Kalimantan selatan merupakan provinsi yang berbatasan langsung
dengan laut Jawa di selatan dan selat
makasar di timurnya. Kalimantan Selatan atau yang biasa disebut Kalsel ini
beribukota Banjarmasin. Luas wialayah kalimantan selatan berkisar antara kurang
lebih sekitar 37 ribu kilometer persegi. Jika di bandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, wilayah kalsel masih
dipenuhi hutan lebat, sungai dan juga lahan basah berupa rawa-rawa. Sedangkan pada saat ini bangunan dan pemukiman memenuhi kalsel, menelan banyak hutan dan rawa, terutama dan
khususnya di wilayah kota Banjarmasin dan Banjarbaru.
Berbagai kegiatan manusia telah merubah potret kalimantan selatan.
Dari yang dulunya dipenuhi dengan hutan yang lebat, sungai, dan rawa-rawa
berubah menjadi pemukiman, bangunan, gedung-gedung pusat perbelanjaan, dan
tanah yang lapang tanpa pohon. Yang kemudian menimbulkan dampak yang lebih jauh
berupa bencana alam. Adapun kegiatan yang dimaksud diantaranya; penambangan,
pembangunan, dan hal-hal lainnya yang memberikan dampak kurang baik terhadap
lingkungan.
Jika kita merujuk ke bidang ekonomi, pertambangan dan pembangunan
memang tidak dapat dihindari. Karena dengan kegiatan itulah perekonomian di
kalimantan selatan dapat berjalan, dan kemakmuran dapat dicapai. Bagi orang-orang
yang mencintai lingkungan, memilih antara lingkungan dan perekonomian memang
sulit. Lingkungan berkaitan dengan masa
depan (bumi, ketersediaan air bersih, udara yang sehat, dan lain-lain) sedangkan
perekonomian berkaitan dengan dirinya dan
kemakmuran orang banyak. Sedangkan orang yang sebaliknya lebih cenderung
memilih ekonomi, karena ia lebih mementingkan dirinya. Kesimpulannya, kegiatan
pertambangan dan perekonomian lainnya harus tetap berjalan.
Berkaca dari permasalahan diatas, orang-orang lingkungan (orang-orang
yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan yang tinggi; orang-orang yang
berusaha menyelamtkan lingkungan dengan segala pengetahuan yang dimilikinya)
menciptakan suatu solusi tanpa masalah, sehingga tidak ada yang dirugikan,
perekonomian tetap berjalan dan lingkungan tetap lestari.
Akan tetapi, jika
seandainya pemikiran-pemikiran semacam ini baru muncul sekarang, maka akan
menjadi percuma. Karena faktanya saat di kalimantan selatan kerusakan
lingkungan sudah terlanjur terjadi, disebabkan oleh kegiatan pertambangan dan
lain sebagainya. Sehingga pemikiran yang dibutuhkan saat ini, bukan lagi
“Bagaimana melakukan kegiatan penambangan tanpa merusak lingkungan?” atau “Rancangan
bangunan seperti apa yang lebih efisien sehingga tidak memerlukan banyak lahan
dan tidak menelan banyak hutan?”. Tetapi akan menjadi “Bagaimana menanggulangi
pencemaran air di sungai Martapura? atau sebagainya”.
Bagaimanapun juga
apabila kegiatan perekonomian seperti yang telah saya sebutkan, jika dilakukan
tanpa memperdulikan lingkungan, maka
akan menimbulkan dampak yang sangat komplek baik untuk kehidupan saat ini
maupun di masa yang akan datang. Sehingga saat ini, baik secara global,
Indonesia pada umumnya dan Kalimantan Selatan khususnya, isu-isu yang berkaitan
dengan masalah kerusakan lingkungan dan upaya penanggulangannya menjadi sangat
menarik untuk dibicarakan.
Jika kita membahas
mengenai kerusakan lingkungan dan mempelajarinya lebih dalam, ternyata
kerusakan lingkungan yang saat ini terjadi tidak hanya disebabkan oleh kegiatan
pertambangan dan pembangunan saja. Tetapi juga disebabkan oleh perilaku manusia
lainnya, seperti membuang sampah sembarangan, dan lainnya.
Saat ini, sudah
banyak kejadian dan bencana yang terjadi sebagai dampak dari kerusakan
lingkungan. Salah satunya, ialah yang baru-baru saja terjadi di daerah
Banjarbaru; yaitu banjir yang menenggelamkan banyak rumah, dan menghanyutkan
dua orang. Banjir yang terjadi ini merupakan indikasi hilangnya hutan lahan
basah di kawasan sekitar Banjarbaru, yang dulunya sangat banyak dikawasan ini.
Selain banjir, masih banyak lagi dampak lainnya.
Banjir tadi,
hanyalah salah satu dampak dan contoh dari kerusakan lingkungan yang terjadi di
Kalimantan Selatan. Masih banyak lagi contoh yang lain, seperti hilangnya
sungai dari kota yang berjuluk seribu sungai (Banjarmasin), gundulnya hutan
akibat kegiatan pertambangan, hilangnya
populasi Anggrek Bulan Pelaihari, dan lainnya.
Hal yang saya
sampaikan sebelumnya adalah sebagai
cerminan bagi kita, bahwa kerusakan yang terjadi di daerah kita (Kalimantan
Selatan) sudah sangat parah, dan sangat memerlukan penanggulan. Oleh karenanya
saya mengajak teman-teman, semua warga Kalimantan Selatan dan seluruh warga
negara Indonesia, untuk menjaga lingkungan dan bumi kita, dengan memulai dari
hal kecil seperti; tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan tas
belanjaan, dan masih banyak lagi. Tulisan saya ini berawal dari keprihatinan
saya terhadap lingkungan, dan agar kita semua ingat bahwa; Bumi ini adalah
titipan, untuk dititipkan lagi ke generasi berikutnya”.