannyanya ke serangga.
Proses terjadinya Bayi Kembar Identik?
Kembar Identik atau kembar Monozigoti merupakan
kembar yang berasal dari satu sel telur dan satu sperma. Kemudian membelah
menjadi dua belahan dan menempel di dinding rahim. Kedua belahan berkembang
sendiri-sendiri menjadi janin yang sempurna. Kemungkinan terjadi kembar identik
adalah 1 dari 150 kehamilan. Kembar identik terjadi bukan karena faktor
keturunan akan tetapi terjadi karena faktor alam. Sekitar 75% kehamilan kembar
identik, hanya mempunyai satu ari-ari atau plasenta dengan satu selaput ketuban
(amnion). Atau, satu ari-ari dengan dua selaput ketuban.
Adapun ciri khasnya yaitu.
Selalu berjenis kelamin sama, yakni perempuan
dan perempuan, atau laki-laki dan laki-laki. Mereka biasanya memiliki wajah dan
penampilan sama, bahkan seringkali memiliki kepribadian yang sangat mirip satu
sama lain. Anak kembar identik tercatat berumur lebih panjang dibanding anak
kembar fraternal. Kembar identik bisa berumur hingga lebih dari 100 tahun