Minggu, 24 Agustus 2014

P2B Part 2

Singkat cerita, hari pertama dan kedua pun dilalui dengan berbagai kesibukan. Mulai dari materi, kegiatan-kegiatan yang melelahkan. Pada hari ke-2 kami mendapatkan tugas menghapalkan lagu Mars MIPA. Dimalam harinya, aku tertidur dengan pulas karena ke-cape'an setelah mengikuti P2B selama dua hari. Pada malam itu tepatnya pada sekitar jam 01.00 WITA aku terbangun dari tidurku... 

Karena ada tugas menghapal lagu Mars MIPA, akupun menghapalnya sambil tiduran,,, sampai aku tertidur pulas kembali. Namun satu hal yang pasti,, yaitu aku belum hafal lagu itu (sebuah masalah besar).

Pagi pun tiba, aku terbangun dari tidurku. Kulihat HP, menunjukkan jam 7 lewat...
Aku telat,,,, :(

Setelah bangun, aku bingung antara pergi mengikuti agenda P2B atau tidak..,
Aku berpikir, jika aku mengikuti P2B aku ---> Maka aku akan dihukum,,,
Jika aku tidak pergi---> Maka aku harus mengulang P2B tahun depan

Akhirnya aku memberanikan diri untuk pergi, menerima semua konsekuensinya. 
Sesampainya dikampus, tepatnya digedung 2 FMIPA. aku tiba disana pada pukul 08.00 WITA. 
Setelah sampai, aku langsung dikelilingi oleh Kaka Panitia (khususnya Panitia Lapangan).
Wajahkun langsung berubah menjadi pucatt,, 


yang mereka lakukan bukan meneriaki ku, tetapi menanyaiku kenapa bisa terlambat,, mereka juga nanya kepadaku sudah makan atau belum, aku pun dikasih roti dan disuruh memakannya. 

Setelah itu aku disuruh bergabung dengan temanku yang lainnya, mengikuti agenda di hari terakhir P2B tersebut. 


Jumat, 22 Agustus 2014

Kastuba.

http://nurserysarwanto.blogspot.com/
Klasifikasi
Regnum           : Plantarum
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Euphorbia

Spesies            : Euphorbia pulcherrima

Deskripsi :
Tanaman ini merupakan perdu tegak dengan tinggi 1,5-4 m dengan batang berkayu, bercabang, dan bergetah seperti susu. Daunnya tunggal, bertangkai, tangkai daun yang muda berwarna merah dan hijau setelah tua, letaknya tersebar. Helaian daunnya bulat telur sampai elips memanjang, yang besar umumnya mempunyai 2-4 lekukan, ujung dan pangkalnya runcing, pertulangan menyirip, panjang 7-15 cm, lebar 2,5-6 cm, dan bagian bawah mempunyai rambut halus. Bunga majemuk berbentuk cawan dalam susunan yang khas disebut cyathium. Tiap cyathium berhadapan dengan daun pelindung yang besar, bentuk lanset, warnanya merah atau kuning. Cyathium tingginya 1 cm, hijau dengan taju merah dan satu kelenjar besar, pada sisi perut warnanya kuning oranye. Tangkai sari berwarna merah oranye. Buahnya buah kotak, panjang 1,5 cm, ketika masih muda berwarna hijau dan cokelat setelah tua . Biji bulat dan berwarna cokelat.
Habitat :
Tanaman asli Meksiko, yang hidup di hutan subtropis yang panas, hutan kering musiman.

Potensi :
Tanaman kastuba bermanfaat untuk datangnya haid yang tidak teratur, darah haid banyak (menoragia), disentri, TB paru, tulang patah (fraktur), dan bengkak karena terbentur (memar), infeksi kulit, memperlancar haid dan memperbanyak ASI. Daun kastuba sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk mengobti luka luar atau menekan risiko infeksi pada luka baru.

Referensi :

Yanto, Budi. 2013. Khasiat Tanaman.
Diakses pada tanggal 19 Maret 2014.
Bagus, Budiman.2011.Tanaman Kastuba.
Diakses pada tanggal 5 April 2014

Teknik Bayi Tabung


  • Pertama, teknik In Vitro Fertilization (IVF). Pada teknik ini, 50ribu-100ribu sperma dipertemukan dengan satu buah sel telur di dalam cawan petri yang berisi medium kultur sehingga terjadi pembuahan. Teknik IVF diperkenalkan oleh Robert Edward, seorang ilmuwan Inggris, pada tahun 1950-an. Ia melakukan riset bersama Patrick Steptoe, seorang ahli bedah kandungan. Bayi pertama hasil pembuahan dengan teknik ini adalah Louise Brown, seorang bayi perempuan, yang lahir pada tanggal 25 Juli 1978 di Inggris. Bayi tersebut bisa tumbuh normal bahkan sekarang telah melahirkan anak laki-laki dengan proses persalinan yang normal. Hingga saat ini, sudah ada sekitar empat juta orang di dunia yang terlahir dengan teknik IVF. Kelebihan dari teknik IVF antara lain sangat mudah dilakukan, biayanya relatif murah, dan tidak ada manipulasi pada sel telur (lebih bersifat alami). Namun demikian kelemahannya jika sperma bermasalah maka sperma tidak akan mampu menembus sel telur sehingga pembuahan tidak bisa terjadi.

  • Kedua, teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSA). Teknik ini lakukan dengan menginjeksi satu sperma ke dalam satu sel telur sehingga terjadi pembuahan. Kelebihan teknik ini sangat membantu seorang suami yang mengalami kasus azoospermia (tidak adanya sperma yang keluar bersama air mani) atau juga jumlah spermanya sangat sedikit dengan kualitas yang jelek. Teknik ICSA harus didukung oleh sistim pengambilan sperma secara langsung dari testis atau teknologi simpan beku sperma. Hanya saja teknik ini sangat sulit dilakukan karena membutuhkan alat khusus yang disebut micromanipulator sehingga membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal.

  • Ketiga, teknik In Vitro Maturation (IVM). Teknik bayi tabung ini merupakan teknik terbaru. Teknik tersebut dilakukan dengan mematangkan dahulu sel telur di laboratorium baru kemudian dibuahi. Tingkat keberhasilan teknik ini dinilai sangat memuaskan. Selain itu prosedurnya juga sangat sederhana. Yakni dilakukan hanya pada satu siklus haid saja sehingga bisa meminimalisasi penggunaan obat hormonal. Biayanya juga relatif lebih murah jika dibandingkan dengan teknik IVF. Tidak mengherankan jika teknik ini sangat diminati oleh negara-negara di dunia.

Ringkasan Jurnal

“Efek Pembukaan Lahan terhadap Karakteristik Biofisik Gambut pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Bengkalis”
Suwondo, Supiandi Sabiham, Sumardjo dan Bambang Paramudya
  IPB Bogor.

Lahan gambut memberikan pelayanan ekologi, sosial dan ekonomi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pembukaan lahan yang tidak memperhatikan karakteristik biofisik lingkungan menyebabkan lahan gambut mengalami degradasi dan menjadi lahan terlantar. Sebagai contoh adalah pemanfaatan lahan gambut di kabupaten Bengkalis yang belum mampu menjaga keberlangsungan ekologis pada ekosistem gambut tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini.
Penelitian tersebut dilakukan di kabupaten Bengkalis Prov.Riau dengan lokasi utama di kecamatan Siak Kecil dan Bukit Batu. Pengamatan dilakukan pada dua tipe fisiografi lahan gambut; gambut pantai dan transisi. Sebagai pembanding dilakukan pengambilan tanah gambut utuh dari lahan yang belum dibuka. Analisis pada sampel tanah yang telah diambil meliputi warna tanah, kedalaman air tanah, komposisi dan ketabalan gambut, pH (H2O, KCI), kadar C-organik (%), kadar air(%), kadar abu(%), dan biomassa tanaman (ton/ha)
Metode yang digunakan untuk analisis warna tanah adalah munsel soil chart. Ketebalan gambut dan kedalaman air dilakukan dengan proses pengeboran langsung di lapangan. Kematangan dan komposisi gambut dengan metode cepat dilapangan, pengukuran kadar air dan kadar abu dengan metode gravimetri, pH diukur dengan menggunakan pH meter. Dan pengukuran kadar C-organik dengan metode Walkley and Black. Pengukuran biomassa tumbuhan dilakukan dengan metode persamaan alometrik, Karakteristik biofisik lahan gambut dianalisis secara deskriptif dan untuk melihat hubungan antar parameter utama dilakukan analisis regresi-korelasi dengan menggunakan model hubungan logaritmik.
Aktivitas pembukaan lahan pada hutan rawa gambut telah menyebabkan terjadinya perubahan profil horizon pada lahan gambut tersebut, perubahan kedalaman horizon hemik menjadi semakin dangkal dengan pertambahan umur perkebunan kelapa sawit. Selain itu juga menyebabkan terjadinya perubahan ketebalan gambut, muka air tanah dan kadar air. Semakin lama umur tanam perkebunan sawit maka semakin rendah kadar air pada lahan tesebut, kondisi ini terjadi pada gambut pantai dan transisi. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa tanaman kelapa sawit dapat meyerap CO2 (carbon sink) yang cukup signifikan.
Pengelolaan kedalaman muka air tanah merupakan kunci dalam pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit dan untuk melestarikan lingkungan.  
pH gambut yang berada di sekitar kubah (peatdome) lebih rendah dibandingkan dengan gambut yang berada di kawasan pinggir atau mendekati sungai. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh air sungai atau payau yang mempunyai pH dan kualitas air yang lebih baik. Keadaaan ini dapat juga dipengaruhi oleh tingkat ketebalan gambut.
Kandungan C-organik dan kadar air semakin menurun, sedangkan muka air tanah, pH dan kadar abu semakin meningkat. Karakteristik biofisik hutan rawa gambut sekunder mempunyai perbedaan tingkat dekomposisi, kadar air, kadar abu, pH, C-organik dan biomassa dibandingkan dengan fisiografi lahan gambut pantai dan transisi.

Referensi :
Suwondo, et al. 2012. Efek Pembukaan Lahan Terhadap Karakteristik Biofisik Gambut pada Perkebunan               Kelapa Sawit di Bengkalis. Jurnal Natur Indonesia. Vol 14 (2).

TEratogen II

Mengapa terjadi kecacatan yang diakibatkan oleh teratogen?
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa  yunani, yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal pada sel selama masa kehamilan ang menyebabkan kerusakan embrio sehingga pembentukan oran berlangsung tidak sempurna (terjadi kecacatan). Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ dihasilkan dari perubahan fsiologi dan biokimia. Umumnya bahan tratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongannya, yaitu:
a.       Bahan Teratogenik Fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsurunsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.
b.      Bahan Teratogenik Kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek teratogenik. Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak terganggu dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa karbon dan  berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan efek teratogenik.
c.       Bahan Teratogenik Biologi

Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan efek teratogenik Faktor-faktor teratogenik diatas bisa menyebabkan terjadinya mutasi secara spontan seperti contoh jatuhnya bom di Hiroshima dan Nagasaki yang hingga saat ini masih bertanggung jawab atas kecacatan yang di wariskannya hingga saat ini di sana. Efek paling mengerikan yang terjadi, menurut laporan yang dibuat pada tahun 2005, satu dekade pasca ledakan bom, wanita yang mengandung melahirkan bayi mutan dengan kecacatan kelamin! Sehingga dari semua informasi diatas hubungan antara pertambahan umur dan terjadinya polidaktili itu bisa semakin jelas karena mutasi menjadi “agen” utama yang menyebabkan polidaktili.

Bagaimana Cara Kerja dan Pengaruh Hormon Tiroksin pada Metamorfosis Katak?
Proses perubahan kecebong menjadi katak dipengaruhi oleh Hormon T4 (Tiroksin) dan T3. Hormon tersebut mengendaliakan Apoptosis ekor katak sehingga terjadi regresi dan menghilang. Apoptosis tersebut terjadi karena banyaknya enzim-enzim pencerna. Kemudian sel-sel yang mati tersebut dimakan oleh sel Makrofag. Proses pembentukan seperti perkembangan otot dan kelenjar dermoid pada waktu yang sama juga terlihat dengan jelas. Ekor pedal mereduksi untuk pergerakan, sedangkan lengan belakang dan lengan depan
berdiferensiasi. Gigi tanduk yang dibentuk untuk menyobek tanaman kolam menghilang, sedangkan mulut dan rahang berubah bentuk dan otot lidah berkembang. Sementara itu usus yang panjang sebagai ciri karakteristik pada hewan herbivor memendek. Hal ini terjadi untuk menyesuaikan diri pada kehidupan barunya sebagai karnivor. Insang mengalami kemunduran dan lengkung insang mengalami degenerasi. Paru-paru membesar, otot dan tulang kartilago terbentuk untuk memompa udara keluar masuk paru-paru. Alat sensori juga berubah, seperti sistem lateral yang berdegenerasi, telinga dan mata juga mengalami diferensiasi lebih lanjut. Telinga di bagian dalam berkembang, seperti halnya membran tympanium yang menjadikan karakteristik pada katak dan kodok. Membran niktitans dan selaput mata muncul pada katak dan kodok. Lebih dari itu, pigmen mata juga berubah. Foto pigmen utama utama pada retina berudu adalah porpiropsin (komplek antara protein opsin dan aldehid vitamin A2). Pigmen berubah menjadi rodopsin pada katak dewasa untuk menyesuaikan diri pada kehidupan darat (Gilbert dan Susan, 2000).
Peristiwa biokimia lain juga dihubungkan dengan metamorfosis. Hemoglobin berudu mengikat oksigen lebih cepat dan melepaskannya lebih lambat dibanding hemoglobin dewasa (Soeminto et al., 2000). Lebih dari itu, (Soeminto et al., 2000) menunjukkan bahwa pengikatan oksigen pada hemoglobin berudu tidak terkait dengan pH, sedangkan hemoglobin pada katak menunjukkan peningkatan pengikatan oksigen pada saat pH naik (efek Bohr). Perubahan biokimia lain pada metamorfosis beberapa katak adalah induksi semua enzim penting untuk memproduksi urea. Berudu, seperti kebanyakan ikan air tawar adalah ammonotelik (mengekskresikan amoniak). Kebanyakan katak dewasa adalah urotelik (mengekskresikan urea). Selama metamorfosis, hati berkembang, enzim dibutuhkan untuk mencipatakan urea dari karbondioksida dan amoniak. Enzim ini mendasari siklus urea, dan masing-masing muncul selama metamorfosis (Gilbert dan Susan, 2000).
Kontrol hormon pada metamorfosis amfibi dilakukan oleh tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. T3 sekarang dipercaya sebagai hormon yang aktif yang menyebabkan perubahan bentuk pada thyroidectomized berudu pada konsentrasi yang lebih rendah diandingkan dengan T4. Kontrol metamorfosis oleh hormon tiroid ditunjukkan oleh Gudernatsch (1912) dalam Soeminto et al., (2000), yang menemukan bahwa berudu berubah bentuk secara prematur yang dipengaruhi oleh kelenjar tiroid. Allen (1916) dan Hoskins dan Hoskins (1917) dalam Soeminto et al (2000) menemukan bahwa ketika mereka menghilangkan kelenjar tiroid yang mengalami rudimentasi pada berudu awal, larva itu tidak pernah mengalami metamorfosis, sebagi gantinya berudu tersebut berubah menjadi berudu besar (Gilbert dan Susan, 2000).
Faktor-faktor yang mempengaruhi metamorfosis adalah adanya hormon tiroid, yang telah ditunjukkan oleh Gudernatsch (1912) dalam Soeminto et al., (2006). Hasil-hasil penelitian sementara menyimpulkan bahwa hormon tiroid menyebabkan inti mensintesis atau menginduksi aktivitas enzim hidrolitik, yaitu enzim yang menyebabkan jaringan atau sel menjadi lisis atau pecah. Enzim kolagonase telah dibuktikan dihasilkan selama proses regresi ekor berudu in vitro (Sounders, 1982). Faktor eksternal yang mempengaruhi metamorfosis adalah ada tidaknya sumber makanan dan adanya pemangsa berudu.

Bagaimana Mekanisme pengendalian Hayati dalam Bidang Pertanian dengan Memanipulasi Hormon yang Berperan dalam Metamorfosis Serangga?
Penendalian Hama dapat dilakukan dengan memberikan hormon yang berlawanan dengan hormon yang memperlancar proses Metamorfosis yanitu hormon bersifat menghambat. Hormon tersebut diberikan dengan menyemprotkannyanya ke serangga.

Proses terjadinya Bayi Kembar Identik?
Kembar Identik atau kembar Monozigoti merupakan kembar yang berasal dari satu sel telur dan satu sperma. Kemudian membelah menjadi dua belahan dan menempel di dinding rahim. Kedua belahan berkembang sendiri-sendiri menjadi janin yang sempurna. Kemungkinan terjadi kembar identik adalah 1 dari 150 kehamilan. Kembar identik terjadi bukan karena faktor keturunan akan tetapi terjadi karena faktor alam. Sekitar 75% kehamilan kembar identik, hanya mempunyai satu ari-ari atau plasenta dengan satu selaput ketuban (amnion). Atau, satu ari-ari dengan dua selaput ketuban.
Adapun ciri khasnya yaitu.
Selalu berjenis kelamin sama, yakni perempuan dan perempuan, atau laki-laki dan laki-laki. Mereka biasanya memiliki wajah dan penampilan sama, bahkan seringkali memiliki kepribadian yang sangat mirip satu sama lain. Anak kembar identik tercatat berumur lebih panjang dibanding anak kembar fraternal. Kembar identik bisa berumur hingga lebih dari 100 tahun

Teratogen

Definisi  Teratogen;

  • Agen yang membahayakan perkembangna embrio atau fetus.
  • Agen yang berpengaruh bagi perkambangan normal fetus sehingga menyebabkan abortus, kelainan anak maupun komplikasi selama kebuntingan.


Sumber Terattogen: 
  1.  Pengobatan: obat epilepsi (Dilantin, Valporic Acid, Tegretol), Thalidomine, Chemotheraphy, Lithium.
  2. Bahan Kimia: Gas anastesika.
  3. Infeksi Penyakit: Rubella, Cytomegalovirus,  genital herpes, toxoplasmosis, chickenpox.
  4.  Lingkungan: Timbal.
  5. Drug (Zat adiktif): alkohol, kokain, cigarrettes, kafein.
  6. Lain-lain: DM (Diabetes Mellitus), Hipertemia, Radiasi.

Jaringan Tumbuhan dan Modifikasinya,,

Berdasarkan sifatnya jaringan dibagi menjadi jaringan pelindung, jaringan dasar, jaringan penguat, dan jaringan pengangkut
A.       Jaringan pelindung adalah jaringan terluar yang biasanya juga disebut jaringan Epidermis, Epidermis berasal dari kata epi yang artinya luar atau tepi dan dermis yang artinya kulit atau lapisan. Epidermis dapat diartikan sebagai kulit terluar. Seperti pada hewan, lapisan epidermis pada tumbuhan berada di bagian luar organ yang dilapisinya. Lapisan sel epidermis tersusun rapat tanpa ruang antarsel. Pada jenisjenis tumbuhan tertentu, sel-sel pada epidermis dapat bermodifikasi membentuk rambut, kelenjar, duri, atau serat. Epidermis pada beberapa jenis tumbuhan juga menyekresikan lapisan lilin untuk mencegah penguapan air yang berlebihan. Lapisan lilin tersebut dinamakan kutikula. Fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan-jaringan lain yang berada di bawahnya. Namun demikian, ada beberapa bentuk modifikasi sel-sel epidermis yang tidak berkaitan dengan fungsi perlindungan, misalnya sebagai berikut.
1.        Modifikasi membentuk stomata pada permukaan daun. Stomata sangat penting untuk menunjang proses respirasi dan fotosintesis.
2.        Modifikasi membentuk lentisel, yaitu daerah di lapisan gabus dengan susunan sel yang cukup renggang. Lentisel berperan dalam pertukaran gas di batang.
3.      Modifikasi membentuk rambut akar. Rambut akar adalah perluasan sel epidermis yang berfungsi mengoptimalkan penyerapan air dan mineral dari dalam tanah.

A.           Jaringan Dasar atau jaringan parenkim merupakan jaringan yang bisa ditemukan pada daun, akar maupun batang. Sel-selnya besar, letaknya jarang dan kaya akan ruang antar sel, dan memiliki organel sel yang lengkap. Karena ciri tersebut, parenkim memiliki sifat yang disebut totipotensi dan digunakan sebagai dasar teknik kultur jaringan. Seperti juga jaringan yang lain, parenkim juga mengalami modifikasi sehingga memiliki bentuk dan fungsi yang beragam, di antaranya sebagai berikut:
·       Parenkim palisade (parenkim pagar/jaringan tiang), mempunyai klorofil, sehingga pada bagian ini dapat berlangsung fotosintesis
·       Parenkim spons (parenkim bunga karang), merupakan tempat menyimpan hasil fotosintesis untuk sementara waktu
·       Pada batang dan akar terdapat parenkim kayu dan parenkim kulit.
·     Pada parenkim kulit sering ditemukan sel-sel yang mengandung  klorofil yang disebut klorenkim
.A.     Jaringan Penguat , pada  jaringan tumbuhan mempunyai jaringan penguat atau penunjang. Ada dua macam jaringan penguat pada jaringan tumbuhan yang menyusun tubuh tumbuhan, yaitu kolenkima dan sklerenkima.
1.Kolenkima
Sel kolenkima merupakan sel hidup, dinding selnya mengandung selulosa, pektin, dan hemiselulosa. Kolenkima pada umumnya terletak dibawah epidermis batang, tangkai daun, tangkai bunga dan ibu tulang daun. Kolenkima jarang terdapat pada akar. Kolenkima berbeda dengan parenkim karena dinding sel kolenkim menebal. Penebalan dinding kolenkima tidak merata diseluruh sel, misalnya hanya pada sudut-sudut sel sehingga disebut kolenkima sudut. Pada jaringan kolenkima pada jaringan tumbuhan tidak terdapat ruang antarsel. Jaringan kolenkima pada jaringan tumbuhan berfungsi sebagai penyokong pada bagian tumbuhan muda yang sedang tumbuh dan pada tumbuhan basah (herba).

2.Sklerenkima
Jaringan sklerenkima pada jaringan tumbuhan terdiri dari sel-sel mati yang dindingnya sangat tebal, kuat dan mengandung lignin. Jaringan sklerenkima pada jaringan tumbuhan berfungsi sebagai penguat. Menurut bentuknya, sklerenkima dibagi menjadi dua, yaitu serat dan sel batu. Serat atau serabut sklerenkima berbentuk seperti benang panjang. Sel batu atau sklereid bermacam-macam bentuknya. Disebut sel batu karena dinding selnya keras, misalnya pada tempurung kelapa.

B.     Jaringan Pengangkut tumbuhan hanya terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi. Jaringan ini berfungsi untuk mengangkut air, garam mineral, dan hasil fotosintesis. Sel-sel jaringan pengangkut berupa pembuluh atau seperti pipa, sehingga jaringan ini disebut jaringan pembuluh. Xilem dan floem berdampingan membentuk ikatan berkas pembuluh.

Jaringan pengangkut pada jaringan tumbuhan terdiri dari jaringan pembuluh kayu (xylem) dan jaringan pembuluh tapis (floem). Pada tumbuhan dikotil, xylem berada di sebelah dalam dan floem berada di sebelah luar. Xilem tersusun dari sel-sel memanjang yang telah mati. Dinding selnya mengeras dan tersusun dari selulosa. Xilem merupakan bagian dari kayu. Sel-sel tersebut bersambung membentuk pembuluh inilah yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar ke daun.

Jaringan pengangkut pada jaringan tumbuhan yang lain adalah pembuluh tapis (floem). Floem terdiri dari sel-sel hidup dan berdinding tipis. Floem merupakan bagian dari kulit kayu. Fungsinya adalah untuk mengangkut zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tertentu terdapat serabut floem atau serat yang mengandung lignin. Serabut-serabut ini dapat digunakan sebagai tali dan tekstil, misalnya rami (Boehmeria nivea), linen (Linum usitatissimum), dan jute (Corchorus capsularis).

Referensi :

Anonim. 2014. Macam-macam Fungsi Sistem Jaringan pada Tumbuhan.

http://smakita.net/macam-macam-sistem-jaringan-pada-tumbuhan/

Diakses pada tanggal 20 April 2014

Anonim. 2013. Jaringan pada tumbuhan (2) : Jaringan dewasa.

Diakses pada tanggal 20 April 2014
Armansyah, W. 2013. Jaringan Tumbuhan.
Diakses pada tanggal 20 April 2014