Minggu, 29 Juni 2014

Indonesia Bersahabat Dengan Bencana

http://geology.com/world/indonesia-satellite-image.shtml
Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di antara dua samudra dan dua benua. Dan juga merupakan negara yang dikelilingi oleh alur pegunungan merapi. Sehingga biasa disebut juga cincin api (Ring of Fire).  Pertemuan dua samudra, dua benua, dan juga alur pegunungan merapi membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang paling rentan mengalami bencana. Sejarah membuktikan bahwa bangsa Indonesia telah diuji berulang kali oleh berbagai bencana dahsyat, bahkan lama sebelum Indonesia merdeka. Namun berlawanan dengan hal tersebut, kawasan Indonesia memiliki bentang alam yang sangat indah dan juga kekayaan alam yang sangat melimpah.
Selain letaknya yang rentan terhadap bencana, Indonesia juga memiliki suatu keuntungan lebih. Yaitu menjadi kawasan strategis tempat melintasnya kapal dari seluruh dunia. Sehingga seharusnya Indonesia bisa menjadi negara yang makmur. Namun dalam perkembangannya, dari masa-kemasa bangsa Indonesia malah hanya berkutat dengan berbagai bencana yang sering kali dalaminya. Bencana yang seringkali dialami Indonesia justru membuat bangsa ini sulit mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Hal yang perlu diperhatikan dan diingat ialah bahwa bencana bukanlah menjadi kelemahan bagi bangsa ini, justru kita bisa memanfaatkan bencana yang bisa terjadi sebagai suatu kelebihan yang bisa menjadikan kita berdiri diatasnya untuk mencapai bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Penyebab Bencana
  1. Alam, terjadi bukan karena kibat ulah manusia, tetapi terjadi sebagai fenomena alam.
  2. Ulah Manusia, akibat ulah manusia; seperti banjir, dll.

Bencana-bencana yang pernah dialami oleh Indonesia

Berikut adalah catatan bencana yang pernah dialami Indonesia:
  1. Tsunami pada 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam, Nias, Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika. Diperkirakan korban mencapai lebih 200.000 orang (150.000 orang di Aceh dan Nias). Ketinggian tsunami kala itu mencapai 35 meter, yang terjadi akibat gempa tektonik berkekuatan 8,5 SR.
    http://nubuat.blogspot.com/2012/08/kesaksian-puan-maharani-tragedi-tsunami.html
  2. Meletusnya Gunung Tambora (atau Tomboro) di Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB),  pada tahun 1815. Jumlah korban diperkirakan 92.000 orang. Besar letusan gunung Tambora masuk dalam skala tujuh VEI (Indeks Letusan Gunung Internasional), dengan jumlah semburan tefrit sebesar 1.6 x 1011 meter3. Letusan ketiga ini mempengaruhi iklim global dalam waktu yang lama. Aktivitas Tambora setelah letusan tersebut baru berhenti pada tanggal 15 Juli 1815. Akibat letusan Tambora antara lain Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal 10 April 1815 dengan ketinggian diatas 4 m. Tinggi asap letusan mencapai ketinggian lebih dari 43 km. Karena daya tarik gravitasi yang ringan di angkasa, abu dan debu Tambora melayang dan menyebar mengelilingi dunia. Debu Tambora menetap di lapisan troposfer selama beberapa tahun dan turun melalui angin dan hujan kembali ke Bumi. Letusan gunung Tambora berdampak terhadap gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia. Hujan tanpa henti selama delapan minggu memicu epidemi tifus yang menewaskan 65.000 orang di Inggris dan Eropa. Kelaparan melumpuhkan di Inggris. Kegelapan menyelimuti Bumi. Tambora juga jadi salah satu pemicu kerusuhan di Perancis yang warganya kekuarangan makanan. Juga mengubah sejarah saat Napoleon kalah akibat musim dingin berkepanjangan dan kelaparan pada 1815 di Waterloo.
    http:// sangunik.co.cc
  3. Tsunami Gunung Krakatau (letaknya di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra) meletus, 26 Agustus 1883.  Dengan jumlah korban jiwa mencapai lebih dari 36.000 jiwa. Ledakan ini menimbulkan gelombang setinggi 40 meter, gempa bumi dan menimbulkan tsunami hingga mencapai Hawaii. Menghancurkan 195 desa-desa di sepanjang Merak hingga Karawang, Ujung Kulon hingga Sumatera bagian selatan. Atmosfer dipenuhi dengan debu vulkanik. Dunia sempat mengalami kegelapan selama dua hari. Matahari meredup selama setahun ke depan. Perubahan iklim global sedang.
  4. Gempa tektonik 6.2 SR di Yogyakarta, 27 Mei 2006. Berdasarkan data yang diterima dari Yogyakarta Media Center pada tanggal 7 Juni 2006, jumlah korban mencapai 5.716 orang tewas dan 37.927 orang luka-luka. Gempa mengguncang Yogyakarta pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada SR. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta.
    http://cahandong.org/2007/05/25/refleksi-satu-tahun-gempa-jogja.html
  5. Gempa Bumi Sumatera Barat 2009 dengan kekuatan 7,6 SR di lepas pantai Sumatera Barat, pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September 2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Padang. Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat. Menurut data Satkorlak PB, banyaknya 6.234 orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten diSumatera Barat.
  6. Gunung Kelud (Kediri Jawa Timur), meletus 19 Mei 1919. Dengan jumlah korban mencapai  5.115 orang. Letusan tahun 1919 merupakan bencana terbesar yang dihasilkan oleh aktivitas gunung Kelud pada abad ke 20, yang mengakibatkan sekitar 5160 orang meninggal. Letusan terjadi pada tengah malam antara tanggal 19 dan 20 Mei 1919 yang ditandai dengan suara dentuman amat keras bahkan terdengar sampai di Kalimantan.
  7. Tsunami Ende, Flores-Nusa Tenggara Timur, 12 Desember 1992. Dengan jumlah korban mencapai  2100 orang. Gempa bumi berkekuatan 7,8 Mw terjadi pada di lepas pantai utara bagian timur Pulau Flores, Indonesia, jam 05:29 GMT (13:29 waktu setempat) pada tanggal 12 Desember 1992.
  8. Meletusnya gunung merapi di Yogyakarta pada tanggal 26 Oktober 2010, dan menewaskan 161 orang.
  9. Banjir Bandang dan Longsor di Manado pada Rabu 15 Januari 2014 yang menewaskan 18 orang.
  10. Banjir Bandang di Teluk Wondama, Papua Barat pada tanggal 13 November 2013.
    http://seputarnusantara.com/?p=4451
  11. Gempa dan tsunami Mentawai pada  tanggal 25 Oktober 2010, Gempa bumi tersebut berkekuatan sebesar 7,2 (Mw).


Selain yang disebutkan diatas, masih banyak lagi bencana yang pernah terjadi di Indonesia. Kebanyakan dari bencana besar yang terjadi di Indonesia merupakan karena faktor alam, tetapi juga banyak yang disebabkan oleh olah manusia.

Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa ini telah diuji oleh berbagai bencana besar.  Namun pada kenyataannya Indonesia masih saja kehilangan banyak nyawa disaat bencana menimpa. Semestinya bencana yang pernah terjadi dan dialami oleh Indonesia dapat menjadi pelajaran di masa mendatang. Dengan letak geografis yang kadang-kadang sangat potensial terjadi gempa, tsunami, dan letusan gunung berapi Indonesia harus terus berinovasi; agar pada saat terjadi bencana nantinya korban, dan kerusakan dapat diminimalisir.

Solusi Untuk Meminimalisir Dampak Bencana

          Menurut Teddy Lesmana (Peneliti LIPI di Pusat Penelitian Ekonomi), untuk meminimalkan bencana dan dampak yang ditimbulkannya, harus dimulai dengan membuat disain perencanaan pembangunan yang memasukkan kajian yang sistematis terhadap risiko bencana. Dalam disain tersebut hendaknya ada berbagai pilihan-pilihan kebijakan dalam rangka mengatasi kerawanan dan kerentanan terhadap bencana alam bagi semua kelompok dalam masyarakat.  Menurutnya, kajian terhadap risiko bencana harus dilakukan secara berkala untuk memastikan keakuratan manajemen risiko bencana sesuai dengan perubahan dalam dinamika kehidupan sosial-ekonomi masyarakat dalam proses pembangunan. Untuk lebih spesifik dalam kaitannya dengan penanganan bencana, kita perlu membangun siklus manajemen bencana.
          Manajemen siklus ini harus meliputi, pertama, pencegahan dengan mengukur dan memprediksi terjadinya bencana kajian ilmiah yang kredibel. Kedua, mitigasi untuk meminimalkan dampak bencana yang terukur dalam langkah program aksi pascabencana. Ketiga, kesiapan, langkah-langkah prosedur standar, dan sosialisasi penanganan tanggap bencana sehingga masyarakat siap untuk mengantisipasi bencana. Keempat, respons yang cepat dan terstruktur penanganan pascabencana.
Menurutnya, dalam rangka menciptakan kondisi yang kondusif dalam pengarusutamaan manajemen risiko bencana kebijakan dalam pembangunan, beberapa prakondisi yang harus disiapkan ialah,

  1. Aspek legislasi, Rancangan landasan hukum yang tepat untuk manajemen risiko bencana termasuk pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam perencanaan dan kebijakan pembangunan merupakan komponen kunci dalam menciptakan lingkungan dan kerangka kerja sehingga strategi-strategi manajemen risiko bencana dapat lebih diberdayakan.
  2. Strategi manajemen risiko bencana, perlu dikembangkan strategi manajemen risiko bencana yang komprehensif yang secara aktif melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari berbagai tingkatan pemerintahan dan juga kalangan swasta, komunitas lokal, dan masyarakat madani diperlukan dalam implementasi kerangka kerja legislatif dan memberikan platform susunan koordinasi dan mekanisme monitoring. Ketiga, susunan dan kapasitas kelembagaan untuk manajemen risiko bencana yang terkoordinasi mulai dari tingkat pusat dan daerah termasuk kapasitas pelaksanaan manajemen risiko bencana yang memadai.
            Menurut saya, banyak hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak korban bencana dan kerusakan. Yaitu; Membuat Inovasi terbaru dalam upaya meminimalisir dampak bencana seperti, Inovasi gedung tahan gempa, sensor pendeteksi bencana yang cepat,  konstruksi rumah dan bahan bangunan tahan panas asap letusan gunung. Ide- ide yang saya keluarkan tersebut memang terdengar sangat konyol. Akan tetapi itulah yang kita butuhkan di Indonesia sebagai negara yang cukup sering mengalami bencana. Sebagai salah satu negara yang cukup sering mengalami bencana mestinya kita lebih bersahabat dengan bencana.


#Indonesia Bersahabat Dengan Bencana

Sumber:

Lesmana, T . 2014. Manajemen Bencana dalam Pembangunan. Media Indonesia Edisi 1 Februari

Tidak ada komentar: